NovelToon NovelToon
Sebatas Istri Bayangan

Sebatas Istri Bayangan

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Keluarga / Suami Tak Berguna / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: rose.rossie

Kirana, seorang wanita lembut dan penyabar, merelakan hidupnya untuk menjadi istri dari Dion, pria pilihannya. Namun, kebahagiaan yang diharapkan tak kunjung datang. Sejak awal pernikahan, Kirana dibayangi oleh sosok mertuanya, seorang wanita yang keras kepala dan suka mengontrol. Mertuanya tak pernah menganggap Kirana sebagai bagian dari keluarga, selalu merendahkan dan mencampuri setiap keputusan Kirana.

Kirana merasa seperti boneka yang diatur oleh mertuanya. Setiap pendapatnya diabaikan, keputusannya selalu ditolak, dan kehidupannya diatur sesuai keinginan sang mertua. Dion suaminya, tak pernah membela Kirana. Ia terlalu takut pada ibunya dan selalu menuruti segala permintaan sang ibu. Ditengah konflik batinnya, akankah Kirana kuat mengarungi bahtera rumah tangganya? Atau akhirnya ia menyerah dan memilih berpisah dengan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rose.rossie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Kirana menatap Andi dan Dion yang saling berhadapan. Situasi di hadapannya terasa seperti bom waktu yang tinggal menunggu detik-detik terakhir. Jantungnya berdegup kencang, sementara ia mencoba berdiri meski lututnya masih terasa sakit. Napasnya berat, tetapi ia tahu tidak ada waktu untuk berdiam diri. Ia perlu bertindak cepat.

Dion menyeringai, matanya menyipit dengan tatapan meremehkan. "Kau pikir bisa menghentikanku, Andi? Kau tak tahu siapa aku."

Andi mengangkat dagunya sedikit, mencoba tetap tenang meskipun ketegangan jelas terlihat di wajahnya. "Aku tak peduli siapa kau. Yang aku tahu, kau sudah melewati batas. Kirana tak butuh kau dalam hidupnya. Lepaskan dia."

Dion mendekat, wajahnya kini hanya beberapa inci dari wajah Andi. "Apa kau benar-benar berpikir kau cukup kuat untuk melawanku?"

Andi tak mengindahkan ancaman Dion, matanya tetap tajam. "Kalau itu satu-satunya cara untuk melindungi Kirana, aku akan lakukan apa pun."

Mata Dion menyorot tajam, bibirnya melengkung membentuk senyum sinis. Ia menoleh sekilas ke arah Kirana yang berdiri terpaku, lalu kembali menatap Andi. "Baik, kalau begitu, aku akan pastikan kau menyesal."

Tanpa peringatan, Dion tiba-tiba melayangkan pukulan ke arah Andi. Kirana terpekik melihat kejadian itu, namun Andi berhasil menghindar tepat waktu. Ia melangkah mundur, menahan diri untuk tidak langsung membalas serangan Dion.

"Dion, hentikan! Kau tak perlu melakukan ini!" Kirana berteriak, mencoba mengendalikan situasi.

Namun, Dion tak mempedulikannya. Amarahnya sudah meluap, dan ia kini hanya terfokus pada Andi. Andi, di sisi lain, tampak terus berusaha menenangkan diri, tetapi ia juga tahu bahwa berusaha berbicara dengan Dion hanya akan sia-sia.

Kirana menelan ludah, mencari cara untuk menghentikan keduanya. “Kita bisa bicarakan ini dengan baik, Dion. Tolong, jangan buat semuanya semakin rumit.”

Dion menatapnya, suaranya dingin. "Diam, Kirana. Kau tak punya hak untuk bicara di sini."

Saat Dion kembali fokus pada Andi, Kirana merasakan sesuatu dalam dirinya berubah. Ia sudah terlalu lama terjebak dalam bayang-bayang Dion. Ini adalah waktunya untuk berdiri tegak, untuk benar-benar melawan.

Mengambil napas dalam-dalam, Kirana mendekati mereka berdua. "Dion, ini sudah cukup. Jika kau masih peduli pada sedikit pun harga dirimu, hentikan semua ini sekarang. Aku tak akan pernah kembali padamu. Kau hanya mempermalukan dirimu sendiri."

Dion menatap Kirana dengan sorot marah. "Apa katamu?"

Kirana mengumpulkan keberaniannya, tak lagi menahan ketakutan yang selama ini menjeratnya. "Aku sudah selesai hidup dalam ketakutan. Kau boleh menghancurkan semua yang ada, tetapi aku takkan kembali padamu. Dan tak ada yang bisa mengubah itu."

Andi menatap Kirana, matanya berbinar dengan rasa kagum dan dukungan. Sementara itu, Dion tampak terkejut, ekspresinya berubah dari marah menjadi frustasi. Ia tak pernah menyangka Kirana akan berbicara sekuat itu.

Kirana memanfaatkan momen tersebut untuk bergerak mundur, mencoba memberikan ruang antara dirinya dan Dion. Namun, tepat ketika ia merasa situasi mulai sedikit terkendali, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari kejauhan.

"Ada yang sedang dalam masalah di sini?"

Semua orang menoleh, dan Kirana melihat sosok Pak RT bersama beberapa warga yang sedang berpatroli malam mendekat ke arah mereka. Ekspresi Dion berubah drastis, dari penuh amarah menjadi cemas.

Pak RT mengamati situasi di depannya, melihat Andi yang berdiri tegang dan Dion yang tampak kebingungan. "Apa yang terjadi di sini? Ini sudah malam, seharusnya tidak ada keributan."

Kirana merasa lega sekaligus khawatir. Ia ingin mengakhiri semua ini tanpa membuat masalah semakin besar, tetapi keberadaan warga mungkin adalah satu-satunya cara untuk menghentikan Dion.

Pak RT menatap Kirana. "Ibu Kirana, apakah ada masalah? Mengapa suami Anda tampak marah seperti ini?"

Kirana ragu sejenak, namun akhirnya mengangguk. "Pak RT, ini bukan urusan mudah, tapi saya rasa perlu dijelaskan. Saya... saya sedang berusaha meninggalkan rumah untuk selamanya, namun suami saya tidak ingin menerima itu."

Pak RT mengangguk, menatap Dion dengan tatapan serius. "Pak Dion, ini bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah rumah tangga. Kalau istri Anda ingin berpisah, ada proses hukum yang bisa ditempuh."

Dion tampak geram, namun ia menahan diri, menyadari bahwa ia tak bisa berbuat banyak di hadapan warga.

"Jadi, saya minta dengan sangat, tinggalkan Ibu Kirana dengan tenang," lanjut Pak RT dengan nada tegas.

Dion menatap Pak RT dan para warga dengan raut wajah yang mencoba menyembunyikan amarahnya. Ia tersenyum miring, menatap Kirana dengan pandangan yang menakutkan, seakan mengancam bahwa semuanya belum selesai.

"Baiklah," katanya perlahan, sambil melangkah mundur. "Aku akan pergi sekarang. Tapi jangan pikir semua ini akan berakhir dengan mudah, Kirana."

Kirana menahan napas, merasakan dingin menyelimuti tubuhnya. Sorot mata Dion itu... ia tahu, seolah itu adalah peringatan akan badai yang lebih besar.

Setelah Dion berbalik pergi, Pak RT mendekat kepada Kirana. "Jika ada apa-apa, Ibu Kirana, jangan ragu melapor. Warga siap membantu."

Kirana mengangguk, mencoba memberikan senyuman meskipun hatinya masih didera rasa takut. Ia merasa lega bahwa malam ini akhirnya berakhir, tetapi bayangan ancaman Dion yang tersirat masih menggelayut di benaknya.

Andi menghampiri, merangkul pundak Kirana. "Kamu baik-baik saja? Aku takkan membiarkan dia menyentuhmu lagi."

Kirana mengangguk. “Terima kasih, Andi. Aku… aku tak tahu harus bagaimana tanpamu.”

Mereka berdiri sejenak dalam hening, meresapi ketegangan yang baru saja berlalu. Tapi saat Andi hendak berbicara lagi, suara ponsel Kirana tiba-tiba berbunyi. Ia meraih ponselnya, dan melihat nomor tak dikenal.

Ragu-ragu, Kirana mengangkat teleponnya. “Halo?”

Sebuah suara tenang tapi dingin terdengar di ujung sana. “Kirana, ini aku. Kau pikir bisa lari dariku secepat itu?”

Jantung Kirana berdebar. Itu suara Dion.

“Dion, apa yang kau inginkan? Kau sudah cukup membuatku menderita.”

Dion tertawa kecil, suaranya rendah dan menakutkan. "Ini belum apa-apa, Kirana. Jika kau berani melanjutkan niatmu, aku pastikan kau akan menyesal. Kau tahu aku tak pernah gagal mendapatkan apa yang aku inginkan."

Telepon langsung terputus, meninggalkan Kirana dengan rasa takut yang kini semakin menguat. Andi menyentuh bahunya, menatapnya khawatir.

“Kirana, ada apa?”

Kirana mengangkat wajahnya, mencoba menahan gemetar di suaranya. “Dia… dia tidak akan berhenti, Andi. Aku tahu dia akan melakukan apa pun.”

Andi mengepalkan tangan, menatap Kirana dengan tekad yang kuat. “Kalau begitu, kita harus bersiap. Apa pun yang terjadi, kau tak sendirian.”

Tapi di dalam hati Kirana, ia merasakan ketakutan yang sulit ia lupakan. Ia tahu ancaman Dion bukan sekadar ucapan belaka.

Di ujung jalan yang sunyi itu, sebuah mobil hitam tampak berhenti. Seseorang di dalamnya tampak memperhatikan mereka berdua dari jauh, dengan sorot mata dingin yang mengintai dalam diam. Kirana merasa seperti sedang diawasi, tapi saat ia menoleh, mobil itu perlahan menjauh ke dalam kegelapan malam, menyisakan hanya perasaan mencekam yang terus menghantuinya.

1
Welsa Putri
dtggu lanjutannya
roserossie: Tunggu malam ini ya😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!