berkali-kali tertipu, sehingga membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut,
karena sering kali kena tipu,Aya dan Jaka pun memulai bisnis mereka hingga akhirnya mereka pun bisa membedakan mana penipu dan mana orang yang benar-benar tulus,
mari baca novel pertama aku,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dibalik sebuah nama
Jaka mulai kesal dengan Aya, beberapa pesan masuk pada ponsel miliknya, selalu memanggil Aya dengan nama Ayank, hal ini justru membuat pertanyaan pada hati Jaka, apa mungkin Aya sudah memiliki pasangan dari pilihan hati nya.
"Aya, sebaiknya kamu jujur saja, apa kamu sudah punya laki-laki lain selain aku?."
Tanya Jaka yang baru saja pulang dari bekerja nya di Bandung.
"Kamu nanya apa Jaka?, mikir dulu kalau mau bicara, jangan asal tuduh sebelum ada bukti nya."
Jawab Aya yang baru pulang dari pabrik baru nya.
''Bukti!!!, ya pasti ada Aya, aku juga tidak mungkin asal bicara jika tidak ada bukti nya."
Ujar Jaka yang langsung mengambil ponsel milik Aya.
"Ini bukan bukti?, terus apa kalau bukan laki-laki lain Aya?, nama nya saja perempuan, yang aslinya adalah laki-laki, jangan coba untuk menipu ku Aya."
Ujar Jaka yang marah pada Aya saat itu.
"Ya elah Jaka, nama ku Aya, sudah lama aku dipanggil Ayank, itu nama panggilan aku saat sebelum aku mengenal kamu."
Jawab Aya yang langsung mengelak apa yang dituduhkan pada nya.
"Terus lah berbohong Aya, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga."
Ujar Jaka yang tidak percaya dengan ucapan Aya.
"Ya sudah, datang saja ke tempat aku bekerja, cemburu saja pada semua yang memanggil ku Ayank."
Jawab Aya yang langsung masuk ke dalam kamar nya, dan tak lagi menjawab pertanyaan dari Jaka.
Keesokan harinya,
Pagi itu, jaka sengaja mengantarkan Aya ke pabrik, entah ada angin apa, padahal sebelum nya, semenjak memiliki sepeda motor sendiri, Jaka hampir tidak pernah mengantar kan Aya bekerja.
"Hayu, biar aku antar, sekalian aku mau lihat perusahaan kamu yang baru."
Ujar Jaka yang mengajak Aya berangkat bersama.
"Tumben, ada angin apa Jaka, biasanya juga aku perlu sendiri."
Jawab Aya yang akhirnya naik ke atas motor nya.
"Sekalian, tes motor baru kita Aya, masa dari pertama beli, kamu tidak pernah aku antar."
Jawab Jaka yang entah benar atau tidak nya.
Sesampainya di depan pabrik.
"Ayank,, tumben sekali diantar, apa sedang ada rencana kah?."
Ujar Rena yang langsung mendatangi Aya yang baru saja turun dari motor nya.
"Ngga juga, Jaka ingin melihat perusahaan kita yang baru."
Jawab Aya yang tersenyum pada Rena dan Jaka.
''Oh iya, Jaka, kenal kan, ini Rena, orang yang sering buat aku tertawa saat membaca pesan singkat yang dikirim nya."
Ujar Aya yang memperkenalkan Rena pada Jaka.
"Aku Jaka, suami Aya."
Ujar Jaka yang bersalaman dengan Rena.
"Hmm, Ayank, ternyata kamu tetap memilih anak band, tak disangka, wajah nya seperti yang tidak asing lagi."
Ujar Rena yang melihat wajah Jaka yang mirip vokalis band.
"Berisik kamu Rena, terus saja seperti itu."
Jawab Aya yang langsung menyuruh Jaka untuk pergi.
Belum juga Jaka pergi, terdengar beberapa orang yang datang dan memangil Aya dengan sebutan Ayank.
"Ayank,,, tumben sekali kamu sudah sampai pagi ini."
Ujar Seli salah satu teman baru Aya.
"Ciyeee, diantar siapa Ayank?."
Tanya Elis yang juga masih teman Aya.
Aya hanya tersenyum pada teman temannya yang baru saja datang.
"Aya, aku pulang dulu, nanti pulang aku jemput."
Ujar Jaka yang tersenyum pada Aya.
"Iya, hati-hati dijalan, nanti aku kirim pesan singkat jika aku pulang."
Jawab Aya yang setengah berteriak pada Jaka.
Akhirnya, Jaka pun percaya dengan apa yang diucapkan oleh Aya, ternyata nama panggilan nya Ayank, sehingga membuat Jaka tersenyum sendiri saat beranjak pergi meninggalkan Aya dan teman temannya yang masih berkumpul di depan pabrik baru mereka.
Waktu pun terus berjalan, hari berganti hari, bulan pun berganti tahun,
Tiga tahun sudah berlalu, Aya dan Jaka masih juga belum dikaruniai anak, membuat beban mental dan fisik yang harus diterima oleh kedua nya.
Adik Jaka yang baru menikah pun sudah memiliki anak, padahal waktu pernikahan mereka masih berjarak dekat, berbeda dengan Aya dan Jaka yang masih harus hidup berdua.
"Heh Jaka!!, sebaiknya kamu periksa ke dokter kandungan, siapa tahu Aya mandul."
Ujar ayah Jaka yang membuat hati Aya terasa ditusuk pisau tajam.
"Ayah, tidak baik bicara seperti itu, Aya tidak mandul, hanya saja masih belum di berikan oleh Allah."
Ujar Jaka yang langsung memeluk tubuh Aya.
"Bagaimana tidak punya anak, disentuh juga tidak."
Ujar Zaki yang ternyata sudah ada dibelakang Aya dan Jaka.
"Sialan kamu Zaki, kalau saja bukan adik ku, sudah aku hajar kamu."
Ujar Jaka yang langsung marah pada adiknya sendiri.
"Memang benar kan, jadi suami saja kamu tidak becus, hidup masih menumpang pada istri kamu sendiri."
Ujar Zaki yang berbicara pada Jaka di depan keluarga nya yang lain.
Lebaran ke tiga, masih sama dengan lebaran tahun yang lalu, entah kenapa, Zaki selalu saja ikut campur urusan rumah tangga Aya dan Jaka.
Aya pun langsung masuk ke dalam kamar, dan diikuti oleh Sari istri Zaki.
"Kenapa sih kamu harus datang ke sini, lagi pula, kenapa juga harus pilih Jaka!!."
Ujar Sari yang langsung menarik tangan Aya.
"Ini ngga ada urusan nya dengan kamu Sari!!!, aku memilih Jaka karena memang dia yang terbaik untuk aku."
Jawab Aya yang langsung melepas kan tangan nya yang masih di pegang oleh Sari.
"Emang dasarnya wanita penggoda, masih saja menggoda suami orang."
Ujar Sari yang ternyata masih cemburu pada Aya.
"Sari!!, kita sudah tua, sudah cukup umur, kamu juga sudah punya anak, jangan terus bersikap seperti anak kecil."
Jawab Aya yang terdengar oleh Jaka dan Zaki.
Mendengar suara istri mereka yang bertengkar, Jaka dan Zaki pun langsung bergegas menuju kamar Aya.
"Sudah cukup Aya, percuma bicara dengan mereka, hanya menambah beban pikiran kita."
Ujar Jaka yang langsung menarik tangan Aya.
"Pulang saja kamu ke asal kamu Aya, aku berharap tidak bertemu dengan mu lagi."
Ujar Sari yang berteriak pada Aya.
"Sari!!!, jika bukan karena Jaka, aku tidak mau melihat wajah kalian berdua lagi."
Jawab Aya yang datang kembali ke arah Sari.
Lebaran idul Fitri pun semakin panas, bukannya saling memaafkan, justru masalah baru lagi yang muncul.
Dendam masa lalu, masih saja membara, tidak ada perubahan hati diantara mereka.
"Kita pulang saja Aya, lebih baik kita di Bogor, percuma disini."
Ujar Jaka yang melihat saudara nya yang lain, justru membela Zaki dan Sari yang sedang ada diposisi teratas.
"Heh Jaka !!!, masa kamu kalah sama adik kamu !!!, lihat lah Zaki, sudah punya rumah sendiri, sudah punya anak pula."
Ujar Ayah Jaka yang terkesan membandingkan Jaka dengan Zaki.
Jaka memilih untuk diam, bukan karena tidak mau menjawab, hanya saja, Jaka pasti kalah bicara dengan ayah nya sendiri yang terlalu membela Zaki.
Ya iyalah, aku sudah pasti kalah dengan Zaki, mereka apa-apa di bantu oleh orang tua, mana ada orang tua Aya dan Jaka yang mau menbantu mereka berdua.
Pernikahan Zaki dan Sari pun, jauh berbeda dengan Jaka dan Aya, semua nya ditopang oleh orang tua dan saudara nya yang lain, berbeda dengan Aya dan Jaka, yang semuanya harus di biayai sendiri.
"Aya, ayo kita pulang."
Ajak Jaka yang langsung menarik tangan Aya dan keluar dari rumah orang tua nya.
Sementara itu, ibu Jaka langsung berlari menyusul Jaka dan Aya,
"Jaka, Aya, maaf kan ayah kalian, jangan di ambil hati."
Ujar ibu Jaka yang langsung memeluk tubuh Jaka anak tirinya.
"Aku sudah biasa bu, seperti nya, ibu juga sudah biasa kan?."
Jawab Jaka yang tersenyum pada ibu tirinya.
Jawaban Jaka membuat Aya bertanya-tanya, ada apa dengan Jaka dan ibu tirinya, kenapa sikap Jaka begitu dingin dengan ibu tirinya.
Lebaran ke tiga, masih seperti lebaran tahun-tahun sebelumnya, kini Aya dan Jaka pun akhirnya memilih untuk pergi meninggalkan rumah orang tua nya.
Bagaimana kehidupan Jaka yang selalu dibanding-bandingkan dengan adiknya?,
dan apa yang sebenarnya terjadi antara Jaka dan ibu tirinya?
Tunggu jawaban nya di bab berikutnya.