NovelToon NovelToon
Bungee Jumpheart

Bungee Jumpheart

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Psikopat itu cintaku
Popularitas:152.9k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.

Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.

Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.

Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bungee~ Bab 24

Suasana di dalam masih tegang, berbeda dengan kini di luar...dimana mulai hening dan sepi terasa mengingat malam yang semakin larut.

Gio menggendong Leta ke parkiran dimana motornya berada, "dimana motor kamu, Ta?" tanya Gio dan hanya digelengi Leta, "lupa. Pokoknya motorku yang paling keren, lebih keren dari mas'e!" ia kembali tertawa tergelak sejadi-jadinya sampai ingin pi pis dan menahan perut bagian bawahnya, "aduh...aduh...pengen pi pis." Aduhnya digelengi Gio.

"Yo wes, pi pis sini saja." Suruh Gio langsung dicebiki Leta, "emangnya aku orang ngga waras!" tatapnya tak ada perlawanan dalam gendongan Gio, justru mata bening itu cukup membius Gio.

Sesekali Gio membetulkan gendongan yang mulai merosot karena bobot Leta lumayan berat. Matanya mencari motor miliknya sendiri lalu mendudukan Leta disana, tak lupa memegang pinggang Leta agar tak jatuh, dimana gadis itu mulai menguap dengan mata yang semakin sayu.

"Kamu bisa megang aku kan?" tanya Gio memantik kesadaran Leta yang terlihat semakin menurun, buru-buru gadis itu memeluk Gio erat-erat, "begini kan?" bahkan badan Gio bergerak barang satu dua langkah karena hentakan pelukan erat Leta secara tiba-tiba, "Ta!"

Gadis itu cengengesan. Kemudian Gio merogoh ponsel di saku, mencoba menghubungi Mustofa dan meminta bantuan.

Untung saja temannya itu masih nonton pertandingan bola saat Gio menghubungi dan memintanya membawa serta motor Leta pulang.

(..)

"Koe kesini pake ojol, Mus..."

(..)

"Oke...oke...kutunggu, matur suwun." Gio mematikan panggilan kemudian.

Kembali di tatapnya Leta yang tengah memeluknya macam bocah kecil memeluk ayahnya. Percayalah, saat ini tubuh gadis itu semakin merosot dengan pelukan yang mengendur.

Ada rasa iba, menyesal, dan degupan jantung tak berirama dari Gio menatap wajah tulus nan polos Leta, gadis itu bahkan mulai memejamkan matanya.

Lama Gio menatap Leta sampai-sampai tangannya bergerak nakal mengusap, mengelus-elus rambut Leta yang terurai sampai punggung.

Ia memang tak gamblang dan lirih berucap, namun sungguh Gio mulai mengasihi Leta, menyayanginya, bahkan rasa sayang itu sebenarnya sudah ada sejak dulu.....kumohon tetap bersamaku sampai akhir.

Menunggu adalah pekerjaan memuakkan, tapi sepertinya tidak untuk Gio saat ini, ia justru ingin waktu berhenti berputar di saat ia memandangi wajah polos itu terlelap dalam pelukannya begitu nyaman. Mungkin jika gadis ini bangun dalam kondisi sadarnya, mana mau ia meluk-meluk erat begini, mungkin juga ia sudah mendorong Gio jauh-jauh sambil ngomong, pait! Sejenak Gio terkekeh geli membayangkan itu. Wajah galak, judes, sewot Leta setiap kali berhadapan dengannya, meski belakangan ini, sejak jadi istrinya Leta bersikap lebih manis.

Bersamaan dengan datangnya Mustofa turun dari ojol dan berlari ke arahnya, para personel polisi pun menggiring beberapa orang dari dalam keluar. Nyatanya mobil sudah disiapkan untuk membawa mereka ke kantor polisi atau mungkin pusat rehabilitasi.

"Loh, ono opo iki, Yo?" Mus sedikit kebingungan melihat kejadian malam ini, "kamu kena razia? Sek-sek, itu si Rompis..." pandangannya langsung tertumbuk pada sosok temannya, Rompis yang ikut serta dalam barisan itu. Rompis menutup wajahnya seraya berjalan cepat meski beberapa kali ia mengedarkan pandangan seperti mencari sesuatu.

"Tempat kerjaku terjaring razia, Mus..." jawab Gio.

Mustofa justru cengengesan, "terjaring atau memang sengaja dijaring ?" tembaknya memancing dengusan sumbang Gio, sepertinya Mustofa dapat menebak kemana arah pikiran Gio, "udah kubilang Yo, koe ndak akan bisa nolongin si Rompis...dia sudah terperosok dalam. Lupakan janjimu sama almarhumah, lagipula yang namanya aib, pasti bakalan kecium juga, ndak bisa ditutup-tutup, cepat atau lambat keluarganya tau..nama mereka juga tercoreng. Udah takdir iku, ndak bisa disangkal."

Gio melihat Mus, "tadinya niatku cuma mau jaga nama baik keluarganya, biar masalahnya ndak bocor kemana-mana, tapi aku salah...masalahnya ternyata ngga se-simple itu. Kalo koe liat wajah almarhumah yang datang ke depanmu sambil nangis-nangis kepingin anaknya sembuh, gimana responmu?"

Mus mengangguk paham, "kamu tuh maju kena mundur kena."

"Bapaknya, apa kamu sudah kasih tau?"

Gio hanya mengehkeh sumbang seraya memalingkan wajah seolah tak habis pikir dengan ayah Rompis, "ndak peduli dia, makin malu justru ngakuin Rompis anaknya."

Mus mengangguk, miris, getir sekali hidup kawannya itu, "koe juga sadar Yo...kalo besok lusa bapak ibumu yang dipanggil gusti Allah, nyesel koe! Udah nyakitin mereka. Koe lebih milih urip orang lain ketimbang ibu sendiri yang lahirin koe ke dunia..."

Gio mengangguk membenarkan, ia memang pernah salah dan tak ada pembelaan yang ia benarkan, maka dari itu ia ingin memperbaikinya.

"Almarhumah boleh pernah mbantu koe, Yo. Tapi permintaannya itu loh, imposible...wong anaknya ndak bisa disembuhin cuma karena diajak ajak doang, yang ada, justru kamu yang kena jerat utang sama dia, to?! Dia itu, memang mesti di sembuhin sama ahlinya, sarang penyakitnya pun mesti dibersiin biar dia ndak balik lagi."

"Terus rencanamu setelah ngacak-ngacak sarang kaum Luth ini, opo? Aku tau loh Yo...polisi yang jaring razia ini cuma alibi rencanamu yang manfaatin koneksi masmu...Ati-ati loh Yo...aku sih takutnya Rompis jadi marah sama kamu atau, iki---" tunjuk Mus pada Leta yang baru ngeuh jika sejak tadi ada anak monyedd yang meluk Gio erat-erat sambil bersandar kaya meluk tiang.

"Iki...salah satu tersangka yang kena razia juga, to? Terkapar begini?!"

Gio kembali mendengus geli kali ini, "iyo. Iki korbannya...makanya tolongin aku bawa motor Leta balik," tuduh Gio ke arah motor Leta, yang akhirnya ia dapat menemukan si bejo tanpa tuannya di dekat pohon samping kiri bangunan.

"Langsung ke rumahmu juga ndak apa, biar besok aku yang bawa...kasian kamu kalo mesti bolak-balik rumah aku dulu, udah malem." Ujar Gio mulai memasang helmnya di kepala.

"Lah, terus kamu gimana bawa bocah itu...dia pules gitu." tunjuk Mus dengan dagunya pada Leta yang kini persis bayi koala di pelukan Gio.

"Bisa lah. Paling pelan-pelan, banyak berentinya. Aku juga bingung sebenernya...mau bawa Leta kemana dulu, kalo langsung ke rumah udah pasti kena pukul bapak ibu. Belum bulek Wulan, pasti ngga akan terima anaknya begini..."

Mus cengengesan melihat Leta, "ndak nyangka aku, cewek yang jadi istri koe tuh, cah gendheng--galak iki, Yo. Doi serem kalo udah ngamuk, ndak takut koe, Yo?"

Gio mengurai senyuman, "yang galak yang rawrrr! Aku pawangnya."

Mus tertawa mendengarnya, wes! Abis ini ia bakalan nyari pacar atau istri sekalian yanh galak-galak jutek begitu, "kalo nyewa penginapan kelas melati dulu gimana, Yo? Mana sesuk pasti sekolah..."

Gio mengangguk, usulan Mus memang sudah terbersit di otaknya kala itu, "sepertinya begitu..."

"Ta temenin Yo..." ujarnya sebagai seorang kawan yang baik, diangguki Gio.

Mus berjalan cepat ke arah motor Leta setelah meminta kunci motor yang diambil Gio dari saku sweter Leta.

"Ta, hey...." Gio menepuk-nepuk pipi Leta, mencoba menyadarkan gadis itu yang susahnya ampun-ampunan, seolah mata dan kesadaran Leta sudah tak dapat diselamatkan lagi.

"Ta...kita pergi dari sini, tapi aku mesti bawa motor...aku minta kerja samanya kamu, buat bertahan." Berkali-kali Gio menepuk pipi Leta dan mencubit lengannya hingga gadis itu sedikit memberikan celah kesadaran.

"Denger aku, Ta...aku mau bonceng kamu...tapi kamunya mesti bangun dulu sebentar, takut nanti celaka."

"Iyo...iyo," angguk Leta berusaha tetap terjaga meskipun kepayahan, berkali-kali pula ia lemas dan terkulai.

"Pegangan sama aku," pinta Gio dimana Leta sudah bersandar manis di badan belakang Gio. Mungkin jika polantas melihat keduanya, Gio sudah kena tilang, membawa seseorang yang tertidur.

Satu tangan Gio memegang stang motor, mengarahkan laju motor mengikuti Mus di belakang, sementara satu tangan lainnya menahan menahan kedua tangan Leta yang melingkar di perutnya, sembari melajukan motor pelan penuh pijakan.

Menyusuri malamnya kota Malang, demi mencari-cari penginapan kelas melati untuknya dan Leta malam ini menginap.

Lumayan pegal, tapi Gio berusaha keras bertahan sampai akhirnya Mus menoleh dan menunjuk ke atah bangunan 2 lantai bertuliskan penginapan.

Setelah check in dengan alibi Leta ketiduran karena kelelahan, Gio mendapatkan satu kamar untuknya dan Leta beristirahat malam ini.

"Aku balik lah Yo, baik-baik jagain anak orang!"

"Yooo! Matur suwun Mus," Gio mengangkat tangannya dan menutup pintu kamar dimana Leta sudah berbaring di dalamnya.

Gio beralih mengabari ibu dan bapak, dan sekali lagi ia harus berbohong pada keduanya, jika Leta dan dirinya menginap di salah satu penginapan melati.

Bapak sempat marah dan mewanti-wanti Gio akan keselamatan Leta. Hingga tak lama ia juga mendapatkan cecaran dari mas-mas Hanoman.

"Jaga Leta, Yo! Awas kalo bojomu kenapa-napa, koe yang mas kubur duluan!" ancam mas Rangga.

Ditatapnya Leta dengan sorot mata malas, "aku suaminya, tapi orang rumah kok ya nganggap aku kaya penjahat, apa aku per-kos aaa kamu aja sekalian ya, Ta? Mumpung kamu juga lagi ngga sadar..." monolognya berbicara pada Leta yang terlelap.

.

.

.

.

.

1
isni afif
lanjut teh sin.....😍😍😍
Wandi Fajar Ekoprasetyo
beuh..... minta d kubur si gio ini.....jgn dlu lah...tunggu SMP leta yg ngasih kan jd nya enak
Wandi Fajar Ekoprasetyo
gila bener....mas Hanoman......
rheisha
persosa aja,orang udah halal ini yo...😄
Maymayarni
lanjut thor
Deuis Lina
itu lebih baik Yo karena gak berdosa juga kamu kan suaminya yg sah
MunaRizka
bener yaa mas gio,,diperkose ataupun enggak tetap aja disalahin🤣🤣
MunaRizka
bertengkar hanya alibi yaa gio
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣
kusumaning ati💕
gio...gio....susah sembuh itu si rompis kalo ga dari dirinya sendiri mau...
nunggu letta sadar pasti seru ngamuk2 nya ma gio...
Er
ayo yo tak dukung kalau kamu mau perkosa bojo mu
ndak ada juga yang bakal masukin ke penjara
kusumaning ati💕
suruh ospek sama mas hanomanmu goi ...biar dididik laki2 sejati
MunaRizka
astaga kenapa jadi kebetulan,kebenaran yg benernya leta🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
salah paham si pak polisi🤣🤣🤣🤣🤣
ieda1195
pokosa aja gpp yoo,, udah ada lebel halalnya,,
biar si letta gk pergi2 dri kmu
ieda1195
nahh,, siippp mus
Nurhayati Nia
monggo mas gilo wong udah halal ini tohh
Zee Zee Zubaydah
waduuh,si gio main perkosaa aja
jangan to yo,kasian si leta masih gadis
UfyArie
heee gio glamak😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!