Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.
Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.
Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.
Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bungee ~ Bab 34
Leta mendekap baju olahraganya, jam pelajaran terakhir ini adalah pelajaran olahraga.
"Hey cepetan, udah ditunggu pak Suryo di lapang!"
Leta berlari bersama Aul dan Rahma, "udah lah, ganti bajunya barengan aja...ngga ada waktu, kalo gantian kelamaan!" ujar Rahma diangguki Aul, "setuju."
Namun Leta justru menggeleng ingat dengan dadanya yang dipenuhi tanda merah dari Gio, "ih engga ah! Koe berdua...monggo barengan, nah aku ganti sendiri saja!"
"Emhhh, sombong! Punya opo sih, biasanya juga hayok-hayok aja ganti baju jamaah!" Rahma mencebik disetujui Aul, "iyo. Wong punya kita sama kok...kamu punya tete kanan kiri aku juga...malah punyaku kayanya lebih gede dari punya kamu!" cibir Aul membandingkan buah kembar miliknya dan Leta yang ditertawai Rahma.
"Opooo?! Punyamu justru bukan tete tapi kutil!" cibir Rahma pada Aul.
"Saravvv, aku ndak kepikiran kesana!" umpat Leta.
"Terus opo, atau kamu panuan, Ta?!" pernyataan itu justru jadi boomerang untuk Leta sendiri saat kini kedua teman ngga ada akhlaknya itu mempertanyakan ucapan Leta, "hayoo ngaku! Pasti ada yang kamu sembunyiin, Ta?!" tuduh Aul menunjuk dada Leta, praktis saja Leta menyilangkan tangannya di dada.
"Hayoo, ngaku! Aul bener!" Rahma ikut-ikutan menunjuk dan meminta Leta mengakui.
"Opo seh! Ndak ada yang aku sembunyiin frennn..." geleng Leta.
"Jangan bilang kamu nyembunyiin pak Suryo disitu!" tunjuk Rahma ke atah dada Leta. Dan tawa kencang mereka memancing atensi orang sekitarnya.
Sutthhh!
"Kamu Ul, tawa kamu koyo orang ngga pernah diadzanin, to!" tuduh Rahma.
"Kamu yang paling kenceng...ketawa kamu koyo besok ngga bakalan bisa ketawa lagi aja."
Ck! Leta berdecak dan berlalu duluan. Namun ketika akan masuk, kedua temannya itu justru ikut masuk ke dalam kamar mandi.
Bahkan mereka menarik Leta masuk saat ia memilih mengalah untuk keluar.
"Ayo buruan ganti Ta...ini udah mulai pelajarannya dari tadi to...kamu ndak mau kena hukuman, kan?!" Aul tergesa mengganti baju seragamnya dengan seragam olahraga begitupun Rahma.
Leta masih enggan membuka seragamnya di depan kedua manusia paling penasaran di dunia ini, "kalian berdua aja duluan...kok ya aku kepingin pi pis dulu..." alasannya.
"Yaa...beser, habis minum apa to?" ujar Aul. Namun akhirnya dengan alasan itu keduanya percaya saja hingga membiarkan Leta mengganti bajunya sendirian.
Leta berjalan ke arah gerbang bersama Aul dan Rahma, Gio sudah disana namun Leta belum menyadarinya.
Gio benar-benar berdiri di atas motornya dengan helm terpasang seraya membaca dengan seksama pesan masuk.
Rompis
Yo, bisa kita ketemu dulu sebelum gue pergi ?
Gio menghela nafasnya tak berniat menjawabnya segera dan lebih memilih memasukan ponselnya ke dalam saku.
Saat ia kembali mendongak dan pandangannya terarah pada gadis yang sudah ia lihat tadi kini justru gadisnya itu sedang berjalan bukan hanya bersama Aul dan Rahma, namun ada sosok lain juga yang ikut nimbrung.
Pemuda yang kini berjalan beriringan dengan Leta seraya berbincang penuh tawa itu entah sejak kapan datangnya. Ia bahkan terlihat menatap Leta dengan tatapan yang tak bisa dijabarkan dan hanya kaum adam saja yang paham dengan perasaan itu.
Gio langsung turun dari motornya yang sejenak ia tepikan dahulu, melepas helm dan melangkah masuk ke dalam sekolah Leta demi mengacaukan rencana yang mungkin saja sudah pemuda itu siapkan dengan manisnya.
"Maaf---e, Ar...aku ndak bisa, kalo hari ini aku ada acara dulu." Leta nyengir penuh kegetiran.
"Gimana kalo sama aku aja, Ar...Leta ndak bisa katanya?!" alis Rahma naik turun menawari Arkan.
Aul mendorong kepala Rahma, "cih, gatel! si Arkan maunya karo Leta, Ma...ayok balik aja!"
Rahma tertawa, sengaja ia lakukan karena kini situasinya kok ya jadi canggung begini. Ia dan Aul sama-sama tau jika pemuda paskibra sekolah mereka itu suka pada Leta dan saat ini yang sedang ia lakukan adalah pendekatan, namun sayang seribu sayang, cowok ganteng manis begitu mesti patah hati sebelum cintanya bersemi. Abisnya suka sama istri orang sihhh....
"Kalo besok gimana?" Arkan masih tak menyerah membujuk Leta, bagaimanapun kondisinya...ia harus menciptakan moment manis di masa mudanya termasuk memiliki pacar yang ia harapkan. Dan Leta adalah gadis yang entah sejak kapan sering ikut latihan fisik menyertai anak paskibra meskipun dalam versi berbeda. Jika anak paskibra melakukan fisik untuk berlatih dan lomba, Leta melakukannya karena hukuman, meski tak sering.
Dan gadis itu telah mencuri hatinya dengan sikap absurd, ramah, ceria dan juga wajah cantiknya. Leta juga cukup humble meski tidak menunjukan diri di sekolah. Namun menurut Arkan, berlian itu memang tak pernah memiliki sifat muncul ke permukaan untuk mendapatkan perhatian makhluk lain di bumi ini.
Leta gelagapan, tak terbiasa menolak orang baik...padahal dengan Gio ia bisa sejujur dan sefrontal itu kalau tak mau atau tak setuju.
"Aku---"
"Ngga bisa!" jawab suara berat dari belakang mereka. Seketika Leta dan dua temannya itu terkesiap mendengar suara yang persis gemuruh itu.
"Aku bantu jawab. Begitu aja susah jawabnya, kamu...yank..." Gio menatap Leta yang membeku dan melihat Gio dengan ketidakpercayaan.
Leta semakin membulatkan matanya dengan sikap sadis Gio barusan. Aul dan Rahma yang awalnya bisa bersantai, kini justru jadi yang paling gugup dan panik, persis komplotan maling yang ketauan saat beraksi.
"Mas,"
Gio mengalihkan pandangan pada cowok SMA yang baru saja mengajak istrinya jalan itu, "dia pacarku, hari ini dia mau nemenin aku, besok juga sibuk sama aku...nah lusa dia mau ke rumahku, besoknya lagi aku mau ke rumahnya. Selulus nanti dia sama aku mau ke KUA." saklek Gio.
Sejak tadi tangan Aul sudah mencolek-colek Rahma dan Leta di belakang badan mereka persis nyolekin tempe ke sambel, tanda jika ia tak siap jika harus jadi saksi perang baratayuda berikutnya. Pasalnya disini Kurawa itu justru suami si perempuan sendiri. Dan si Pandawa adalah orang ketiga.
"Ul, Ma...Arkan. Aku duluan balik yo...permisi.." Leta menarik tangan Gio dan menyeretnya untuk pulang saat melihat wajah menyedihkan Arkan sudah tergambar di penglihatan, wajah yang berusaha tegar itu seolah memberikan rasa tak enak hati Leta.
"Iya Ta...hati-hati baliknya."
"Aman Ta!"
Ujar Aul dan Rahma bersamaan.
Sepeninggal Leta dan Gio, Arkan menatap keduanya pergi, dengan gestur Leta yang terlihat tengah menjelaskan pada Gio.
"Jadi mas-mas ojek itu pacarnya Alle?" tanya Arkan kini mencecar Rahma dan Aul.
"Dia bukan---"
"Keeerr....ck--ck--ck---" mulut Aul monyonk-monyonk bersiul, ia justru mengedarkan pandangan mencoba sibuk sendiri seolah ia lagi nyariin ayam tetangga bermaksud menumpahkan semua beban penjelasan pada Rahma, pasalnya sebelumnya kedua teman Alleta itu yang bilang pada Arkan jika Leta masih sendiri, jauh sebelum keduanya tau jika nyatanya Leta sudah menikah dengan Gio.
Rahma menarik lengan Aul agar tetap bersamanya dan menarik rambut temannya itu hingga ia kembali terlibat dalam obrolan.
"Ul...Ma ??" tanya Arkan meminta penjelasan.
"Iya, Ar...maaf yoo...kamu kurang gercep. Leta keburu sold out---" Rahma nyengir asam.
"Ck." Arkan menunduk dan menendang-nendang udara dan pergi dari sana dengan rasa kecewa.
"Ul," Rahma melihat pada Aul dengan wajah getir.
"Opo?! Yo wes lah...lagian siapa suruh si Arkan kurang gercep. Udah dikasih tau jomblo tapi nembaknya baru punya niat aja...jadinya Leta keburu kawin. Yo balik..." ajak Aul.
"Yok!"
"Eh ngomong-ngomong dasyatnya ngamuk mas Gio, yokk Ma?! Doi saklek banget!" ia menunjukan gigi-gigi rapinya lalu bergidik.
"Itu namanya mempertahankan, Ul...cowok emang mesti gitu! Jadi pengen digituin juga, aku lurrr..."
"Yok, cari cowok yukkk, Ma..." keduanya tertawa.
Leta masih diam di boncengan Gio, pikirannya masih mencerna sikap posesif Gio tadi. Cukup dibuat terkejut, dan ada perasaan geli-geli berbunga.
"Aku tandain cowok item jangkung tadi. Jauh-jauh kamu dari dia..." omel Gio.
"Lagian aku juga ngga jamin dia masih mau deket aku, wong tadi mas saklek banget. Dia juga punya malu, punya harga diri buat ngga deketin punya orang..." balas Leta beradu kencang dengan angin jalanan.
"Yo bagus!" angguk Gio. Ia tak mau diribetkan dengan masalah orang ketiga, sudah cukup Rompis yang mengganjal di gawang pintu rumah tangganya dan Leta, jangan ada lagi Rompis atau Arkan lain.
"Kamu tuh, kalo sama orang lain ndak bisa galak...tapi sama aku galak banget, Ta..."
Leta mendelik seraya memiringkan kepalanya agar bisa lebih dekat dengan wajah Gio.
"Kalo sama orang lain aku banyak makan hati, karena aku ngga bisa marah dan galak, aku jaga image padahal hati aku pengen judes sama marah-marah...Kalo sama kamu, aku bisa jadi diriku sendiri...bisa bebas berekspresi...bisa bahagia versi diriku, ngeluarin uneg-uneg tanpa memikirkan rasa canggung..." jawab Leta, "atau kamu mau aku anggap orang lain, mas?" tanya Leta balik.
Gio jelas menggeleng dan mendengus geli, "aku mau cari kemeja putih sama celana buat cadangan bekal kkn nanti..."
Leta mengangguk, "oke. Nanti aku yang pilihin."
.
.
.
.
.
love❤❤ buat teh sin😘😘😘😘