Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasakan
Sesaat sebelum Rukia tercebur ke kolam,
" Inikah hasil didikan keluarga bangsawan? Kasar dan bermulut sampah? " olok Rukia memang sengaja memancing amarah Veroya.
" Memangnya kenapa? Daripada kau yang dididik menjadi seorang wanita haus belaian? Dasar Ja****... " Veroya tak ingin kalah. Dia sudah amat sangat kesal pada wanita yang sialnya sepupu jauhnya ini. Ingin rasanya Veroya geprek saja wanita ini kalau tidak mengingat dimana mereka sekarang.
" Mulut mu sungguh busuk, Ve... Tidak pernahkah mama mu yang pengkhianat itu mengajari kau cara bertutur kata yang baik? " Rukia akhirnya menjadikan Hanabi sebagai pancingan untuk semakin membuat Veroya emosi.
Sejak tadi Rukia terus menyerang harga diri Veroya tapi istri Griffin ini tak tersinggung sedikit pun. Tak hilang akal, Rukia pun menyinggung tentang Hanabi, dan ternyata sangat berhasil. Wajah Veroya sekarang sudah merah padam karena mamanya dibawa-bawa dalam persaingan mereka berdua.
" Heh!! Tutup mulut mu yang busuk itu!! Siapa yang kau panggil pengkhianat? Dasar tidak tahu diri.. " maki Veroya sudah terpancing.
" Sadar diri dimana posisi mu berada!! Kau hanya orang luar di keluarga Keichiro tapi menginginkan harta yang bukan milik mu? Sadar dirilah, perempuan serakah seperti mu hanya akan membuat Keichiro hancur.. " Veroya mulai mendorong tubuh Rukia hingga semakin mundur dan semakin dekat dengan kolam renang.
" Seharusnya mama mu yang sadar posisinya. Dia dulu menolak semuanya dan kabur bersama papa mu. Kalau aku jadi mama mu, pastinya aku akan menolak warisan itu. Tahu diri sedikit lah!! Tidak ikut merawat tapi mau-maunya menerima hartanya.. Tak tahu diri.. " Rukia semakin memancing emosi Veroya. Matanya tak sengaja melihat Griffin semakin mendekat ke arah mereka.
' Ini kesempatan ku untuk menarik perhatian tuan muda Cassano.. ' Rukia menyeringai dalam hati.
" DIAM KAU!!! SIAPA YANG KAU SEBUT TAK TAHU DIRI DASAR WANITA SERAKAH!! " Veroya memang mendorong tubuh Rukia, tapi tidak terlalu kencang.
Karena Rukia memang sengaja ingin menarik simpati Griffin, Rukia berlaga seperti terdorong kuat hingga tercebur ke dalam kolam renang. Rukia memanfaatkan dirinya yang tidak bisa berenang untuk menarik perhatian Griffin. Rukia sekilas melihat Griffin yang berlari ke arahnya sebelum dirinya masuk ke dalam air.
BYUUURRRRR....
*
*
Veroya menatap marah Griffin yang perlahan keluar dari kolam dengan Rukia dalam pelukannya. Rasanya ingin sekali Veroya tarik wanita ular itu dan membuangnya ke laut biar dimakan hiu sekalian. Sungguh memuakkan.
Tak ingin menggila di tempat, Veroya pun langsung melengos pergi begitu saja. Tak dia pedulikan lagi tatapan para tamu undangan yang menatap tak percaya atas perbuatannya barusan. Bisik-bisik tentang perbuatan kasar Veroya ini terdengar mengiringi kepergian Veroya.
' Masa bodoh.. Aku tak peduli.. Dasar King bodoh!! King Bodoh!! Menyebalkan.. Aaarrrggggggg... ' jerit Veroya dalam hati.
Griffin tak lagi peduli apa yang Veroya lakukan. Dia langsung membawa tubuh Rukia menuju ke tempat dokter praktek di kapal pesiar mewah miliknya ini. Kondisi Rukia harus segera ditangani oleh dokter dan Griffin tak ingin buang waktu untuk mengejar Veroya yang tengah merajuk.
Nanti, Griffin berjanji akan menyelesaikan masalahnya dengan Veroya. Bukan Griffin tak tahu kalau wanita nya itu tengah marah besar padanya. Griffin pun bersiap menerima kemarahan istrinya itu. Tapi nanti setelah dia memastikan kondisi Rukia.
*
*
Ponsel di saku Jade bergetar, dia langsung merogoh saku jasnya dan mengangkat telepon yang entah siapa itu. Jade mensilent ponselnya sehingga tak tahu siapa yang tengah meneleponnya. Biasanya Jade akan tahu identitas si penelepon dari nada dering yang dia setel berbeda masing-masing orang terdekatnya.
" Halo.. " sapa Jade.
....
" Helikopter?? Sekarang?? Why ?? " alis Jade berkerut dalam. Dalam benaknya muncul banyak pertanyaan tapi mendengar suara si penelepon Jade pun tidak berani bertanya sekarang. Sepertinya terjadi masalah urgent yang dia tidak tahu apa.
Jade menghela nafas, " Okay.. Tunggu di helipad. Lima belas menit lagi helikopter pribadi ku akan tiba. "
Panggilan pun berakhir begitu saja. Si penelepon gegas mengakhiri panggilan setelah mendapatkan kepastian jika keinginannya tercapai. Bersamaan dengan itu, Ken datang tergopoh-gopoh mendekat pada tuan mudanya.
" Tuan muda... " nafas Ken masih terengah karena berlari untuk segera menginformasikan yang terjadi.
" Ada apa, Ken? Atur nafas mu!! " tanya Jade ikut terengah.
" Tuan.. Tadi di sana... Nyonya muda.. Cassano..
Bertengkar dengan... dengan... sepupunya... Nona Rukia... " Ken menjeda ucapannya. Jade pun fokus mendengarkan ucapan Ken yang setengah-setengah.
" Nona Rukia tercebur ke kolam renang karena didorong oleh nyonya muda Cassano.. Lalu... Tuan muda Griffin menyelamatkan nona Rukia... Tapi karena itu, nyonya muda Cassano marah dan langsung pergi meninggalkan pesta.. " lapor Ken dengan kecepatan ekstra. Setelahnya Ken langsung meneguk minuman entah milik siapa yang ada di atas meja untuk membasahi tenggorokannya.
Jade memijat pelipisnya. Pertanyaan yang sejak tadi mengganjal nya akhirnya terjawab sudah. Pantas orang itu meminta helikopter, ternyata tujuannya karena ini. Kalau sudah begini Jade pun tidak bisa ikut campur lebih dalam. Ini urusan internal mereka.
" Amankan CCTV.. Pastikan bahwa benar Ve mendorong wanita itu atau tidak. " titah Jade untuk berjaga-jaga semisal nanti dibutuhkan.
" Baik, tuan muda. " Ken lekas pergi ke ruang kontrol untuk memastikan CCTV di tempat kejadian tadi menyorot peristiwa yang sebenarnya terjadi.
' Dasar Griffin.. Kalau sudah begini, aku tidak akan menolong mu lagi.. Nikmati saja kemurkaan istri mu itu. ' batin Jade angkat tangan.
*
*
Setelah memastikan kondisi Rukia, yang hanya shock saja, Griffin pun pergi kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian. Setelan jas yang dipakainya basah kuyup karena terjun ke kolam renang demi menyelamatkan Rukia.
Saat sampai di kamarnya, dahi Griffin Berkerut karena tidak mendapati keberadaan sang istri di dalam kamar itu. Perasaan tadi Veroya pergi meninggalkan pesta. Kalau tidak di kamar, kemana perginya istri bar-barnya ini. Tiba-tiba saja perasaan Griffin jadi tidak enak.
Gegas Griffin turun kembali ke ballroom setelah berganti pakaian. Tujuannya tentu saja mencari keberadaan sang istri. Tapi setelah mencari kemana kemari, Griffin tak kunjung melihat keberadaan istrinya. Mata Griffin tak sengaja melihat Fayre yang baru saja masuk ke ballroom.
" Fay.. Kau lihat Ve? " tanya Griffin memburu.
Fayre melirik sinis kembarannya ini, rasanya dia pun ikut kesal karena perbuatan Griffin tadi yang secara tidak langsung mempermalukan istrinya, " Mana ku tahu? Lagian kenapa mencari Ve? Sana urusi Sekretaris kesayangan mu itu!! Semua pria sama saja... Sama-sama breng***. " Griffin berjengit kaget mendengar umpatan Fayre.
" Hei.. Kau lihat Ve tidak? " teriak Griffin karena Fayre berjalan menjauh darinya tanpa menjawab pertanyaannya.
Fayre malas berbalik hanya mengacungkan jari tengah nya ke arah Griffin. Biar saja kembarannya itu pusing mencari dimana Veroya berada. Salah sendiri mencari masalah dengan wanita.
Griffin menggeram kesal dengan tingkah Fayre. Kalau tidak diburu ingin cepat menemukan Veroya, pastinya Griffin akan membuat perhitungan dengan kakak kembarnya itu.
Griffin pun pergi menelusuri semua bagian kapal pesiar nya hingga sampai ke helipad yang ada di bagian ujung kanan. Di sana berdiri Furuya menatap ke arah lautan lepas. Griffin pun mendekat untuk bertanya pada iparnya itu, siapa tahu dia bisa memberitahukan padanya keberadaan istri bar-barnya.
" Fu... Kau lihat Ve? " tanya Griffin sedikit berteriak karena suara deburan ombak membuat suaranya tak terdengar.
Furuya menatap datar Griffin, kemudian mengalihkan pandangannya tepat ke langit di depannya. Tanpa kata, Furuya hanya menatap ke arah langit di depannya. Griffin pun mengikuti arah pandang Furuya, tapi tidak menemukan apapun.
" Kau lihat Veroya tidak? " sekali lagi Griffin bertanya.
Furuya kembali melakukan hal yang sama, menatap Griffin datar kemudian kembali melihat ke arah lagi di depannya. Griffin berdecak kesal karena tak mendapatkan jawaban. Dia kembali melihat ke arah yang Furuya lihat.
Awalnya Griffin tidak melihat ada hal yang janggal sampai dimana dia melihat sebuah titik hitam yang semakin lama semakin menjauh dari kapal pesiarnya. Griffin kemudian menatap ke arah Furuya yang ternyata juga menatap titik hitam itu.
" Shit... Jangan bilang Ve ada di sana? " Furuya mengangguk santai tanpa beban.
Griffin meremas rambutnya frustasi. Istrinya ternyata kabur meninggalkan pesta mereka yang belum berakhir dengan menggunakan helikopter.
" Makanya.. Jangan bermain-main dengan emosi seorang wanita.. " Furuya menepuk pelan pundak Griffin kemudian pergi begitu saja.