NovelToon NovelToon
Menjadi Mata Untuk Suamiku

Menjadi Mata Untuk Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Angst
Popularitas:6.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Rasa bersalah karena sang adik membuat seorang pria kehilangan penglihatan, Airi rela menikahi pria buta tersebut dan menjadi mata untuknya. Menjalani hari yang tidak mudah karena pernikahan tersebut tak didasari oleh cinta.

Jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istri, karena bagiku, kau hanya mata pengganti disaat aku buta - White.

Andai saja bisa, aku rela memberikan mataku untukmu - Airi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 33

White menyantap makanan dimangkuknya dengan sangat lahap. Hari ini, Airi masak banyak dan bermacam-macam karena ibu dan adiknya mau datang.

"Sumpah, semur daging buatanmu enak banget Ai. Empuk dan bumbunya meresap, boleh aku nambah lagi?" White menyorokkan mangkuknya kedepan. Tak ada sahutan, mungkinkah Airi sudah tak duduk didepannya lagi? Tapi kapan wanita itu beranjak, kenapa dia tak mendengar suara kursi bergeser. "Ai, kamu masih disitu?"

"I-iya Bang," Airi seketika gelagapan saat menyadari White mengajaknya bicara.

"Kamu lagi melamun?"

"Eng-enggak kok. Aku, aku cuma ngantuk, ketiduran sebentar tadi," bohongnya. Sebenarnya dia memang melamun. Barusan tadi, Abian mengirim pesan jika kemarin Ryu datang kerumah mencarinya.

"Kamu kenapa Ai? Mikirin sesuatu?" Meski tak bisa melihat ekspresinya, White bisa mendengar dari nada suara Airi yang terdengar gugup.

"Enggak kok Bang." Airi menggenggam tangan White yang ada diatas meja. "Aku cuma capek. Terus barusan gak sengaja duduk sampai ketiduran. Abang mau nambah?" tanyanya saat melihat mangkuk White yang sudah kosong.

"Apa kita perlu cari ART?"

Airi menghela nafas sambil tersenyum. "Gak usah, Ai lebih suka tinggal berdua saja sama Abang. Rasanya lebih bebas, daripada ada orang lain yang mungkin akan mengganggu privasi kita. Selain itu, Ai pengen bisa melayani apapun kebutuhan Abang. Kalau Abang terbiasa makan masakan orang, ntar gak ada yang Abang kangenin dari Ai."

"Kangen? Emang kamu mau pergi kemana?"

Airi seketika tergelak. "Ya gak kemana-mana. Tapikan kita gak tahu bagaimana kedepannya. Siapa tahu Airi harus pergi, kemana gitu? Atau Abang yang kerja di luar kota. Sebentar lagikan kemungkinan Abang bisa melihat lagi." Wajah White seketika berseri-seri.

"Aku benar-benar tak sabar menunggu hari itu Ai. Aku tak sabar ingin melihat wajahmu. Nanti saat aku kerja di luar kota, kamu ikut aja. Kalau perlu, kamu yang jadi sekretaris aku aja. Aku maunya selalu sama-sama kamu Ai." White meremat tangan Airi yang ada digenggamannya.

"Ntar bosen kalau lihat aku melulu. Dirumah, dikantor, lihatnya aku mulu. Kapan rindunya kalau gitu?"

"Saat kamu ketoilet." Celetukan White seketika membuat Airi tertawa.

Airi menggeser kursinya kesebalah White. Duduk disebelah pria itu sambil menyandarkan kepala dibahu ternyaman sepanjang masa versi Airi.

"Ada apa Ai, aku merasa kamu seperti sedang memikirkan sesuatu?" tanya White sambil mengusap kepala lengan Airi dan mendaratkan kecupan dipuncak kepalanya.

"Ai cuma capek Bang, pengen nyandar dibahu Abang sebentar."

"Jangankan sebentar, selamanyapun aku tak keberatan."

"Jangan, ntar bahunya pegel," sahut Airi sambil sejenak memejamkan mata. "Aku tidur bentar ya Bang."

"Kita ke kamar?"

"Enggak disini saja, cuma sebentar." Airi hanya sedang ingin menentramkan hatinya. Sejak tadi, dia kepikiran bagaimana saat dia dan Ryu bertemu. Akan seperti apakah sikap pria itu padanya, yang pasti akan kecewa, dan mungkin sangat marah.

Airi benar-benar ketiduran dibahu White. Dan dia baru terjaga saat mendengar suara bel pintu. Dengan semangat 45, dia langsung berlari kedepan, dia yakin ibunya dan Abian yang datang.

"Ibu," Airi langsung memeluk wanita yang hampir 7 bulan ini sangat dia rindukan. Bagaimana tidak, sejak menikah dengan White, ini pertama kalinya Airi bertemu dengan ibu dan adiknya. "Ai kangen Ibu."

Bu Soraya tak bisa menahan air matanya. Dia juga sangat rindu pada Airi. Selama hampir 7 bulan, mereka hanya bisa berhubungan via telephon.

Selesai melepas rindu dengan ibunya, Airi ganti memperhatikan Abian. Rasanya senang sekali melihat Abian sudah bisa berjalan tegak, tak perlu lagi memakai tongkat.

"Bian rindu sama Kakak." Abian memeluk Airi.

"Kakak juga rindu sama kamu, Bi."

Mendengar suara derap langkah dan tongkat, Abian segera melepaskan pelukannya. Wajahnya seketika pucat melihat pria yang 7 bulan lalu dia tabrak dan kehilangan penglihatan.

Airi menoleh, menghampiri White lalu menuntunnya mendekat kearah ibunya. "Ibu dan adikku datang, Bang." White tersenyum, dia mengulurkan tangan meski tak tahu dimana posisi ibu mertuanya.

Melihat tangan White yang terulur, Bu Soraya langsung menjabat tangannya. "Apa kabar?" sapa Bu Soraya.

"Saya baik, Bu."

Abian hendak ganti menjabat tangan White, tapi dia masih ragu-ragu. Sampai Airi menarik tangannya dan mendekatkan pada tangan White.

"B-B-Bang," sapa Abian dengan suara putus-putus. Tangannya yang gemetar sekaligus basah karena keringat dingin, menjabat tangan White.

White menarik tangannya sedikit kasar. Meski dia bilang sudah memaafkan Abian, tapi tetap saja dia tak bisa melupakan kejadian itu. Rasa bencinya pada Abian belum hilang 100 persen.

"Kita masuk yuk. Ai masak banyak untuk Ibu dan Bian," Airi mencoba mencairkan suasana. Tak mau kecanggungan antara White dan Abian berlangsung lama.

"Bukankah Ibu sudah bilang gak perlu masak. Ibu sudah bawa banyak sekali makanan," Bu Soraya menunjukkan totebag yang dia bawa.

"Gak papa, kita makan bareng-bareng semuanya," sahut Airi.

Mereka lalu menuju meja makan. Bu Soraya dan Airi menatap semua makanan diatas meja makan. Ternyata banyak sekali lauk dan kue yang dibawa Bu Soraya, sampai-sampai meja makan Airi terlihat penuh.

Abian menatap kakaknya yang tengah melayani White. Hatinya teriris, semua ini karenanya. Ya, karenanya sang kakak jadi harus menikah dengan pria buta. Mengorbankan cinta dan kebahagiaan demi dirinya.

"Hem, pantas saja masakan Ai sangat lezat, Ibu ternyata jago memasak. Masakan Ibu enak sekali," puji White setelah mencicipi masakan Bu Soraya.

"Ibu senang jika kau suka. Kapan-kapan, jika ingin makan sesuatu, bilang saja, biar Ibu masakin."

"Tidak perlu Bu, saya sudah punya chef pribadi yang sangat handal," dia menoleh dan tersenyum kearah Airi.

"Abang mau makan gulai ikan? Gulai ikan buatan Ibu enak loh." Airi mengambil kuah gulai lalu menaruh dimangkuk White. Sementara ikannya, dia bersihkan dulu dari duri lalu menaruh menaruhnya juga disana.

Saat sedang asyik menikmati gulai ikan, tiba-tiba White meringis, ternyata ada duri dimakannya.

"Astaga, maafin Ai Bang. Ai kurang teliti." Airi mengambil mangkuk makan White untuk mengecek kembali apakah masih ada duri atau tidak.

Diam-diam, Abian yang memperhatikan itu jadi terenyuh. Seorang pria yang dulunya baik -baik saja, tiba-tiba kehilangan penglihatan. Dan sekarang, hanya untuk makan ikan saja, dia tak bisa melakukan sendiri. Dia kembali diliputi rasa bersalah. Sekarang merasa sangat kasihan pada White, sedang kemarin, dirinya dibuat tak berdaya karena rasa kasihannya pada Ryu. Dia merasa telah menghancurkan kebahagiaan banyak orang.

Flashback

"Tolong beri tahu aku Bi, dimana Airi tinggal?" tanya Ryu dengan nada sangat memohon. "Aku ingin bertemu dengan dia. Ada banyak hal yang harus aku tanyakan langsung padanya."

Abian menunduk, dia sudah berjanji pada kakaknya jika tak akan memberitahu pada Ryu dimana dia tinggal.

"Aku mohon Bi," Ryu mengatupkan kedua telapak tangannya didada dengan mata berkaca-kaca. "Aku ingin dengar sendiri dari bibir Airi, kenapa dia ninggalin aku dan menikah dengan orang lain."

Dada Abian terasa sesak. Dialah penyebab 2 orang yang saling mencintai harus terpisah.

"Semua ini gara-gara aku Bang. Kak Airi menikah demi menyelamatkan aku agar tidak dipenjara."

Tubuh Ryu seketika lunglai. Hari itu, Airi hanya bilang ingin hubungan mereka berakhir karena dia akan menikah. Sedangkan Lovely, dia memberi tahu jika Airi meninggalkannya demi menikah dengan pria kaya, penerus tunggal sebuah perusahaan besar. Jadi ini alasan yang sebenarnya.

"Jadi maksud kamu, Airi hanya terpaksa menikah?"

Abian mengangguk lemah. "Maafin Bian Bang, semua ini salah Bian. Bian yang membuat pria itu buta. Bian yang membuat Kak Airi terpaksa menikah dengannya."

Flashback off

1
Cucu Nurjanah
bagus ini
Fida
Luar biasa
Lina Suwanti
Semoga Airi n White tetap kuat mempertahankan pernikahan,,betul kata Airi ga usah pedulikan omongan orang
almeera
bg Ryu mau nggak SM anak gadis ku, tp nunggu 10thn lg y bg🤭
Neti Herawati
Luar biasa
mujari lamongan jatim
wah. menjiwai tunanetra rupanya ya. hehehe.
Susanti Susanti
Luar biasa
Shee
bikin melow
/Whimper//Whimper/
Shee
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
ai semoga selalu di beru kuatan
semangat ai
Shee
Lumayan
Eni Sunarheni
nyesek/Sob/
Darmaliah
bagus ceritanya lanjut tor
Anonymous
keren
Ema Jason Ema
alhamdulillah akhir cerita yg bahagia🥰
Ema Jason Ema
huh hampir lemas aku kirain Airi donorin matanya
Momy Demi Moor: saya juga brpikir sperti itu mbak..
dn lemas juga 🤣
total 1 replies
Ema Jason Ema
waduh ko jd tegang gini ya jangan Airi yg donorkan mata nya
Ema Jason Ema
terharu banget salut sama airi
milkymilkjh
😭😭awww aku pas baca nama nya White jadi keingat lagu ini, lagu favoy banget ternyata emng dari sini yaaaa inspirasi namanya heheh lucu bangett
Dg Singara
Luar biasa
Tiur Lina
jadi baper😅😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!