Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TWENTY NINE
Menunduk tepat di depan ku, mengambil jus jeruk dari genggaman ku dan menyentil dahi ku sedikit keras, Mas Fahmi kemudian berkata semakin menyebalkan dimata ku.
"Bawel!"
Dia berlalu dengan santai sambil meminum jus jeruk ku, memaksa ku dengan terburu beranjak tak lupa membawa serta sempol ayam juga mau tak mau mengikutinya menuju tempat parkir.
_
Mobil berhenti tepat pada pelataran gedung yang ku yakini sebagai tempat dimana Mas Fahmi bekerja. Menatap sekeliling dari balik kaca mobil, aku mengangguk pelan, merasa pantas Jakarta disebut sebagai kota pertama dengan polusi tertinggi.
Melihat dari banyaknya kendaraan pribadi yang terparkir di depan kantor ini saja dia sudah bisa memperkirakan bagaimana macet dan asap yang timbul jika semua kendaraan itu berjalan sekaligus bersamaan.
Tepukan di bahu ku membuat aku mengalihkan kan attention ke arah Mas Fahmi yang menatap tanya dan ku jawabi dengan gelengan.
"Ayo turun Mi" aku mengerjap sebentar, melihat penampilan ku yang terbilang seperti anak SMA dan gedung tinggi di depan sebagai perbedaan yang sungguh jauh jarak nya menggeleng.
"Saya disini saja Mas. Gak enak kalo ikut masuk. Mas cuma sebentar kan?" tanya ku memastikan.
"Umm saya gak jamin sebentar, mungkin bisa nyampe 2 jam atau lebih" aku dibuat melongo tak percaya. 2 jam? Lalu aku harus apa di dalam mobil sendirian? Lebih baik langsung saja keliling Jakarta sendiri.
"Saya bercanda. Udah ayo" akhirnya sekali lagi aku hanya manut dan turun dari mobil yang pintunya sudah di buka kan Mas Fahmi , setelahnya mengikuti pria itu masuk ke dalam gedung.
Rasa kontras antara pakaian dan tempat yang aku pijak, terasa sangat nyata bahkan aku berasumsi mungkin sekarang banyak mata tengah menatap ke arah ku yang nampak seperti anak SMA tersesat, membuat aku tak berani untuk mengangkat kepala dan senantiasa menunduk memperhatikan kemana langkah kaki Mas Fahmi menuju.
-
Rasa sunyi yang timbul membuat aku mendongak kan kepala, menatap sekeliling ke tempat yang lebih tenang dengan hanya beberapa orang di balik sekat bagian yang pastinya tengah sibuk pada laptop atau komputer masing-masing.
Aku menatap ke Arah Mas Fahmi yang sekarang menghentikan langkah, dan melihat ke arah ku.
"Kamu tunggu di sana sebentar ya? Saya mau ke ruang HRD gak akan lama kok" aku mengangguk, berjalan ke arah bilik kosong yang semula Mas Fahmi tunjuk agar aku menunggu disana, setelahnya dia beranjak kembali melangkah melewati lorong sebelum berbelok ke bagian kanan. Meninggalkan aku di tempat dia biasa bekerja.
Ya ku tau karena sekarang aku tengah memperhatikan setiap hal yang ada dalam bilik khusus Mas Fahmi ini. Tak banyak barang yang ada.
Hanya vas tanaman kaktus plastik di balik komputer, gelas kopi yang tak jauh di sebelahnya, alat tulis pada wadah lengkap dengan beberapa kabel, note-note kecil pada sudut komputer juga pada bagian sekat bilik dan yang paling menyita perhatian ku adalah foto kami -aku dan Mas Fahmi- foto dimana kami yang bergandengan tangan kala melihat matahari terbenam saat itu, yang membuat aku berfikir juga mengingat kapan foto itu diambil, atau siapa yang mengambilnya, pertanyaan yang tak ku dapati jawabanya hingga seseorang datang mengetuk pintu bilik Mas Fahmi.