Marry You Mr. Police

" Mas ... Minggir gak sih? Seena mau ambil pisau," ujarnya saat Hafla menghalangi jalannya kemana pun dia melangkah. Hafla menatap sambil sedikit tersenyum. Ketampanannya itu benar-benar bisa mengalihkan dunianya.

" Sebentar jangan bergerak dulu!" serunya sambil mendekati Seena. Seena reflek mundur melihat pergerakan suaminya.

" Apa ? Mas mau apa?" tanya Seena dengan gugup saat dia di pepet di meja tempat untuk masak. Hafla melepas jilbab istrinya dengan perlahan dan menatap lekat istrinya. Dia juga merapikan anak rambut yang berkeliaran. Jakunnya nampak naik turun.

" Jangan menggunakan hijab jika di depanku. Biarkan kecantikanmu terlihat saat bersamaku. Oh, iya seen ... Masih sakit gak?" tanyanya membuat Seena melotot sempurna.

" Sa ... Sakit apa?" jawabnya gugup. Namun putra Umma itu benar - benar membuat Seen mati gaya.

" Yang bawalah masa' yang atas Seen. Yang di perawanin kan yang bawah," omelnya membuat Seen membungkam mulut suaminya.

" Mas ... Kok di perjelas sih! Gimana mas Hafla ini kok nyebelin," cebik Seen menatap suaminya. Hafla jadi tertawa melihat air muka istrinya yang merah padam.

" Sorry ... Sorry sayangku! Hidupmu itu terlalu serius. Please yuk ah .... Jangan serius saat bersamaku," tawanya sambil meminum air di meja itu.

" Yeh ... Kayak yang dianya gak dingin gitu di hadapan orang lain. Di kira cuman Seen aja yang gini sifatnya toh mas. Kalau gak cocok gak mungkin tuh mas Hafla nikahin seen. Apa coba alasannya nikah seen??" omel istrinya itu. Hafla terdiam seketika dan menatap kembali ke arah seen. Dia mendekati seena karena gemas melihat sikapnya.

Cup.

Benda kenyal itu dengan tidak sopannya mengecup bibir mungil seena. Kemudian menyeringai puas. Hafla kemudian beranjak pergi saat seen termangu di hadapannya.

" Cinta tak butuh Alasan Seen. Hanya saja saat di dekatmu aku nyaman dan selalu merasa menemukan tempat. Cepat selesaikan pekerjaanmu! Kita sholat setelahnya mengaji Al- Mulk bareng!" Hafla berlari ke lantai 2 sambil senyum. Seen masih tidak percaya itu suaminya.

Hafla yang belum di nikahinya dengan yang di nikahinya begitu berbeda. Tidakkah pemuda itu merasa aneh dengan sikapnya setelah menikah. Mungkij saja hatinya sedikit terhibur dengan sikap suaminya.

Saat seena hendak beranjak. Bel rumah berbunyi mau tidak mau seena memastikan siapa yang datang. Saat pintu di buka dia melihat Hagla di sana. Pemuda itu masih dengan tatapan tidak suka. Namun seena tetap sopan karena dia masih kerabatny.

" Dimana kakakku?" tanyanya dingin

" Baru saja naik ke atas," jawabnya dengan ambigu membuat Hagla mengernyitkan alisnya.

" Ke atas?" tanya Hagla sekali lagi.

" Ke Kamar maksudnya," jawab Seena lagi dengan mengklarifikasi.

" Panggilkanlah kakak aku butuh sesuatu dengannya," jawabnya membuat Seena mengangguk. Namun sebelum seena berjalan suara Hafla sudah menguasai ruangan itu.

" Sholatlah dulu Hag! Setelahnya sholat baru kita bicara. Jangan biasakan menunda sholat. Bukankah kamu juga akan menikah setelah ini dengannya!" seru Hafla. Hagla hanya mengangguk tak mampu menolak lagi.

Dia berjalan ke ruang tamu dimana siapapun bileh menggunakan ruangan itu termasuk Hagla. Hafla hanya menghela nafas saat adiknya itu kebiasaan dengan tidak sopannya memerintah orang lain seenak jidadnya. Hafla pun beranjak ke kamarnya. Dia sudah mendapati sang istri lengkap dengan mukenanya.

" Sudah?" tanya Hafla.

" Sudah mas," jawabnya sambil tersenyum.

Ya Elah ... Meleleh hati abang Seen. Eakkk. Bodoh amat kamu Haf udah kayak ABG yang gak ada sopan-sopannya setiap hari bergumam dalam hati. Uangkapin dong kalau kamu tergila-gila sama bini satu ini.

" Mas!?" seru Seena karena Hafla lama sekali takbirnya.

" Iya sayang sebentar. Belum khusu' mau takbir," jawab Hafla membuat Seena membeo.

" Oh, i .. Iya mas Seena tungguin," jawabnya tidak paham sebenarnya.

Hafla menghela nafas meraup oksigen sebanyak - banyaknya untuk mendapatkan pasokan oksigen. Agar dadanya lebih lega serta rileks. Serta mampu menghilangkan sikap anehnya semenjak bersama Seena. Sikap yang selama ini dia jaga malah berubah seenaknya sendiri tanpa konfirmasi dulu kepadanya. Respon otak dan gerakan tubuhnya benar-benar di luar kendali. Tak dapat di pegang kembali. Mereka memilih kesukaannya amsing-masing.

" Allahu akbar ... "

hafla pun bertakbir untuk menghadap sang Khaliq dalam keadaan tidak memikirkan apapun tentang isi duniawi. Dia mencoba khusu' agar mendapatkan pahalanya sholat bersama istri.

Likeeeee ya sayang makasihhhh. Dukungannya!!!!!.