Dokter Amelia, seorang mata-mata cantik dan cerdas, menyusup ke dalam kehidupan Gubernur Tantra. Misinya adalah mencari kelemahan Tantra untuk kepentingan musuh politiknya. Namun, keadaan berubah ketika Tantra jatuh cinta padanya dan menikahinya. Amelia terjebak antara tugas dan cinta.
Bagaimana kelanjutannya, selamat membaca.....
Ada Giveaway untuk pembaca setia yang mau ikut komen di setiap episodenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34 Perhatian Amelia
Tantra dan Amelia tiba di rumah dengan selamat, Johan segera memapah Tantra ke kamarnya di lantai dua. sementara Amelia berjalan sendiri sedikit tertatih karena kakinya masih sakit.
"Johan pergilah, kabarkan pada yang lain jika aku tidak bisa hadir di rapat hari ini"
"Baik pak, apa di insiden kemarin pagi bapak mencurigai seseorang atas penembakan ini?"
"Aku juga tidak tahu, perketat penjagaan di rumah ku, aku cemas jika Amelia jadi sasaran"
Amelia yang mendengar pembicaraan itu menatap Tantra.
"Baik pak"
Johan segera pergi ke kantor dinas gubernur untuk memenuhi tugas dari Tantra. sementara Amelia ia membuka lemari pakaian mengambil baju ganti untuk Tantra.
"Ayo aku bantu lepas bajunya" kata Amelia sembari membuka kancing baju rumah sakit yang masih di kenakan Tantra.
Dengan sabar Amelia menarik perlahan baju itu karena Tantra belum bisa menggerakkan tangan kanannya.
Selesai mengganti pakaian Tantra, Amelia pergi ke dapur untuk membuat minuman. ia semalaman tidak beristirahat dan merasa kelelahan. pikirannya tegang memikirkan Tantra yang hampir terbunuh karena insiden penembakan gelap itu.
"Marni, antar minuman ini ke bapak ya" kata Amelia sembari meletakkan di atas nampan kecil segelas susu hangat buatannya.
"Baik Bu"
Marni bergegas mengantar minuman itu ke kamar Tantra.
"Pak, ibu membuat minuman ini katanya harus segera di minum"
Tantra menerima gelas itu dengan tangan kirinya, ia meminum susu hangat itu hingga tinggal setengah.
"Marni tunggu, terimakasih sudah menolongku kemarin pagi"
"Menolong apa pak? Marni tidak berbuat sesuatu. Bu Amelia yang menolong bapak. Bu Amelia terlihat cemas sekali bahkan sampai menangis. baru kali ini juga Marni melihat ibu mengemudi mobil demi bapak"
Tantra terdiam, ia mengingat potongan kejadian kemarin pagi. Tantra ingat saat Amelia mengantarnya ke rumah sakit dengan mengemudikan mobil sendiri seperti orang kesurupan. tawa hampir terlihat di wajah Tantra.
Amelia memasuki kamar, ia duduk di samping Tantra memeriksa kondisi luka di lengan Tantra. Amelia bersiap mengganti perban di lengan Tantra.
Tantra memandang wajah cantik itu, ia tersenyum samar.
"Terimakasih Amelia, kau sudah menyelamatkan ku, aku tahu kau panik sekali waktu kejadian itu. apa aku begitu berarti untuk mu?"
Amelia memandang wajah Tantra, ia terkejut dengan pertanyaan Tantra.
Amelia reflek begitu panik ketika tahu Tantra terluka. ia sendiri juga tidak mengerti dengan perasaannya. seharusnya ia biasa saja melihat Tantra terluka karena ia tidak mencintai pria itu. tapi sebaliknya Amelia malah seolah mau mati melihat Tantra sekarat.
"Apa aku cukup berarti untuk mu?" Tantra kembali melayangkan pertanyaan yang menggoda Amelia.
"Jangan terlalu percaya diri mas, aku akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi pada orang lain. kau lupa aku seorang dokter? jadi sudah tugasku membantu orang lain yang terluka"
"Baiklah, maaf aku terlalu percaya diri" kata Tantra.
Amelia hanya terdiam, ia sudah selesai mengganti perban di lengan Tantra.
"Minum ini" Amelia menyerahkan butiran obat pada Tantra.
Dengan patuh Tantra meminum obatnya, luka itu mulai terasa nyeri. Tantra meringis menahan rasa sakitnya.
"Mas...ada apa? kau kesakitan?" Amelia kembali terlihat cemas.
"Aku tidak apa-apa Amelia"
Amelia menyeka keringat di kening Tantra dengan telapak tangannya.
"Seharunya mas masih istirahat di rumah sakit! kenapa meminta pulang? apa tidak bisa sekali saja jangan keras kepala?!" Amelia mengomel panjang lebar karena ia cemas terjadi sesuatu pada Tantra. kalau luka itu infeksi masalahnya bisa lebih panjang lagi.
Tantra yang duduk bersandar ranjang hanya terdiam mendengar omelan istrinya. ia tersenyum lalu menarik pinggang Amelia dan menyandarkan kepalanya di perut Amelia.
Amelia berdiri mematung, membiarkan Tantra memeluknya. sebelah tangan Amelia terangkat perlahan mengusap rambut Tantra dengan lembut.
terimakasih thor sdh up .. Next,🙏