Anaya Devaloka (21), seorang gadis muda yang terpaksa menjadi ibu susu bayi bernama Elnan Kavindra demi melunasi hutang ayah tirinya dan membiayai pengobatan mamanya.
Richard Kavindra (29), seorang CEO muda nan tampan dan terkenal playboy. Ia menyukai gadis seksi yang bertubuh langsing. Namun, ketika ia melihat Naya, semua tipe gadis idealnya seakan tak berlaku sama sekali. Ia terjebak pada pesona ibu susu baby Elnan anaknya.
Akankah Richard mampu meluluhkan hati Naya? dan bisakah Naya tetap teguh pada hatinya tanpa tergoda oleh Richard?
Follow Ig : @yoyotaa_
Dilarang keras untuk menjadikan cerita saya jadi konten!!!!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Maafkan aku, Nay
Richard mendekatkan tubuhnya lagi. Ia mengangkat tubuh Naya untuk duduk di pangkuannya. Ia langsung memeluk Naya erat memberikan kehangatan untuknya. Ia bisa merasakan kedua dada Naya menempel pada tubuhnya. Ada jiwa panas yang membara di tubuh Richard.
Naya, aku tidak tahu apakah aku akan kuat menahan g*irah ini saat kita berpelukan. Namun, jika sampai hal buruk terjadi. Aku janji akan menikahi mu.
Naya bisa merasakan sedikit kehangatan saat tubuhnya dan Richard bersentuhan. Ia pun menerima pelukan itu tanpa menolaknya. Namun, ada satu hal yang membuatnya tidak nyaman. Ia merasakan sesuatu yang mengeras di bawah perut Richard.
Masih di posisi yang sama, Richard tiba-tiba mengecup leher Naya dengan buasnya. Naya merasakan getaran dalam tubuhnya. Ia pun mend*sah karenanya.
Kecupan itu, kini mulai turun ke dada Naya. Namun, Richard agak kesusahan karena Naya masih memakai kaca mata di dadanya. Dengan sedikit tergesa-gesa tangan Richard mencari pengait bra yang menopang dada Naya tersebut lalu melepaskannya. Sejenak, Richard menghentikan kecupannya, dan membuang bra Naya sembarang.
Kedua dada polos Naya sudah menempel di tubuh Richard. Hal itu membuat Richard semakin berg*irah. Kedua dada Naya langsung ia mainkan dengan ganasnya. Seolah-olah ini adalah hari terakhir ia menikmati dada Naya. Remasan itu begitu kuat hingga membuat napas Naya tidak beraturan dan membuat suara d*sahan Naya keluar dari mulut kecilnya.
"Ah ..."
Tak hanya itu saja, Richard juga menghisap dada Naya dengan lahapnya seperti bayi yang tengah menyusu pada ibunya. Naya terus mend*sah. Ia seolah kehilangan pikiran jernihnya dan terbuai dengan apa yang dilakukan Richard. Tentunya hal itu akan membuat Richard semakin ingin melakukan hal lebih pada Naya.
Richard mulai merebahkan tubuh Naya dan menindihnya. Tangan nakalnya kini menyentuh milik Naya dan mengusapnya dari celana, sedangan mulutnya masih asik menaiki gunung kembar milik Naya.
Tak puas jika hanya menyentuh milik Naya dari luar. Tangan Richard pun masuk ke dalam celana Naya dan menelusup masuk ke cd Naya. Tangannya memainkan gumpalan kecil milik Naya. Hal itu membuat Naya semakin mend*sah.
"Ah, ah, ah ..."
Mendengar d*sahan Naya, Richard semakin bersemangat untuk memainkan milik Naya. Tubuh Naya bergetar, sampai akhirnya sesuatu pun keluar dari milik Naya. Saat Richard ingin membuka celana Naya, tiba-tiba ia mendengar suara mamanya.
"Kehormatan wanita itu terletak pada kesuciannya."
Richard langsung menghentikan aktivitasnya di saat Naya sudah siap menerima perlakuan lebih. Ia pun menutup kedua dada Naya dengan bajunya.
"Maafkan aku, Nay. Aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak menyentuhmu," lirih Richard yang melihat Naya yang masih terbaring dengan lemahnya. Tak lama kemudian kesadaran Naya pun menghilang.
Meski Richard harus menahan sakit pada miliknya yang sudah mengeras. Itu lebih baik daripada ia meneruskan sesuatu yang hanya akan membuat Naya membencinya.
Richard turun dari rumah pohon dengan tanpa mengenakan pakaian atasnya. Ia berusaha meredakan miliknya. Ia membiarkan air hujan membasahi tubuhnya. Ia terduduk di rerumputan dengan rasa menyesal menyeruak di dadanya.
Satu jam kemudian, hujan pun berhenti. Naya membuka matanya pelan. Ia mengedarkan matanya melihat ke sekelilingnya. Ia tak melihat Richard sama sekali. Naya pun berusaha untuk bangkit dari posisinya.
Naya terkejut saat ia terduduk, tubuh atasnya sudah tidak mengenakan sehelai kain pun. Kain yang tadi menutupi tubuhnya terjatuh ke pahanya. Ia ingat apa yang telah ia lakukan tadi bersama Richard. Namun, mengingat hal itu, ia juga menikmati perlakuan Richard, ia juga kecewa pada dirinya sendiri.
Hanya saja ia merasa bersyukur karena Richard tidak mengambil kesuciannya. Naya yakin itu. Karena celananya masih terpasang rapih di tubuhnya.
Naya segera mengambil bra dan bajunya kemudian mengenakannya. Ia pun turun dari rumah pohon untuk mencari keberadaan Richard.
Mata Naya terpaku saat melihat Richard yang duduk bersandar di pohon dengan kaki yang diluruskan. Ia pun mendekat ke arah Richard.
"Rich," panggil Naya. Richard pun segera menoleh. Ia melihat Naya yang sudah berpakaian lengkap.
"Kau sudah bangun?" tanya Richard. Naya pun mengangguk.
"Maaf, aku hampir saja merenggut kesucian mu," ucap Richard sambil menatap wajah Naya nanar.
"Itu bukan salahmu juga. Ada salahku di dalamnya. Aku juga terbuai olehmu. Kehangatan yang kau berikan membuatku ingin terus menikmati kehangatan itu."
Mendengar perkataan maaf Richard. Naya jadi tahu, jika laki-laki yang ada di hadapannya ini, masih memiliki akal sehat untuk tidak mengambil kesucian seorang wanita hanya karena ia sedang tak kuat menahan n*fsunya.
"Ayo kita pulang, hari sudah mau gelap," ajak Richard sambil berdiri dari posisi duduknya.
Mereka berdua pun akhirnya pulang dengan baju yang masih setengah basah.
***
Sesampainya di rumah, Richard mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Ia memikirkan kembali kejadian yang hampir saja merenggut kesucian seorang wanita. Meski ia menikmatinya, ia tak ingin merasa bersalah seumur hidupnya. Richard pun bertekad dalam hatinya. Jika mamanya sudah kembali ke rumah, ia ingin menyatakan keinginannya untuk menikahi Naya.
Richard keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk yang ia lilitkan di pinggangnya. Kemudian ia memakai kaos dan celana panjang. Tiba-tiba ponselnya berdering.
'My Mom' Nama itu yang tertera di layar ponsel Richard. Ia langsung menjawab panggilan tersebut.
"Halo Cad. Kamu sedang apa?" tanya Helen disana.
"Baru selesai mandi ma," jawab Richard.
"Kalau cucu mama sedang apa?" tanya Helen lagi.
"Entah, Icad belum bertemu dengan Elnan setelah keluar tadi ma," jujur Richard yang memang tidak tahu bagaimana keadaan Elnan.
"Is, kau ini ya! Tidak bisa diandalkan." Richard mendengus kesal mendengar ejekan mamanya.
"Mama cuma mau kasih tau aja. Besok mama akan pulang dari Paris. Besok siang kau jemput mama di bandara ya."
"Baiklah ma. Asalkan jangan lupa biaya transportasinya aja."
"Kau ini, sama mama sendiri minta bayaran. Anak siapa sih sebenarnya?"
"Anak papa lah. Orang papa yang nyumbang ke perut mama," jawab Richard asal.
"Jangan lupa, mama yang melahirkan mu ke dunia," timpal Helen.
"Iya tau," jawab Richard.
"Kau tidak merepotkan Naya saat mama disini, kan?" tanya Helen lagi.
"Hmm." Richard tampak berpikir untuk menjawabnya. "Aku selalu menyuruhnya untuk melayaniku setiap sarapan pagi dan menyiapkan pakaian untukku berkerja. Ya seperti yang biasanya mama lakukan padaku. Itu tidak merepotkan, bukan?" jawab Richard lalu membalikkan pertanyaan.
"Tidak, tidak. Itu hal yang wajar. Ya sudah, mama tutup teleponnya. Bye."
Helen pun menutup teleponnya. Sebuah senyuman terlukis indah di bibirnya. Seperti ada sesuatu yang berjalan sesuai rencananya. Ia pun menatap lurus ke depan dan mengucapkan sesuatu.
"Kau harus tenang disana sayang. Mama akan buat Elnan mendapatkan kasih sayang seorang ibu yang tulus untuknya."
***
Terima kasih sudah membaca ceritaku sampai di bab ini. Semoga kalian menyukainya.
Jangan lupa berikan like dan vote nya teman-teman.
Ramaikan juga cerita ini dengan komentar-komentar kalian.
Kalian bisa juga memberikan dukungan untuk yoyo dengan menonton iklan yang ada di kolom pemberian hadiah.
jangan lupa mampir juga di karyaku ya,🙏🏻
icad icad..