Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.
apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.
Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.
Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMS-28
" Gak masalah Mas, aku paham kok. Cia juga lebih penting darimu. " jawab Daliya.
" Tidak sayang, Mas baru tadi pagi pulang kerumah. seandainya Mas tahu kamu akan sadar hari ini mungkin tidak akan pulang dan menunggu kamu. " ucap Mas Azi menggenggam jemari kurus dan dingin milik istrinya.
" Bagaimana kabar Mas selama 2 bulan terkahir? " tanya Daliya mengelus wajah suaminya.
" Keadaan Mas sangat kacau sayang, Mas selalu menunggu moment dimana kamu akan membuka matamu, tapi terimakasih sayang kau tetap bertahan. " ucap Gus Azi menikmati elusan tangan Daliya diwajahnya.
" Aku saja masih tidak menyangka diberi kesempatan bisa membuka mata kembali, tapi berkata doa Mas. aku berhasil melewati masa kritis ku. " jawab Daliya.
" Dimana Cia? apa dia tidak datang menjenguk ku? " tanya Daliya lagi.
" Katanya dia akan kemari, mungkin nanti sore. soalnya dia lagi sakit. " jawab Mas Azi.
" Sakit? " ucap Daliya mengernyitkan dahinya.
" Iya, Cia sakit. mungkin dia kelelahan bekerja setiap harinya. " jawab Mas Azi.
" Gak mungkinlah! Cia anak kuat kok, kena hujan badai aja gak pernah sakit. kamu terlalu memanjakan nya makanya dia kayak gitu, atau dia pura-pura sakit biar dapat perhatian dari kamu yang selalu jaga aku disini Mas. " sungut Daliya.
" Mas, gak pernah memanjakan dia sayang, dia eman murni sakit. Mas juga bilang pada nya untuk berobat saja tapi dia gak mau. " ucap Mas Azi.
" Mas selalu membela nya, Mas sudah begitu cinta banget sama Cia dari padaku. " jawab Daliya memalingkan wajahnya dari hadapan Mas Azi.
" Daliya, kamu jangan bicara seperti itu. dihati Mas hanya nama mu sayang. " jawab Mas Azi.
" Mas yakin? cuman aku yang Mas cintai? "tanya Daliya menatap suaminya.
" Iya, hanya kamu saja. " jawab Mas Azi yakin.
" Mas betulan gak ada rasa sama Cia kan? Mas gak jatuh hati ke lain hati lagi kan? " tanya Daliya sungguh-sungguh.
" Iya sayang, cuman kamu seorang. tidak akan ada yang bisa mengisi hati Mas lagi selain kamu doang, kenapa kamu tanya begitu? " tanya Mas Azi lagi.
" Aku hanya takut, Mas gak sayang dan cinta sama aku karena keadaan ku lagi. " jawab Daliya.
" Sampai kapanpun, Mas akan tetap mencintai kamu sayang. " jawab Gus Azi.
" Hanya ke aku aja ya Mas, termasuk Cia juga gak boleh. " ucap Daliya.
" Mas gak bisa janji sama kamu sayang, dia juga istri Mas. " jawaban Mas Azi membuat Daliya tersentak.
Di sisi lain tampak seorang wanita berdiri di depan pintu masuk ruangan, sambil membawa buket bunga hampir 30 menit lamanya ia berada disana, niatnya ingin masuk kedalam tapi di urungkan nya mendengar percakapan dari dalam.
Cia tidak berniat mendengar dari awal tapi ada rasa penasaran dalam hatinya saat Daliya tiba-tiba membahas mengenai dirinya.
Setelah mendengarkan semuanya, sakit! sangat jelas, dirinya bagaikan boneka yang diperalat dalam hubungan keduanya seolah-olah ia adalah mainan yang bisa dibuang tanpa dicintai kapan saja.
Menyesal? tentu saja, seandainya ia tidak menerima permintaan Daliya sejak awal mungkin Cia tidak akan tahu bagaimana keegoisan dari pasangan suami istri itu.
" Aku seperti penghalang di tengah rumah tanggan mereka berdua. " pikir Cia lagi dalam hati.
Cia menghembuskan nafas pelan, dan merapikan penampilan sebentar.
KLEK...
" Hai semuanya. " sahut Cia.
" Hai juga, kamu dari tadi datang? " tanya Daliya.
" Gak barusan saja, apa aku mengganggu kalian? "tanya Cia.
" Gak kok, masuk aja. " jawab Daliya.
" Maaf aku datang telat, aku membawakan bunga kesukaan mu." ucap Cia menyodorkan sebuket bunga kecil.
" Makasih, tapi aku mengurangi menghirup serbu bunga karena serbuknya tidak baik untuk kesehatan ku. " ucap Daliya sedih.
"Ah, maafkan aku. aku tidak tahu, aku akan membawanya pulang. " jawab Cia menarik kembali buket nya.
" Tidak! tidak! kamu letakan saja dipojok sana, aku tidak mungkin menolak pemberian orang lain. " jawab Daliya.
Cia sempat menoleh, sesaat mendengar ucapan Daliya diakhir kalimatnya.
" Kenapa kau kemari? kau masih sakit Cia. " celetuk Gus Azi.
" Aku tidak apa-apa, cuman pusing biasa aja kok. " jawab Cia mendudukkan dirinya di sofa.
" Tuh kan, Cia gak sakit parah kok Mas. buktinya dia bisa kesini. "jawab Daliya.
" Y-ya, aku sudah sembuh setelah meminum obat tadi. " jawab Cia.
" Baguslah, jangan terlalu banyak membebani Mas Azi, dia juga harus menjagaku. kalau kamu juga sakit, siapa yang akan menjaga kita nantinya. " balas Daliya.
" Ya, kau benar hahaha... " jawab Cia diselingi tawa hambar.
" Sebentar lagi jam makan siang, aku akan pergi ke kantin. kau ingin makan sesuatu Cia? " tanya Gus Azi menatap Cia.
Cia yang tidak siap ditanya seperti itu tampak heran dan kebingungan, dipikirnya dia akan bertanya pada Daliya bukan padanya.
" Ay- "
" Bubur! aku mau bubur Ayam aja Mas, kamu mau juga kan Cia? biasanya kalau kamu lagi sakit suka nya makan bubur . " jawab Daliya cepat.
" Kalau kamu Cia itu juga? " tanya Gus lagi.
"I-iya, samakan saja pesanan nya dengan Daliya. " jawab Cia.
" Ya sudah, aku pergi dulu. " ucap Gus Azi.
Tidak berselang lama, Gus Azi datang menenteng 1 kantong plastik berisikan tiga kota makan siang, dua bubur dan satu kotak nasi campur.
" Makanlah. " ucap Gus Azi menyerahkan sekotak bubur Ayam pada Cia disambut wanita itu.
Gus Azi mendekati Daliya yang duduk di kasur, lelaki itu duduk disamping bankar istrinya dan membuka makanan Daliya dan juga miliknya.
" Mas, bisa suami aku." pinta Daliya.
" Sini Mas, suapi. " balas Gus Azi menarik kotak makan berisikan bubur Ayam.
" Kau ingin ku suapi juga Cia? " tanya Gus Azi menatap Cia.
" Eh! tidak usah! aku bisa sendiri kok, Daliya lebih butuh dari padaku Gus. " jawab Cia.
" Aku saja Mas, Cia tidak sakit parah kok! kamu gak lihat tangan ku masih di infus, sekedar duduk aja rasanya susah. " sungut Daliya.
Mereka mulai makan dengan nikmat, mungkin lebih tepatnya Daliya dan Gus Azi saja. tidak dengan Cia yang rasanya mulutnya kelu menyuapkan bubur hambar kedalam tenggorokan nya.
Gus Azi mulai menyuapi Daliya tapi sesekali pandangan lelaki itu melirik Cia yang duduk di sofa seberang samping Daliya.
Untungnya posisinya Gus Azi duduk kearah depan memudahkan nya melirik Cia yang tampak aneh. Cara makan wanita itu terlihat sangat tidak nyaman disetiap suapan nya diselingi air putih.
Sebenarnya, Cia menginginkan Ayam bakar Madu yang dibuat kantin rumah sakit. tapi keburu Daliya yang menjawab mau tidak mau Cia turuti saja. Cia malas berdebat sesuatu hal yang sepele hanya karena tidak ingin dibilang manja dan banyak mau.
" Tidak apa-apa, ini juga bubur ayam. ada rasa ayam nya. " batin Cia meng sugesti dirinya.
" Mas! lagi! " rengek Daliya bak anak kecil karena terlalu fokus memperhatikan gerak gerik Cia membuat lelaki itu tidak sadar.
bahagia selalu buat gua Azi, mba CIA dan keluarga 🤲🤲🤲🥰
udh qu kasih kopi nih,,,/Rose/
makin penasaran kan aku sama ceritanya,,,