Gabrielle Shaquille Ma, pria tampan dengan nama keren, kekayaannya membuat semua wanita tergila-gila dengannya, bahkan banyak dari mereka berharap bisa tidur dengannya satu malam saja.
Tidak disangka, hati pria yang dingin dan suka menyendiri ini akan tergerak oleh seorang pelayan restoran yang sedang dipermalukan di depan umum.
Sejak detik itu juga, gadis ini telah tertancap di hatinya.
Halo gengsss, selamat datang di dunia ke-uwuan kita. Novel ini adalah pecahan dari novel History Of Liang Zhu(Reinkarnasi Kedua). Di sarankan banget buat baca novel itu dulu sebelum lanjut baca ke novel yang ini biar kalian nggak bingung. Selamat membaca dan semoga terhibur ya 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengangguran
"Pak Nun, kenapa aku tidak pernah melihatmu makan?" tanya Elea sembari mengunyah makanan.
Elea baru saja bangun pukul sembilan pagi tadi. Dan saat ini dia sedang berada di meja makan untuk sarapan di temani oleh Pak Nun dan beberapa pelayan yang kini sudah menjadi teman baiknya selama dia di kurung.
"Nona cukup memanggil saya Nun saja. Tidak perlu ada embel-embel pak-nya!" jawab Nun.
"Itu tidak sopan. Bagaimanapun aku kan lebih kecil dari Pak Nun",.
Nun tersenyum. Nona kecilnya ternyata sangat menjunjung tinggi harga kesopanan.
"Baiklah jika itu yang Nona inginkan",.
Elea mengangguk.
"Pak Nun, kau belum menjawab pertanyaanku tadi!" ucap Elea sambil menatap kearah pria yang dia panggil Pak Nun.
Nun bingung harus menjawab apa. Sebagai seorang mutan tentu saja dia tidak membutuhkan makanan atau minuman seperti manusia pada umumnya. Tapi dia tidak mungkin mengakui hal itu di hadapan Nona Elea.
"Saya selalu makan di belakang bersama yang lainnya Nona!" sahut Nun beralasan.
"Oh.. Aku pikir karena pencernaan Pak Nun rusak jadi Pak Nun tidak pernah makan!" ucap Elea mengerti.
Para pelayan tersenyum lucu mendengar perkataan Nona mereka.
"Tidak Nona, saya baik-baik saja",.
Elea mengelap mulutnya dengan tisu setelah sarapannya habis. Dia kemudian duduk sambil bertopang dagu.
'Kalau aku terus menjadi pengangguran seperti ini bagaimana dengan nasibku ke depannya? Tidak bisa, aku harus memikirkan cara agar bisa mendapatkan pekerjaan. Tapi dimana?',.
Saat Elea sedang bingung, tiba-tiba saja sebuah ide muncul di kepalanya. Dia kemudian menoleh kearah para pelayan.
"Pak Nun?" panggil Elea dengan senyum semringah.
Nun yang melihat senyum aneh di bibir Nona kecilnya mulai waspada. Seminggu lebih mengenalnya membuat Nun cukup tau kalau senyuman itu adalah sebuah pertanda kalau Nona kecilnya sedang menginginkan sesuatu.
"Iya Nona Elea. Ada apa?" tanya Nun was-was.
"Di rumah ini ada lowongan pekerjaan untuk menjadi pelayan tidak Pak?" tanya Elea penuh harap.
Kening Nun mengerut.
"Memangnya siapa yang ingin bekerja Nona?",.
Elea tersenyum.
"Aku!",.
Benar kan. Senyuman tadi benar-benar pertanda buruk. Tebakan Nun tidak salah karena Nona kecilnya memang menginginkan sesuatu. Dan keinginannya adalah bekerja sebagai pelayan di rumah ini.
"Nona, boleh saya bertanya?" tanya Nun dengan wajah jelek.
Elea mengangguk. Dia sangat berharap kalau Pak Nun akan menerimanya untuk bekerja di sini.
"Kenapa Nona bisa terfikir untuk menjadi pelayan di rumah ini?",.
"Karena aku membutuhkan pekerjaan, Pak Nun. Manager restoran pasti sekarang sudah memecatku karena aku tidak masuk kerja selama satu minggu. Aku tidak bisa terus menjadi pengangguran seperti ini Pak Nun. Secepatnya aku harus mendapatkan pekerjaan yang baru!" jawab Elea sambil menggoyang-goyangkan kaki seperti bocah.
Nun dan para pelayan tidak tau harus bagaimana menyikapi kepolosan Nona mereka. Tidakkah Nona mereka sadar kalau Tuan Muda Gabrielle siap menanggung segala kebutuhannya di rumah ini?.
"Nona, Tuan Muda bisa marah kalau saya mempekerjakan Nona di rumah ini. Nyawa saya bisa menjadi taruhannya!" ucap Nun berusaha membuat Nona kecilnya menyerah pada keinginannya.
Elea terdiam bingung. Dia merasa ada yang aneh.
"Kenapa bos harus marah padamu, Pak Nun. Bukankah seharusnya bos itu senang ya karena pelayan di rumahnya bertambah satu orang?",.
"Bukan begitu Nona. Tuan Muda secara khusus membawa Nona ke rumah ini bukan untuk bekerja sebagai pelayan. Melainkan sebagai teman hidupnya!" jawab Nun sabar.
"Teman hidup? Apa itu Pak Nun?",.
Nun bingung sendiri bagaimana cara untuk menjelaskannya. Tak ingin salah bicara, Nun akhirnya memberi tanda pada pelayan untuk mengalihkan pembicaraan Nona mereka.
"Nona Elea, bagaimana kalau sekarang kita menggambar lagi di taman? Matahari pagi bagus untuk kesehatan kulit Nona?!" ajak Lusi, salah satu pelayan yang paling dekat dengan Nona kecil mereka.
"Benarkah Kak Lusi? Tapi aku belum selesai membahas pekerjaanku dengan Pak Nun?! sahut Elea bimbang.
Lusi dan para pelayan yang lain tak kehabisan akal untuk merayu Nona kecil mereka agar mau pergi. Dengan hati-hati Lusi menarik paksa tangan Nona kecilnya saat Nun melemparkan tatapan dingin pada mereka.
"Nanti saja membahas pekerjaannya, Nona. Lebih baik kita bersenang-senang saja di taman. O iya, Nona ingin makan buah tidak?" tanya Lusi sembari menarik nafas lega karena telah berhasil membawa Nona mereka keluar dari dalam rumah.
"Tidak kak, perutku masih kenyang!" jawab Elea sambil menepuk perutnya yang membuncit.
Para pelayan terkekeh melihat tingkah lucu Nona mereka. Salah satu diantara mereka tampak berlari mengambil peralatan untuk menggambar.
Semua kejadian itu tak lepas dari mata tajam Nun. Dia terus mengawasi para pelayan dan Nona kecilnya dari balik tirai jendela.
"Baru kali ini aku di buat mati kutu oleh seorang gadis kecil. Menjadi seorang pelayan? Astaga Nona Elea, apa kau tidak tau kalau Tuan Muda Gabrielle siap memberikan sebanyak apapun uang yang kau inginkan tanpa harus bersusah payah bekerja menjadi seorang pelayan?" gumam Nun.
Tak ingin di salahi oleh Tuan Muda-nya, Nun segera mengambil ponselnya untuk melapor. Dia merasa kalau kabar buruk ini harus segera sampai di telinga Tuan Muda-nya.
"Ada apa Nun? Elea baik-baik saja kan?",.
Pertanyaan seperti itulah yang terdengar di telinga Nun begitu panggilannya tersambung.
"Nona Elea baik-baik saja Tuan Muda. Saat ini Nona sedang menggambar bersama para pelayan setelah menghabiskan sarapannya!" jawab Nun sambil melihat kearah Nona kecilnya yang sedang fokus menggambar.
"Menggambar lagi?",.
Nun mengangguk.
"Iya Tuan Muda. Dan Nona Elea terlihat begitu menjiwai kegiatannya" jawab Nun lagi sembari tersenyum kecil.
"Ya sudahlah biarkan saja dia mau melakukan apa. Jangan lupa terus awasi aktivitasnya dan pastikan dia makan dengan baik Nun!",.
Nun kembali mengangguk.
"Baik Tuan Muda. Tuan Muda, ada hal lain yang ingin saya laporkan mengenai Nona Elea!" ucap Nun sebelum Tuan Muda-nya memutuskan panggilan.
"Apa Nun? Elea tidak meminta untuk pergi dari rumah kan? Cegah dia Nun, jangan biarkan dia keluar selangkahpun dari gerbang. Jika itu sampai terjadi kau dan semua penghuni rumah akan menanggung akibatnya!".
Nun menarik nafas dalam-dalam saat Tuan Muda-nya memberikan ancaman.
"Tuan Muda, anda bahkan belum mendengar apa yang ingin saya laporkan. Tenanglah, Nona Elea sama sekali tidak mengatakan hal seperti itu pada saya!" ucap Nun berusaha sabar menghadapi respon berlebihan Tuan Muda-nya.
Terdengar helaan nafas lega dari seberang telefon.
"Kau tidak bilang dari awal Nun, itu salahmu sendiri. Sekarang cepat katakan padaku apa yang di katakan oleh Elea!".
Salah lagi.
"Nona Elea bilang dia tidak mau menjadi pengangguran, Tuan Muda. Dia ingin secepatnya memiliki pekerjaan dan pekerjaan yang dia mau adalah menjadi pelayan di rumah ini. Apa saya perlu menerima pengajuannya, Tuan Muda?",.
Hening.
Nun sudah siap mendengar amukan setelah ini karena dia yakin kalau sekarang Tuan Muda-nya pasti sedang menahan emosi.
"Terima saja kalau sudah bosan menghirup udara di dunia ini Nun. Berani-beraninya kau ingin memperkerjakan calon istriku sebagai pelayan. Kau sudah gila ya?",.
Benarkan? Lagi-lagi Nun yang di salahkan. Padahal bukan dia yang meminta Nona kecilnya untuk bekerja sebagai pelayan. Tapi itu adalah keinginannya sendiri.
"Lalu apa yang harus saya lakukan Tuan Muda?" tanya Nun tak ingin berdebat.
"Tolak. Katakan pada Elea kalau kau tidak membutuhkan pelayan lagi. Atau kau bisa membuatnya sibuk seharian supaya dia lupa dengan keinginannya itu. Biar nanti aku saja yang memberikan pengertian pada Elea. Kau tidak akan bisa!".
Nun menghela nafas perlahan kemudian mengangguk.
"Baik Tuan Muda",.
Setelah itu panggilan terputus. Nun kembali mengawasi Nona kecilnya yang saat ini sedang bercanda bersama para pelayan. Meskipun Nun hanyalah seorang mutan, tapi dia memiliki perasaan yang sedikit peka seperti manusia. Hal itulah yang membuatnya begitu menyukai kehadiran Elea di rumah ini. Keluguan gadis kecil itu membuat rumah ini menjadi lebih berwarna.
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄
🌻VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA GENGSS..
LIKE, COMMENT DAN RATE BINTANG LIMA
🌻IG: nini_rifani
🌻FB: Nini Lup'ss
🌻WA: 0857-5844-6308