Dia adalah pria yang sangat tampan, namun hidupnya tak bahagia meski memiliki istri berparas cantik karena sejatinya dia adalah pria miskin yang dianggap menumpang hidup pada keluarga sang istri.
Edwin berjuang keras dan membuktikan bila dirinya bisa menjadi orang kaya hingga diusia pernikahan ke-8 tahun dia berhasil menjadi pengusaha kaya, tapi sayangnya semua itu tak merubah apapun yang terjadi.
Edwin bertemu dengan seorang gadis yang ingin menjual kesuciannya demi membiayai pengobatan sang ibu. Karena kasihan Edwin pun menolongnya.
"Bagaimana saya membalas kebaikan anda, Pak?" Andini.
"Jadilah simpananku." Edwin.
Akankah menjadikan Andini simpanan mampu membuat Edwin berpaling dari sang istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 13 Maksud Kamu?
Angga pergi dari rumah sakit membuat Andini merasa lega. Tak banyak yang mereka bicarakan hanya mengenai masa-masa kebersamaan mereka saat masih SMA hingga kuliah bersama. Tepatnya Angga yang membicarakannya sementara Andini hanya diam dengan perasaan tak enak pada Angga maupun Edwin.
Angga ialah teman Andini sejak mereka SMA, mereka dulu sangat dekat tapi kedekatan mereka hanya sebatas teman. Andini akhirnya menyuruh Angga untuk pulang dengan alasan dia ingin beristirahat karena pria itu terus saja membahas masa lalu.
Bagaimanapun Andini sadar bila dia simpanan Edwin dan bila pria itu melihatnya dekat dengan Angga bisa-bisa Edwin berfikir bila dia gadis murahan.
"Aku tidak seperti yang kamu kenal dulu Angga. Aku sekarang menjadi simpanan pria beristri," gumam Andini.
Andini kembali masuk ke ruangan Ibu Della lalu pamit pulang kekontrakan karena esok akan mendatangi kampus dimana dia pernah berkuliah. Edwin memintanya untuk melanjutkan kuliah dan Andini tentu saja tidak akan menolaknya.
Andini keluar dari rumah sakit menuju atm yang memang disediakan didepan rumah sakit untuk memudahkan keluarga pasien menarik uang.
Andini mengeluarkan kartu atm yang Edwin berikan padanya lalu menarik 5 juta rupiah untuk persiapan besok dia akan mendatangi kampus. Setelahnya Andini langsung pulang kerumah kontrakannya karena berkas yang harus dibawa ada dirumah kontrakannya.
Tiba di kontrakan Andini tidak langsung istirahat, dia mengirimi Edwin pesan memberitahukan bila dirinya tadi menarik uang dari atm pria itu.
"Pak, saya menarik uang 5 juta dari ATM anda."
Andini terkejut pesan yang di kirimnya langsung dibaca Edwin, dan Andini lebih terkejut lagi Edwin langsung meneleponnya.
Andini jadi bertanya-tanya bukannya Edwin sedang bersama dengan istrinya kenapa pria itu bisa menelponnya?
Apa istrinya tidak tahu?
"Halo, Pak."
"Tadi kamu kirim pesan apa?" tanya Edwin disebrang telepon padahal tadi dia sudah membaca pesan yang Andini kirim hanya saja dia ingin mengobrol dengan gadis itu.
"Tadi saya menarik uang 5 juta dari ATM anda, Pak."
"Gunakan saja sepuasnya atm saya untuk keperluan kamu."
"Iya, Pak. Apa anda sudah selesai makan malamnya?" tanya Andini ingin tahu.
"Kenapa memangnya?"
"Tidak apa-apa, Pak, saya ingin tahu saja."
"Rasa ingin tahu itu pasti ada sebabnya. Apa kamu cemburu?"
"Eh." Ditanya seperti itu tentu saja Andini bingung karena cemburu itu tanda cinta sedangkan dia belum mencintai Edwin, dia baru merasa menyukai saja.
"Makan malam saya dengan istri saya tak sehangat saat kita makan malam tadi, An," kata Edwin lirih.
"Kenapa begitu, Pak?"
Terdengar helaan nafas berat dari seberang telepon membuat Andini semakin penasaran.
"Pak, anda baik-baik saja?" tanya Andini lagi.
"Saya tidak baik-baik saja, An."
"Apa kita perlu bertemu, Pak?"
"Besok saja, An, ini sudah larut malam."
"Ya sudah, Pak, sebaiknya anda istirahat semoga besok sudah merasa lebih baik."
"Iya, An, kamu juga istirahat. Selamat malam."
"Malam juga, Pak."
Andini menggeleng pelan, dia yakin Edwin sedang ada masalah dengan istrinya. Entah apa masalah Edwin kali ini yang jelas Andini menduga bila pria itu diabaikan lagi oleh istrinya.
Karena tak memungkinkan untuk mandi, Andini memilih berganti pakaian lalu menyiapkan berkas yang besok akan dia bawa ke kampus.
...****************...
Setibanya di rumah tadi Edwin mengajak Mona mandi bersama tapi sang istri menolaknya dan menyuruh Edwin mandi lebih dulu sementara dia mandi di kamar lain. Setelah mandi juga Mona langsung masuk keruang kerjanya padahal Edwin ingin melakukannya.
"Nanti ya Mas, aku selesaikan pekerjaanku dulu," kata Mona saat Edwin mengajaknya berhubungan.
Edwin tadi sudah menyerang Mona, mencium bahkan mencumbunya tapi Mona menahannya meminta Edwin menunggunya menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu.
Mendapati Andini yang mengirimi pesan, membuat Edwin sengaja menelponnya untuk menemaninya menunggu Mona selesai bekerja.
Bila seperti ini Edwin rasanya ingin memeluk Andini saja karena gadis itu tak akan menolak saat dia memeluknya.
Selesai bertelepon dengan Andini, Edwin kembali mendatangi Mona ke ruang kerja wanita itu.
Mona hanya menatap Edwin sebentar lalu kembali berkutat dengan pekerjaannya. Edwin berjalan menghampiri Mona lalu menutup paksa laptop dihadapan wanita itu.
"Mas_"
"Aku suami kamu, Mona, tidak bisa kah kamu prioritas aku sebentar saja."
Mona bangkit dari duduknya, mengitari meja lalu berhadapan dengan sang suami. Mona tahu Edwin sekarang sedang marah. Dan dia juga tahu penyebabnya Edwin marah itu karena dia menunda Edwin mengajaknya bercinta.
"Maaf, Mas," ucap Mona.
"Aku menginginkan kamu, Mon," ucap Edwin.
"Iya Mas, maaf."
Mona melingkarkan kedua tangan di leher Edwin, menjinjitkan kakinya lalu mencium lebih dulu. Edwin tak langsung membalasnya dia masih kesal dengan Mona yang tadi menundanya hingga Mona memancingnya dengan menyentuh area sensitif pria itu barulah Edwin membalas ciuman Mona.
Edwin memegang tengkuk Mona memperdalam ciuman mereka, mengangkat tubuh Mona dan menggendongnya menuju kamar. Edwin merebahkan tubuh Mona diranjang, menurunkan resleting dress yang dikenakannya melepaskan semua kain yang melekat ditubuh Mona lalu kembali mencumbunya, mencium setiap inci tubuh Mona.
Edwin melepas semua pakaian yang dia kenakan lalu mengungkung tubuh Mona dibawah tubuhnya, menyatukan inti tubuhnya denga milik sang istri. Mereka kembali bercinta setelah beberapa minggu ini Edwin memendam hasratnya.
Beruntungnya Edwin masih bisa menahan diri untuk tidak melampiaskan hasratnya pada wanita malam, dan wanita manapun mengingat dirinya haus belayan dari sang istri. Entahlah bila Mona terus seperti ini bisa-bisa Edwin mengajak Andini untuk melakukannya.
Eh.
Tapi Edwin sudah berjanji pada Andini untuk tidak meminta kesucian gadis itu dan dia tidak mungkin mengingkari janjinya, kecuali Andini sendiri yang mau melayaninya.
Edwin menyudahi kegiatannya setelah beberapa kali mendapat pelepasan. Dia memeluk tubuh Mona yang kelelahan setelah seharian bekerja dan melayaninya di ranjang.
Stamina Edwin sama sekali tak pernah berkurang saat baru menikah hingga sekarang ini masih saja kuat. Pria itu benar-benar gagah perkasa tapi dia banyak mendapat cibiran dari saudara-saudaranya karena hampir 10 tahun menikah belum juga punya anak.
Edwin tentu saja tidak memberitahukan pada orang tua dan saudara-saudaranya alasan sampai sekarang dia belum memiliki keturunan. Edwin tidak mau keluarganya memandang Mona buruk karena terus menunda punya anak.
"Apa kamu masih minum pil KB?" tanya Edwin.
"Masih Mas," jawab Mona.
"Kapan mau berhenti meminumnya?"
"Nanti kalau aku sudah benar-benar siap punya anak."
"Satu atau dua tahun lagi berarti?"
"Iya Mas."
"Bagaimana kalau aku tidak sabar menunggu anak lahir dari rahim kamu?" tanya Edwin.
Mona mendorong dada Edwin, lalu menatap pria itu dengan lekat.
"Maksud kamu?"