Ketika tombak itu dihunuskan ke arahnya, Qu Fengxiao sudah tidak memiliki terlalu banyak harapan lagi untuk mengembalikan segalanya seperti semula. Satu-satunya keluarga yang ia punya membunuhnya. Dia jatuh ke dalam keputusasaan. Tapi siapa sangka, dia akan terbangun di dunia lain di mana teknologi lebih maju dari duniannya. Ditambah, dia harus berurusan dengan ilmuwan gila dari sebuah institusi raksasa yang terhubung dengan keluarganya.
Belum selesai dengan itu, tiba-tiba seseorang mengajaknya menikah dan membuatnya bingung dengan keberadaan dua pria yang terlihat mirip di dua dunia.
"Tuan Dewa Kuno, kau tidak sedang mempermainkanku, kan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chintyaboo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Di Dalam Kabut
Saat ini Lembah Kekacauan belum dibuka. Masih ada perisai dan larangan yang membatasi siapa pun melewatinya. Bahkan Dewa Hukum tidak bisa menyentuh sembarangan.
Para Dewa utama melihat dari bayang-bayang. Tidak ditemukan keberadaan Qu Fengxiu sejauh Qu Fengxiao memperhatikan. Sedangkan dewa lainnya memperebutkan harta yang ditemukan di area ini.
Dewa Utama tidak menyukai harta kecil seperti itu. Mereka hanya ingin peluang pergi ke Alam Dewa lebih cepat.
Qing Fei juga tidak ikut campur dalam konflik apa pun. Dia diam di samping Qu Fengxiao memperhatikan sekitar. Saat menemukan sesuatu, dia langsung menepuk-nepuk Qu Fengxiao.
“Xiao Xiao, Dewa Pedang telah menjemput He Yuniang dari gunung. Kedepannya, dia pasti akan menaruh dendam padamu.”
Qu Fengxiao melihat ke arah dua orang itu yang baru saja datang. Melihat kembali ke arah Dewa Petir dan Dewi Racun, ia pun menghela nafas pasrah.
“Bahkan jika aku tidak melakukan apa pun, mereka tetap akan memusuhiku. A Fei, saat aku pergi ke bukit kekacauan nanti, kamu harus bisa menjaga dirimu sendiri. Mereka pasti akan mengejarku. Aku tidak bisa melindungimu.”
Qing Fei tersenyum. “Aku tahu.” Ia kemudian menghela nafas. “Andai saja aku bisa membantumu lebih banyak. Sepertinya aku juga hanya akan berkelana di dunia kecil ini dan tidak terlibat dalam konflik.”
“Aku harap kamu beruntung.”
Qing Fei menyenggolnya dan tertawa. “Aku justru lebih berharap kau yang mendapatkan lebih banyak keberuntungan. Setelah mengetahu bahwa kamu adalah Dewi Es, aku pikir hidupmu benar-benar sangat sulit.”
Qu Fengxiao tersenyum kecut. “Kau bahkan mengetahuinya.”
Sebenarnya apa yang tidak diketahui Qing Fei ini? Qu Fengxiao merasa telah dipertontonkan. Tapi dia tidak kesal dan hanya merasa sedikit tidak berdaya.
Semua orang tahu kalau kembarannya sangat bermasalah dan telah memburunya sepanjang waktu. Jika bukan karena Dewa Hukum, Qu Fengxiao sudah mati sejak lama.
Qu Fengxiao melihat ke arah lain di mana Dewa Hukum berada. Ia pikir, ia harus menunjukkan rasa terima kasih di depannya nanti. Qu Fengxiao bukan orang yang tidak tahu balas budi.
Selama menunggu segel di bukit terbuka, Qu Fengxiao hanya tetap di tempatnya tanpa terganggu dan makan dengan senang hati. Qing Fei tidak pandai memasak, tapi Qu Fengxiao cukup pandai memasak setelah belajar dari Huo Yuzheng. Bagian pengendalian api adalah milik Qing Fei.
Qu Fengxiao agak terkejut saat melihat api putih milik Qing Fei. Api putih adalah api yang langka dan hanya dimiliki naga-naga kuno di Alam Dewa. Salah satunya adalah milik Dewi Naga.
Bahkan dewa lain tidak bisa tidak melihatnya dengan kagum dan dipenuhi rasa serakah. Itu adalah jenis api termurni dan paling sulit dikendalikan setelah api neraka.
Sayangnya, api itu telah bergabung dengan jiwa Qing Fei. Tidak bisa direbut kecuali jika Qing Fei membentuk tubuh fisik, lalu mengekstrak jiwanya menjadi jiwa api putih. Itu pun harus membunuhnya terlebih dahulu dan pastikan tubuh fisiknya tidak hancur untuk wadah.
Setelah memasak, mereka makan bersama. Qu Fengxiao membentuk pelindung es yang membuat dewa lain tidak bisa mendekat untuk minta atau merebut. Mereka hanya bisa melihat dua wanita yang sedang piknik di tengah pertempuran.
Dua wanita itu langsung satu frekuensi jika soal makanan. Yang satu memasak, yang satu membuat api.
Tidak tahu berapa lama waktu berlalu. Para dewa masih bertarung. Sedangkan Qu Fengxiao dan Qing Fei memasang tempat tidur dan rebahan untuk merelakskan diri. Sambil melihat awan gelap dipenuhi petir, dan merasakan udara sejuk dari pelindung es.
Dibanding dewa lain, mereka terlihat sangat nyaman seperti di rumah sendiri.
Sampai akhirnya bukit kekacauan menunjukkan tanda-tanda pelepasan segel. Para dewa langsung bersiap.
Qu Fengxiao membuka mata dan bangun. Dia menarik kembali pelindung es dan melihat bukit kekacauan yang mengeluarkan sinar emas sampai menembus awan.
Gelombang kejut yang besar keluar, menerbangkan beberapa dewa di sekitarnya. Sedangkan para dewa utama bersiap terbang ke langit, lalu melesat ke arah bukit.
Qu Fengxiao melihat ke arah Qing Fei. Qing Fei mengangguk padanya sebelum akhirnya Qu Fengxiao terbang bersama dewa utama lain.
Saat melihat Qu Fengxiao, ekspresi He Yuniang yang dibawa oleh Dewa Pedang tampak aneh. Dia sudah menduga kalau Qu Fengxiao adalah Dewa Utama. Namun ... masih ada dendam tersembunyi di dalam hatinya. Tapi dia tidak akan bertindak sekarang.
Banyak dewa yang pergi ke bukit tersebut saat segel terbuka. Tekanan di dalam sana lebih terasa dan telah menerbangkan banyak dewa yang berhasil masuk. Bahkan He Yuniang tertahan di luar. Hanya dewa utama yang bisa masuk.
Melihat Qu Fengxiao bisa masuk dengan mudah, suasana hati He Yuniang semakin buruk.
Tidak ada terlalu banyak Dewa Utama di Alam Jiwa. Hanya sekitar sepuluh dewa. Sedangkan Qu Fengxiu entah pergi kemana, tersisa sembilan dewa di tempat ini termasuk Dewa Hukum.
Bukit kekacauan hanya berupa tanah tandus. Tapi tekanan di udara sangat kuat yang melarang mereka terbang ke udara. Di ujung jalan setapak, ada sebuah kuil yang berdiri kokoh dengan aura kekacauan yang berkeliaran di sekitar.
“Gulungannya pasti di sana.” Qu Fengxiao baru saja akan lari ke arah itu, tapi dewa lain langsung mendahuluinya dan hampir menabraknya.
Sebuah cahaya kilat muncul dan membelah tanah hingga memicu retakan besar. Beberapa dewa melompat ke seberang dan membentur serangan lainnya. Guntur menggelegar, kabut hijau merambat di tanah, ribuan pedang meluncur, cahaya putih melesat, dan ledakan cahaya menyebabkan perubahan situasi di bukit.
Qu Fengxiao tidak bisa melanjutkan jalan karena jalan di depannya terbelah dan hanya berupa celah besar yang sangat panjang dan dalam. Qu Fengxiao melihat sekitarnya di mana para dewa mulai berkelahi.
“Merepotkan. Tidak bisakah saling berbagi?” Qu Fengxiao tidak suka ego para dewa yang lebih mementingkan diri sendiri. Pantas saja jatuh di tangan Qu Fengxiu.
Di antara dewa-dewa lain yang kacau, hanya Dewa Hukum yang tidak mendapat serangan. Dia melangkah, lalu menghilang dan muncul lagi di depan kuil. Dewa lain seolah tidak melihatnya.
Qu Fengxiao mengerutkan kening. Satu lepas, tapi yang lain masih sibuk seolah tidak melihatnya? Bahkan jika Dewa Hukum lebih kuat dari mereka dan posisinya lebih tinggi, tetap saja mereka tidak akan bertindak pura-pura tidak lihat.
Dewa Hukum mengangkat tangannya dan memecahkan segel pelindung di kuil. Aura kekacauan menyerangnya dengan ganas seperti roh jahat. Dia menekan mereka dengan satu tangan miliknya, lalu membuat mereka menghilang sepenuhnya.
Qu Fengxiao semakin terkejut. Sekuat itukah Dewa Kuno?
Meski Qu Fengxiao memiliki hutang budi pada Dewa Hukum, dia tetap tidak boleh membiarkan Dewa Hukum mendapatkannya sebelum dia. Bagaimanapun, ini adalah satu-satunya kesempatan Qu Fengxiao. Dewa Hukum begitu pelit, jadi tidak mungkin berbaik hati berbagi dengannya.
Dia harus merebut!
Qu Fengxiao menyelinap ke arah kuil. Sosoknya menjadi beberapa bagian untuk membingungkan indra para dewa. Tapi saat sampai di samping kuil, dia melihat ada dewa lain yang juga diam-diam datang untuk mengambil gulungan di altar.
Dewa itu naik ke altar dan buru-buru mengambilnya. Qu Fengxiao siap merebut.
Tapi siapa sangka, sebuah kekuatan gelap yang luar biasa kuat merebak dan menghempaskan dewa itu. Gulungan kembali ke altar. Sedangkan dewa itu jatuh menyedihkan di hadapan Dewa Hukum yang tiba-tiba muncul.
Dewa itu terkejut saat melihat Dewa Hukum, tidak menyangka akan bertatap secara langsung dengan cara seperti ini.
“Enyah.” Hanya dengan satu kata, kekuatan tak terlihat mendorong dewa itu keluar. Hal itu membuat dewa lainnya sadar dan melihat ke arah altar.
“Dewa Hukum, kami menghormatimu sebagai Dewa Kuno. Tapi untuk kali ini, aku harap Dewa Hukum tidak akan mempermasalahkannya saat tiba di Alam Dewa nanti,” kata salah satu dewa, sebelum akhirnya melesat ke arah Dewa Hukum untuk melancarkan serangan.
Di sini, Dewa Hukum adalah yang terkuat. Mereka tidak berani melawan secara langsung, apalagi satu lawan satu. Mereka melawannya bersama-sama, yang membuat Dewa Hukum terkepung.
Qu Fengxiao mengambil kesempatan ini untuk mencuri. Dia pergi ke altar dengan cepat dan mengambil satu-satunya gulungan yang ditinggalkan.
Tapi saat dia akan menyentuh gulungan itu, sebuah kekuatan tak terlihat menahannya, lalu menangkisnya sehingga dia berputar ke belakang.
Qu Fengxiao berdiri tegak dan melihat Dewa Hukum tepat di hadapannya. Matanya yang merah seperti bara api menatap Qu Fengxiao dengan dingin.
“Itu ....”
Sebuah serangan formasi meluncur ke arah mereka. Dewa Hukum mengangkat salah satu tangan untuk menahannya tanpa berpindah posisi.
Qu Fengxiao mengerutkan kening dan berkata, “Dewa, aku minta maaf dan berterimakasih padamu. Tapi aku pasti akan membalas budi di masa depan.”
Dia akan mengambil gulungan lagi, tapi tangan Dewa Hukum yang lain menangkisnya. Qu Fengxiao memutar tangannya dengan gesit dan melakukan segala cara untuk mendapatkan gulungan. Tapi satu kekuatan mutlak Dewa Hukum menahannya sedemikian rupa.
Pria pelit ini!
Qu Fengxiao gelisah. Dewa Hukum seolah sedang mempermainkannya, yang membuatnya sangat kesal.
“Kau sudah besar, masih ingin berebut denganku lagi?” Qu Fengxiao tidak terima.
Saat Qu Fengxiao akan berhasil mengambil gulungan tersebut, cahaya dalam gulungan bersinar, yang membuat Qu Fengxiao terhempas ke belakang. Sebuah serangan formasi muncul di belakangnya. Dewa Hukum dengan sigap berpindah tempat dan menahan serangan formasi sampai hancur.
Qu Fengxiao setengah berlutut. Dia merasakan punggungnya panas karena serangan formasi. Untung saja Dewa Hukum menghadang.
Namun ....
Dia hutang budi lagi!
Dewa Hukum, bisakah tidak membuatku berada di posisi sulit? Akan lebih baik jika kau membiarkanku dilempar!
Para dewa itu telah mengepung kuil. Sedangkan cahaya pada gulungan semakin besar dan membentuk sebuah celah ruang besar berwarna emas.
Ini memang kekuatan Dewa Kuno, Dewa Ruang.
Dewa Hukum melihat celah ruang tersebut dan masuk ke dalam begitu saja. Qu Fengxiao melihat tanda-tanda celah ruang itu yang akan hilang. Jadi dia secara alami buru-buru masuk ke dalam selagi dewa lain menginginkan gulungan yang bercahaya.
Saat Qu Fengxiao masuk, seorang dewa lain juga ikut masuk. Celah ruang tersebut hilang setelahnya tanpa menunggu terlalu lama. Kemunculannya berlaku dalam sekejap. Cahaya dalam gulungan itu redup dan membentuk segel lagi yang menghalangi orang-orang menyentuhnya.
“Bagaimana mungkin?”
“Sial, apa gulungan itu hanya kunci jalan masuknya?”
Tapi ....
Gulungan itu sudah tersegel kembali. Kemungkinan besar yang tahu cara membuka segelnya hanya dewa yang pernah berinteraksi dengan Dewa Ruang. Dewa Hukum adalah salah satunya.
Salah satu dewa mengentakkan lengannya dengan kesal. “Sia-sia aku mengorbankan banyak hal.”
Dewa Pedang yang tidak sempat masuk hanya diam dan menekan tinjunya.
Dewa Takdir berkata, “Semuanya, jangan panik. Dunia kecil ini tidak hanya memiliki gulungan Dewa Ruang sebagai jalan satu-satunya. Jika gulungan itu benar pintu masuk sebuah dunia kecil lainnya, maka seharusnya dunia kecil itu tidak jauh dari sini.”
Dewa Petir berkata, “Kau benar. Asal bukan Dewa Hukum yang mendapatkannya, kita akan memiliki peluang.”
“Dewi Es dan Dewi Racun berhasil memasuki ruang misterius bersama Dewa Hukum. Kira-kira di antara mereka berdua siapa yang lebih berpeluang mendapatkannya?”
Dewa Takdir diam untuk beberapa saat, lalu menduga satu hal.
Tapi memilih tidak mengatakannya.
***
Tiga cahaya muncul dari portal yang sama. Salah satunya adalah wanita bersurai perak, Qu Fengxiao. Dia baru saja menginjakkan kaki di tanah, tapi sinar hijau tiba-tiba datang dan membuatnya hampir tersungkur.
“Oh? Ternyata itu kamu.” Dewi Racun berkata tanpa rasa bersalah. “Aku pikir kita akan ditempatkan di tempat berbeda-beda seperti sebelumnya. Jadi aku mengira tadi adalah monster.”
Qu Fengxiao mencibir, “Kau hampir saja berhasil menghancurkan inti jiwa monster ini.”
“Sudahlah, adik kecil. Dewi ini minta maaf.” Dewi Racun mengatakannya dengan tatapan mengejek.
Dewa Hukum sudah berjalan lebih awal ke depan mengabaikan perdebatan dua wanita itu. Dewi Racun segera mengikuti.
“Aku rasa kau sangat tertarik pada tempat ini. Apa ada sesuatu di dalamnya?” Dewi Racun tidak melihat hal lain selain kabut di tempat ini. Tanah di bawah kakinya juga tandus.
Dewa Hukum tidak menjawab pertanyaannya. Mata merah itu melihat sekitar dengan penuh perhatian dan serius.
Dewi Racun tidak menyerah. “Tempat ini penuh kabut yang mengganggu penglihatan. Udaranya juga dingin. Sepertinya ada sesuatu yang memiliki elemen es di dalamnya.”
Dewa Hukum tiba-tiba berhenti. Dewi Racun berpikir akhirnya Dewa Hukum tidak mengabaikannya dan semakin bersemangat.
“Racun adalah musuh es. Jika memungkinkan, racunku bisa menggantikan es di sini. Asal kita menemukan pusatnya ....”
Dewi Racun tidak melanjutkan kalimat ketika Dewa Hukum menghilang begitu saja. Pria itu muncul di hadapan Qu Fengxiao, dan berkata, “Kau ingin balas budi?”
Qu Fengxiao melongo. “Harus sekarang? Aku berkata akan membalasnya setelah keluar dari sini.”
“Aku tidak akan mempermasalahkan tentang kau yang melawanku di altar jika kau mau membantu.”
Qu Fengxiao menyipitkan mata curiga. Orang ini sulit diprediksi. Dia melihat sekitarnya yang berkabut, lalu memahami sesuatu.
Bagi orang lain, mereka tidak bisa melihat apa pun di dalam kabut. Tapi Qu Fengxiao pemilik elemen es sejati yang berasal dari Tubuh Yin. Tanpa perlu usaha keras, dia bisa melihat ke dalam kabut es ini. Hanya saja, dia belum menyadarinya tadi sebelum Dewa Hukum menawarinya hal baik.
Tapi itu tidak sepenuhnya hal baik. Qu Fengxiao mundur sambil menatapnya curiga. “Kau mau aku melakukan apa?”
“Hancurkan formasi es.”
“Ha?”
“Ada formasi yang kuat diletakkan di sini. Ini tidak memiliki kekuatan ruang, tapi kekuatan es yang kuat. Dibandingkanku, kau lebih menguasai elemen es.”
“Aku bisa berjalan sendiri, kenapa aku harus menurutimu?” cibirnya.
“Aku akan melindungimu.”
“....” Qu Fengxiao semakin terkejut. Tidak banyak yang mengatakan kalimat itu padanya. Ketika mendengarnya kali ini, dia merasa suara itu sangat familiar.
“Dengan kekuatanmu saat ini, bahkan kau akan tersapu badai lebih mudah daripada kertas,” lanjut pria itu.
“....” Raut Qu Fengxiao menjadi jelek.
Dia dihina!
“Tidak perlu repot melindungi jiwa yang lebih lemah dari kertas ini.” Jelas Qu Fengxiao tersinggung. Dia mendengus dan pergi ke arah lain, mengabaikan Dewa Hukum.
Sepanjang sejarah, hanya Qu Fengxiao yang berani bersikap seperti itu di hadapan sang Dewa Hukum dan tidak mendapat hukuman.
“Apa kau masih akan meminta padanya?” Dewi Racun menertawakan dalam hati.
Dewa Hukum tidak repot meliriknya. Dia mengikuti arah jalan Qu Fengxiao dari jauh. Dewi Racun mengekor.
Qu Fengxiao tidak sadar kalau dua makhluk di belakangnya mengikuti dari jauh. Dia berjalan sesuai insting dan berputar-putar mencari sesuatu yang menarik.
Sampai akhirnya dia menemukan sebuah gua dari gunung es. Qu Fengxiao dapat merasakan kekuatan es yang besar di dalam sana, yang membuatnya sangat tertarik. Jadi dia masuk ke dalam.
Jika tubuh fisiknya ada di sini, dia pasti sudah sekarat. Kekuatan es di sini terlalu pekat dan melampaui apa yang bisa ia tahan. Meski tidak merasa kedinginan, rasanya tetap sakit.
Semakin dalam dia memasuki gua, semakin pekat hawa dingin. Sampai akhirnya tiba di ujung. Terdapat sebuah jurang besar di depan yang ditutupi oleh pusaran angin dari hawa dingin seperti tornado. Tapi tornado itu tidak berpindah tempat.
Qu Fengxiao mendekat tanpa terkena pengaruh secara langsung. Tapi semakin dia mendekat, jiwanya semakin transparan seperti saat pertama kali datang ke Alam Jiwa.
Qu Fengxiao melihat tornado itu dengan mata terpana. Dia tahu benda mengerikan macam apa itu.
“Segel es.” Qu Fengxiao tersenyum lebar. Dia semakin dekat dan menyentuh pusaran tornado.
Hawa dingin dari pusaran itu terserap secara tak terduga oleh jiwanya dari tangan. Tornado itu semakin kacau, yang menyebabkan angin kencang yang sangat mematikan. Siapa pun yang lewat akan mati beku.
Dewa Hukum dan Dewi Racun yang masih di mulut gua langsung melindungi diri sendiri dari guncangan es. Mata Dewa Hukum sangat serius saat melihat ke kedalaman gua. Dia bergerak cepat ke dalam, meninggalkan Dewi Racun.
Qu Fengxiao masih menyerap hawa dingin sampai tornado itu menyusut. Tornado semakin kecil dan bercahaya. Cahaya itu mengubah tornado menjadi buat seperti butiran energi. Itu berkedip-kedip di antara kabut es.
Mata Qu Fengxiao semakin berbinar. “Inti elemen es murni.”
Untuk memperbaiki pembatas dunia, dia membutuhkan tujuh inti elemen yang akan dibentuk menjadi batu tujuh elemen. Dia sudah pernah melihat batu tujuh elemen di Red Room, tapi kekuatan es di sana tidak semurni yang ia temukan hari ini.
Dia mendapat untung besar!
Qu Fengxiao mengambil inti elemen tersebut dan memeriksa kekuatannya. Terdapat sebuah teknik segel es yang sangat kuat di dalam. Diketahui segel es bisa mempertahankan jiwa dan raga seseorang dalam waktu yang tidak menentu dan dalam kondisi tidak hidup tidak mati.
Qu Fengxiao terpikirkan tentang Qu Fengxiu. Segel es ini ... dia akan menggunakannya untuk pertarungan akhir.
Dia menyimpan inti elemen itu dan menyerap ilmu di dalamnya. Setelah selesai dalam waktu setengah hari, dia berbalik hendak pergi. Tapi dia justru diperlihatkan sosok pria berjubah hitam dengan topeng yang menutupi sebagian wajahnya. Mata merahnya memandang dengan acuh tak acuh.
Qu Fengxiao merinding. “Bagaimana kau bisa di sini?”
“Hanya lewat.”
“Kau pikir aku percaya dengan alasan tidak logis itu?”
“....”
Pria itu buruk dalam berbohong. Tapi terlalu menyakitkan saat berkata hal-hal jujur.
“Jangan berharap merebut sesuatu dariku.” Qu Fengxiao menyimpan inti elemen seperti akan menyembunyikannya di tempat paling tersembunyi.
“Tidak tertarik berebut.”
Qu Fengxiao agak lega. “Aku penasaran kenapa kau mau datang ke tempat ini. Kau tidak membutuhkan barang-barang seperti ini untuk naik ke Alam Dewa. Kau berasal dari sana.”
“Aku datang atas permintaan Dewa Ruang. Ada sesuatu yang harus kuselesaikan.”
Qu Fengxiao mengangguk paham. “Lalu ... kenapa kau turun dari Alam Dewa?”
Dewa Hukum memandangnya untuk beberapa saat, tampak sedang berpikir apa akan mengatakannya atau tidak.
Pada akhirnya, dia memilih berkata jujur. “Dewa Kegelapan.”
“Karena dia?”
“Kaisar Dewa mengirimku untuk menangani masalah ini. Alam Dewa tidak bisa menangkapnya lagi, jadi dia mengutusku untuk membunuhnya.”
“....” Qu Fengxiao terdiam setelah mendengar kata-katanya. Kaisar Dewa ... ingin membunuh Qu Fengxiu? Putranya sendiri?
“Itu benar-benar perintah Kaisar Dewa?”
Dewa Hukum mengangguk. “Situasinya sangat kacau. Bukankah kau juga memiliki niat yang sama?” Dia melihat sisa tornado di belakang Qu Fengxiao. “Kau mengambilnya untuk membunuhnya. Jadi tidak ada perbedaan antara seseorang yang ingin membunuh putranya sendiri atau seseorang yang ingin membunuh kembarannya sendiri.”
“Kau tahu?”
“Aku pikir kau sudah tahu melihat reaksimu setelah aku menyebutnya.”
Qu Fengxiao memalingkan wajah, tampak sangat kesal. “Yah, memang itu yang seharusnya dilakukan seorang penguasa. Tidak berpihak. Aku juga sama.”
Qu Fengxiao kesal. Kaisar Dewa tidak pernah menunjukkan diri, pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua setelah kematian ibu mereka. Sekarang, saudaranya membuat masalah yang begitu besar. Orang itu bukannya datang, malah mengutus orang lain untuk membunuh.
“Jika yang kehilangan kendali adalah aku, apa kau juga akan memburuku untuk dibunuh?” tanya Qu Fengxiao.
Dewa Hukum tampak terganggu dari tatapannya. Ia menghela nafas. “Sepertinya kau belum benar-benar tahu segalanya. Masih terlalu dini.”
“Aku baru hidup kurang dari 30 tahun. Bagaimana bisa dibandingkan dengan seseorang yang dibangkitkan berkali-kali dari zaman kuno?”
“Kita hanya berbeda 6 tahun.”
“Kau mengalami usia 20 tahun puluhan kali!”
“Usia hanya angka.”
“Kau benar-benar akan berdebat denganku sepanjang hari?” Qu Fengxiao semakin geram. Tidak bisakah mengalah sedikit saja?
Dewa Hukum melangkah mendekat. Qu Fengxiao spontan mundur dan nyaris jatuh ke jurang. Dia melihat ke belakang dengan ngeri, lalu melihat Dewa Hukum di depannya yang semakin dekat.
“Kau mau apa!” Qu Fengxiao panik. Dia terus mundur dengan langkah kecil sampai dia nyaris terpeleset jatuh.
Dewa Hukum menahan lengannya agar tidak jatuh. Tubuh Qu Fengxiao mengambang di udara. Melihat ke bawah, Qu Fengxiao benar-benar ingin menangis. Bayang-bayang mengerikan kembali terlintas di benaknya seolah dia melihatnya langsung.
Dewa Hukum menariknya sedikit menjauh dari jurang. Tapi Qu Fengxiao tiba-tiba melepas genggamannya secara paksa dan mundur menjauh dengan wajah takut.
Dewa Hukum bingung. “Kau baik-baik saja?”
Qu Fengxiao tampak terganggu dan bingung. Dia merasa sesak dan pusing sehingga berjongkok untuk menenangkan diri.
“Tak apa.” Qu Fengxiao mengatakannya sambil terus menunduk. Ia menahan rasa tertekan dan takut sendirian. Ia menahan air matanya yang tiba-tiba ingin keluar.
Ia pikir setelah berlalunya waktu, trauma itu akan menghilang dengan sendirinya.
“Qu Fengxiao?”
Qu Fengxiao mendongak melihat pria itu. Ketika melihat mata merah itu, dia tiba-tiba merindukan Huo Yuzheng.
Kira-kira apa yang akan dikatakan Huo Yuzheng saat dia mengalami trauma seperti ini? Bagaimana Huo Yuzheng akan menghiburnya?
Qu Fengxiao semakin sedih dan menunduk lagi. Di depan Dewa Hukum, dia tidak boleh terlihat manja dan merepotkan. Dia selalu terlihat keras dan tidak terkendali, jangan menunjukkan sisi merepotkannya.
Qu Fengxiao berdiri tegak dan berbalik pergi. “Sudah selesai bicaranya. Aku ingin melanjutkan perjalanan.”
Qu Fengxiao melanjutkan langkah sedikit lebih cepat. Dia keluar dari gua dan melihat Dewi Racun sedang kehilangan arah. Dia mengabaikannya.
Dewi Racun melihat aura dingin yang berbeda dari Qu Fengxiao. Dia menduga bahwa Qu Fengxiao menemukan sesuatu. Jika ingin mendapatkannya, dia harus maju lebih unggul. Tapi dia sendiri tidak bisa melihat di dalam kabut.
“Dewi Es.” Dewi Racun menghampiri. Qu Fengxiao melihatnya. Dewi Racun berkata, “Dunia kecil ini luas dan berbahaya. Bagaimana jika kita berjalan bersama? Jika bertemu monster yang sulit dikalahkan, kita bisa bekerja sama.”
Qu Fengxiao melirik Dewa Hukum di belakang sana. Dia mencibir, “Bukankah kalian memang mengikutiku sejak tadi?”
Dewi Racun terkekeh. “Mengikuti arah dikarenakan tidak bisa melihat di dalam kabut. Berbeda dengan berjalan bersama, kita bisa saling membantu.”
Qu Fengxiao memiliki masalah kepercayaan terhadap wanita di depannya. Lebih baik dia jalan dengan Dewa Hukum daripada wanita bermuka dua ini.
“Belum lama ini kau berkata bisa menangani masalah kabut. Aku harap kau beruntung.” Qu Fengxiao pun meninggalkan mereka.
Raut Dewi Racun sangat tidak sedap dipandang. Dia melihat Qu Fengxiao yang menjauh dengan amarah di matanya. Dia menggerakkan jarinya diam-diam dan mengeluarkan cahaya hijau.
Namun, tiba-tiba saja sihir api yang sangat kuat menangkis tangannya. Dewi Racun terkejut, lalu melihat ke belakang. Dewa Hukum sudah tidak ada. Saat melihat ke depan lagi, Qu Fengxiao sudah tidak terlihat. Ia pun mengerang kesal.
To be continue