Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31. Susuk
Seorang wanita tua tampak menyisir rambut panjang Marni. Dengan telaten ia mengepang rambut Marni yang panjang dan lebat.
"Cah Ayu, kenapa kamu sedih??" tanya wanita tua itu saat melihat wajah murung Marni
Marni menatap wajah keriput dihadapannya.
"Apa aku jelek??" tanya Marni dengan wajah gusar
"Siapa yang bilang. Cucu nenek ini cantik, cantik sekali?" jawab wanita itu tersenyum menatapnya
"Tapi kenapa suamiku meninggalkan aku, dia bahkan tidak mau melihat ku?"
Air mata Marni jatuh berderai saat mengenang suaminya yang tak menemuinya setelah pernikahan mereka.
"Sabar sayang, masih banyak pria di luar sana yang mencinta mu,"
"Tapi aku maunya Mas Aryo?"
Wanita tua itu menghela nafas panjang.
"Kamu mau Mas Aryo melihat mu?"
Marni mengangguk.
"Baiklah, mari kita buat dia bertekuk lutut di kakimu," jawab wanita tua itu
Senyuman Marni seketika mengembang mendengar ucapan wanita itu. Ia langsung memeluk wanita tua itu.
"Terimakasih Nek,"
Wanita itu kemudian menyuruh Marni untuk menunggunya. Ia bergegas masuk untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Tidak lama ia kembali dengan membawa sebuah piring kecil berisi sebuah jarum emas dan bunga kantil.
Marni terkejut saat melihat apa yang dibawa wanita itu. Namun ia tak berani bertanya kepadanya. Baginya Nyai Purwani selalu memberikan yang terbaik untuknya, hingga ia tak pernah bertanya apapun padanya.
Ia selalu percaya padanya. Baginya Purwani adalah pengganti ibunya, meski mereka tak mempunyai hubungan darah, hanya Purwani yang selalu peduli dan menyayanginya dengan tulus.
Wanita itu kemudian duduk di depan Marni dan meletakan piring kecil yang dibawanya disebuah bangku kecil.
Ia kemudian membaca sebuah mantera dan menyuruh Marni memejamkan matanya. Ia meletakan satu telapak tangannya di atas ubun-ubun gadis itu.
Marni pun merasakan sesuatu bergerak di kepalanya. Marni yang penasaran pun membuka matanya dan bertanya kepada neneknya benda apa yang bergerak di kepalanya. Purwani menjawab jika ia sedang membuka auranya. Jadi wajar saja jika ia merasakan ada sesuatu yang bergerak di ubun-ubun nya.
"Aura tubuh kamu sedang di buka nduk, dan sekarang ia tengah bergerak mencari titik terbaik di tubuhmu," jawab Purwani
Wanita itu kemudian menyuruhnya untuk kembali memejamkan matanya.
"Sekarang aku akan memasukkan susuk kantil untuk membuat mu lebih cantik dan menarik. Dengan tanda lahir yang ada di tubuhmu susuk ini akan semakin kuat dan menjadi daya pikat mu,"
"Susuk???" Marni mengernyit mendengar ucapan sang nenek
"Tenang saja, khodam susuk ini bukanlah jin jahat. Dia akan menjaga dan melindungi mu," jawab Purwani
Marni mengangguk. Ia kembali memejamkan matanya dan Purwani melanjutkan bacaan mantera nya. Ia memasukkan jarum di kening ditengah-tengah antara alis. Ia menutup jarum itu menggunakan bunga kantil.
Kembali Marni merasakan sesuatu bergerak, kali ini ia merasakan benda itu bergerak diatas matanya.
Ia merasakan sesuatu bergerak ke kanan dan kiri hingga membuatnya kembali membuka matanya.
Ia kembali memberitahu Purwani tentang benda yang bergerak di keningnya.
"Sekarang dia sudah menemukan tempatnya, dan ia mulai beradaptasi dengan tubuhmu," jawab Purwani
Marni membuka matanya, Purwani pun memberikan cermin kepadanya.
Marni tersenyum sumringah saat melihat wajahnya yang tampak lebih cantik dan berseri-seri.
"Sekarang pulanglah dan temui Aryo," ucap Purwani
Marni langsung bangun dari duduknya dan bergegas pergi meninggalkan kediaman wanita itu.
Ia sengaja mendatangi kediaman Aryo sebelum kembali ke rumahnya sesuai dengan perintah sang nenek.
Aryo yang tengah memainkan gitar seketika berhenti saat melihat kedatangan Marni. Lelaki itu ternganga saat melihat penampilan istrinya yang berubah.
Marni yang dulu lusuh dan jelek kini menjelma menjadi seorang yang sangat cantik. Bahkan ia dibuat semakin terpukau saat melihat senyuman manis Marni.
"Ada apa perlu apa dek?" tanya Aryo
"Aku mau mengajakmu pulang," jawab Marni malu-malu
"Cih, kamu ini selalu saja membuat mas tak bisa menolak," jawab Aryo
Marni tersenyum membuat pria itu semakin mabuk kepayang dibuatnya.
"Ya sudah tunggu sebentar, Mas ganti baju dulu,"
Marni mengangguk, dan Aryo pun segera lari menuju ke kamarnya. Tidak lama pria itu keluar dan mengajak Marni naik keatas sepeda motornya.
Keduanya melesat menuju kediaman Marni yang tak jauh dari rumah Aryo.
Mendengar suara sepeda motor Aryo membuat Ajeng keluar. Wanita itu begitu terkejut saat melihat kedatangan Marni bersama Aryo.
"Bagaimana bisa dia kembali lagi kerumah ini??"
Ia pun buru-buru bergegas menghampiri keduanya.
"Sore mbak," ucap Aryo menyapanya
Ajeng tersenyum kecut melihat kelakuan aneh sahabat sekaligus suami adiknya itu.
"Tumben lo sopan sama gue, setan apa yang merasuki mu!" celetuk Ajeng
"Ah mbak bisa saja," sahut Aryo tersenyum malu mendengar jawaban Ajeng
Pandangan mata Ajeng tiba-tiba berpaling ke arah Marni. Ia menatap tajam perempuan di depannya itu.
Alisnya meninggi saat melihat wajah berseri Marni.
Rupanya iblis itu yang membuatnya tak waras, gumam Ajeng.
Marni pun balas menatap tajam kearah sang kakak.
"Sebaiknya kamu istirahat saja nduk, masih banyak pekerjaan yang harus kamu selesaikan jika ingin mendapatkan sesuatu!" ucap Marni menepuk pundak Ajeng
Ajeng merasakan tubuhnya panas saat Marni menyentuhnya. Ia bahkan nyaris terjatuh jika tak mengeluarkan keris kecil yang dari saku celananya.
Marni melirik kearah Ajeng dan tersenyum seolah mengejeknya.
"Sebaiknya mulai sekarang kamu harus lebih sering mendatangi guru spiritual mu itu, supaya kamu tidak jadi tumbal selanjutnya," bisik Marni
Seketika Ajeng mengepalkan tangannya saat mendengar ucapan Marni. Ia tahu dirinya sedang berbicara dengan Parewangan milik adiknya itu. Ia tahu betul yang dihadapinya kini bukanlah lelembut biasa.
Marni memalingkan wajahnya kemudian menggandeng lengan Aryo.
"Sebaiknya kita kamu istirahat Mas, ingat nanti malam itu malam jumat," ucap Marni dengan nada menggoda
Aryo hanya tersipu melu mendengar rayuan sang istri. Keduanya kemudian berlalu meninggalkan Ajeng.
Ajeng terlihat begitu kesal, ia bahkan membuang keris kecil di genggamannya.
Ia buru-buru masuk kedalam mengejar Marni, Namun sayangnya Marni sudah menutup pintu kamarnya.
Ia pun hanya bisa mengumpat untuk meluapkan emosinya. Ajeng semakin kesal saat melihat kalender yang menempel di ruang makan.
Netranya tak bergerak saat menatap malam Jumat Kliwon.
"Jumat Kliwon, itu artinya siluman itu akan muncul dan Aryo akan menjadi tumbalnya!" Ajeng tiba-tiba merasa lemas. Kakinya seketika mati rasa hingga tak bisa digerakkan. Ia tak bisa membayangkan lelaki yang ia cintai akan mati di tangan adik angkatnya Marni.
"Haruskah kau mengambil semua orang yang aku sayang, apa ini balas dendam mu karena aku sudah berusaha menghabisi mu,"
"Utang pati dibayar pati, cah ayu!" seorang wanita tua berkebaya menyeringai memperlihatkan giginya yang hitam.