JUARA 2 KONTES BERTEMA BERBAGI CINTA
NOTE : Ide kisah ini berdasar pengalaman author sendiri yang dikembangkan sebagus mungkin.
Season 1 :
Perjuangan seorang wanita cantik bernama Sena yang berusaha menggapai cinta sang suami, Regan Anggara. Regan merupakan mantan dosen killernya yang harus menikah dengannya akibat perjodohan. Sudah 2 tahun hubungan pernikahan mereka namun Sena tak membuahkan hasil untuk mengambil hati dari sang suami, namun alangkah terkejutnya saat Sena memergoki sang suami yang tengah mesum dengan rekan kerjanya. Hati Sena mendadak sakit, pantas saja selama ini tak mau menyentuhnya, rupanya Regan sudah mempunyai wanita lain dan mengaku sudah menikah sirih dengan Maya dan kini tengah mengandung anak dari Regan. Parahnya, orang tua Regan yang selama ini baik dengan Sena ikut menyembunyikan rahasia itu.
Dan jangan lupakan Devan! Pria duda yang selalu ada untuk Sena bahkan siap menjadi suami baru untuk Sena.
Season 2 :
Ketika semuanya tak bisa ia gapai. Dia hanya bisa berusaha untuk tegar. Lika-liku kehidupan ini membuatnya menjadi sangat kuat.
Sena dan Devan berjuang keras untuk mendapatkan momongan.
Namun...... semuanya tak semudah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 : Lift
"Maaf, bisakah kau pindahkan mobilmu? Pengendara lain sampai tidak bisa lewat," ucap Devan.
Mampuslah! Aku bisa dipecat Pak Devan. Batin Sena.
Regan menatap datar Devan, ia segera masuk ke mobil serta memindahkannya. Sena bersyukur jika Regan tak membuat masalah dengan Devan. Ini kesempatan Sena untuk masuk ke dalam gedung dan segera menuju lift. Siapa sangka jika dirinya harus satu lift dengan Devan dan hanya berduaan.
Sena begitu canggung, ia hanya menunduk. Devan sifatnya sama dengan Regan, sama-sama dingin dan tak banyak bicara. Dia di kenal menyeramkan oleh pegawainya termasuk Sena.
"Kenapa harus ungu?"
Sena menyadari jika ada pertanyaan untuknya, ia terkejut dan memegang rambutnya sambil tertawa kecil.
"Hehe... Hanya ungu yang bisa mendeskripsikan perasaan saat ini."
Devan hanya diam, pria itu fokus ke depan. Di pikiran Sena haruskah dia mengganti warna rambutnya lagi.
"Jadilah dirimu sendiri! Warna ungu juga bagus, perusahaan juga tidak melarang," ucap Devan.
"Ah, iya, Pak."
Hening, setelahnya hening tidak ada pembicaraan. Sena hanya menatap dirinya dibalik pantulan dinding lift. Sena yang dulu lugu kini sudah berubah, ia berharap selama 1 tahun Regan bisa berubah walau pada akhirnya dirinya harus rela di madu untuk selamanya asalkan Regan mau adil kepadanya.
Tak lama berselang, lift mendadak mati. Sena sangat panik begitu pula dengan Devan. Namun mereka masih di tempat masing-masing tanpa ada pergerakan.
Devan mengambil ponselnya dan segera menghubungi seseorang.
"Segera perbaiki! Saya dan satu pegawai ada di dalam lift."
Devan menutup telponnya, dia masih berusaha untuk tenang. Namun tidak bagi Sena, dia mempunyai riwayat asma yang gampang kambuh apalagi di tempat yang tertutup dan gelap seperti ini. Ini saja jantungnya sudah sangat berdebar.
5 menit kemudian.
Lift tak kunjung menyala dan bergerak, Sena sudah merasakan sesak nafas. Dia mengontrol nafasnya sekuat mungkin namun pada akhirnya dia tumbang.
Bruuk....
Sena terjatuh di lantai, Devan sangat terkejut lalu mencoba membangunkannya.
"Hei, bangun!"
Devan menepuk-nepuk pipinya namun nafas Sena mulai tak beraturan.
"Kau punya asma?"
Sena tak menjawab, ia kambuh juga karena kepikiran masalahnya.
Devan menelpon bantuan dan meminta segera mempercepat memperbaiki liftnya. Sambil menunggu, Devan mencoba melalukan pertolongan pertama yang dia tahu. Dia asal memberikan nafas buatan untuk Sena melalui bibirnya. Ya, bibir mereka menempel dan Devan memberinya nafas buatan.
Devan begitu panik, ia terus memberikan nafas buatan beberapa kali.
"Aku tidak tahu cara ini berhasil atau tidak karena aku tidak pernah membantu orang yang memiliki riwayat asma. Bertahanlah!" ucap Devan lalu menggendong Sena.
Untung saja lift menyala dan kembali naik ke atas, tak berselang lama kemudian pintu lift terbuka, Devan segera keluar meminta pertolongan.
"Tolong! Panggilkan dokter!" ucap Devan.
Semua karyawan tertuju padanya dan memanggil dokter yang biasanya memang untuk memeriksa pegawai yang mendadak sakit.
Di gedung itu juga menyediakan seperti klinik, Sena segera di bawa ke sana.
15 menit kemudian.
Dokter keluar dari klinik, Sena sudah mendapatkan oksigen.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Devan.
"Sudah aman. Dia juga kelelahan."
Devan bernafas lega.
"Kau panik sekali?" tanya Dokter Rama.
"Bagaimana tidak panik? Tiba-tiba sesak nafas seperti itu di dalam lift yang sedang macet."
Dokter Rama mendekati Devan, ia sangat curiga dengan temannya itu. "Kau melakukan apa tadi di dalam lift?"
"Maksudmu?"
"Untuk pertolongan pertama."
Devan baru sadar jika secara tidak langsung dia berciuman dengan pegawainya apalagi beberapa kali. Devan yang malu segera kembali ke ruangannya namun saat baru melangkah tiba-tiba Regan datang berlari ke arah mereka.
"Istriku mana?" tanya Regan.
"Oh, kau suaminya? Dia ada di dalam. Silahkan masuk!" jawab Dokter Rama.
Regan bergegas masuk, sementara Devan meliriknya sekilas lalu tiba-tiba Dokter Rama membisikan sesuatu di telinga Devan.
"Aku menemukan sebuah inhaler atau biasa digunakan pengguna asma jika kambuh dadakan, harusnya kamu menggunakannya bukan malah memberinya nafas buatan, hehehe..."
"Sialan, kau!" Devan segera pergi dari sana sebelum Dokter Rama mengejeknya habis-habisan.
***
Sena bangun dan melihat Regan. ada di sebelahnya. Dia menatap seluruh ruangan itu yang nampak asing.
"Sudah bangun? Kenapa bisa sampai kambuh?" tanya Regan.
"Aku di mana?"
"Kau ada di klinik."
Sena melepas oksigen yang ada di mulutnya lalu bersiap untuk bekerja kembali namun Regan melarangnya dan meminta Sena untuk pulang saja.
"Manajermu Papa 'kan? Aku akan meminta izin Papa untuk membiarkanmu pulang dan beristirahat di rumah," ucap Regan.
"Tak perlu, kerjaanku banyak lagi pula Kak Re harus ngajar juga di kampus."
"Aku bisa tunda yang terpenting kau harus pulang dulu."
Sena menggelengkan kepalanya, ia bangun dan memakai sepatu hak tingginya. Melihat kaki sang istri lecet, Regan segera memplesternya.
"Untuk apa sih pakai hak tinggi sekali?" tanya Regan.
"Siapa tahu ada cowok yang naksir," pungkas Sena.
"Seperti bosmu?"
Sena terkejut, ia mengingat jika mendapat nafas buatan oleh bosnya. Perasaannya yang mendadak tidak karuan segera memakai sepatunya dan lari meninggalkan Regan.
Regan hanya menatap kepergian sang istri yang di rasa sudah mulai berubah tak mempedulikannya lagi.
***
Regan mengajar di siang ini, semuanya nampak normal. Sesekali dia melihat Maya yang terus saja melintas di depan kelasnya. 2 hari ini mereka tak berjumpa membuat Maya begitu rindu dengan suaminya.
Setelah selesai mengajar, Regan merapikan semua buku yang di bawanya dan tak berselang lama kemudian Maya menghampirinya.
"Regan, kapan kau akan membawaku untuk pulang? Aku tidak enak tinggal bersama orang tuamu."
"Tolong beri waktu untuk membuat Sena memaafkan kesalahan kita! Dia sekarang ini sedang syok bahkan asmanya mendadak kambuh."
Maya begitu terkejut. "Benarkah? Dia tidak apa-apan 'kan?"
"Dia wanita yang kuat," jawab Regan lalu menenteng buku-bukunya. "Aku harus kembali ke ruanganku, ada beberapa tugas muridku yang harus aku cek. Kau bersabarlah sedikit! Ini semua juga demi kebaikan kita bersama."
Maya menatap punggung sang suami, ia menghela nafas panjang dan berharap Sena mau menerimanya.
Di sisi lain.
Sena mengerjakan pekerjaannya secepat kilat. Dia memfokuskan diri untuk tidak mengingat kejadian di lift.
"Sena, ada paket nih," ucap Gladis.
"Paket apaan?"
Gladis mengangkat bahunya dan kembali mengerjakan pekerjaannya lagi.
Sena segera membuka bingkisan tersebut ternyata paket makan siang yang di kirimkan oleh Regan dan ada surat di dalamnya.
Dear Sena istriku tercinta.
Jangan lupa makan siang!
Jangan sampai kelelahan!
Semangat!
Dari suami tercintamu, Regan.
Bibir Sena tersenyum, sepaket ayam goreng besar, nasi serta minuman.
"Cie... dari Abang Regan," ejek Gladis.
"Apaan sih?" jawab Sena malu-malu.
"Tante, Kia mau ayam goreng," ucap anak kecil yang tiba-tiba ada di sampingnya.
untung sena udah cerai....
jadi ga ketularan virus edan
obral janji sana.sini...
q baca aja ikutan emosi😡😡
kok bapaknya sena dibawa2