Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan
Setelah makan pagi menjelang siang di rumah Ara dan Altaf, mama Fifi berpamitan untuk pulang. Altaf bersiap pergi ke toko. Setelah berpakaian rapi Altaf berpamitan pada sang istri.
"Ra, nanti mungkin kakak pulang agak malam, Rara nggak usah nungguin kakak. Tidur duluan aja, kunci semua pintu, hati-hati di rumah sendiri." Kata Altaf memperingatkan sang istri.
"Ara ikut ke toko aja ya!" Kata Ara manja.
"Nggak usah Ra, nanti kamu capek, istirahat aja di rumah, nggak usah masak untuk makan malam, nanti kakak beliin. Rara tidur aja, tadi malam kurang tidur kan, kakak nggak mau Rara sakit." Kata Altaf lembut sambil mengusap pucuk kepala sang istri.
"Tapi Ara bosan kak di rumah sendiri!"
"Tapi kalau ikut nanti capek, udah istirahat aja di rumah, atau Ara ajak temen-temen Ara main ke rumah, nanti kakak kirim cemilan ke rumah!" Rayu Altaf agar istri cerewetnya tak ikut ke kantor, karena kantornya lagi dalam tahap renovasi membuat kamar khusus di ruang kerjanya untuk sang istri.
"Ide bagus, nanti Ara ajak temen Ara main ke sini ya?!"
"Iya, asal temen cewek, jangan ajak temen cowok, karna kakak nggak ada di rumah."
"Iya....suami bawel, ya udah cepet berangkat, ingat pesen Ara kemaren, udah punya istri, jangan macam-macam!"
"Siap tuan putri!" Kata Altaf sambil mengacak rambut panjang sang istri.
"Kalau sudah selesai kerjanya langsung pulang, jangan pulang terlalu malam, Ara takut di rumah sendiri.
"Ok, hati-hati dirumah ya!" Kata Altaf, Ara langsung mencium tangan sang suami, dan suaminya mencium keningnya.
Setelah kepergian sang suami, Ara menghubungi Nola dan Widdi. Mereka akan datang bermain dan mengerjakan tugas kuliah. Hampir satu jam menunggu Nola dan Widdi datang. Mereka bercanda di ruang keluarga.
"Ra, rumah lo enak banget sumpah, udah gede, rapi, adem!" Kata Widdi.
"Iya Ra, nyaman, ada kolam renangnya nggak?" Tanya Nola.
"Ada, dibelakang!" Jawab Ara singkat.
"Emang enak ya, punya mertua tajir, orang tua tajir, suami tajir. Nikah muda nggak perlu mikir macam-macam, langsung punya rumah. Nggak usah kerja tinggal gajian, shoping sesuka hati." Kata Nola enteng.
"Iya, mana nikahnya sama orang yang dia taksir dari dulu lagi. Udah ganteng kaya lagi!" Kata Widdi lagi.
"Jangan puji-puji suami Ara ya, nanti kalian terobsesi naksir suami Ara lagi, nggak boleh!" Kata Ara sewot.
"Duh...posesif banget bubin!" Kata Nola.
"Apa tuh bubin?" Tanya Widdi.
"Bu bini!" Jawab Nola cepat.
Ting tong......
Bel rumah berbunyi dan Ara langsung pergi ke depan untuk membuka pintu. Seorang kurir perempuan mengantar pesanan jajanan dan minuman yang di pesan Altaf.
"Iya mba, ada apa?" Tanya Ara sopan.
"Ini mbak, saya mengantarkan belanjaan atas nama pak Altaf." Jawab perempuan muda itu.
"Oh iya mba, makasih ya, ini buat mbak." Kata Ara sambil memberikan satu lembar uang kertas merah pada kurir itu.
Ara masuk rumah dengan dua plastik belanjaan di tangannya.
"Siapa Ra?" Tanya Nola.
"Kurir, ngantar belanjaan kak Al!" Jawab Ara, lalu mulai mengeluarkan isi plastik itu satu persatu. Ternyata isinya semua jajanan semua.
"Woh kirain kita disuruh kesini hanya di anggurin." Kata widdi enteng dan mulai mengambil satu ice cream. Dan
PLAKKKKK
"Apa sih Ra, ini untuk kita kan?!" Tanya Widdi tak terima.
"Iya, tapi entar dulu, jangan langsung comot aja!" Kata Ara lalu mengambil ponselnya yang ada di atas meja lalu memotret jajanan yang sudah di jajar di meja. Ara mengirimkan foto itu ke sang suami dengan caption "Thank you my Husband" dan di ikuti emoticon love.
"Ih.....bikin ngiri aja, mau dong kawin juga!" Kata Nola yang mengintip ponsel Ara dan melihat balasan dari Altaf dengan banyak emoticon 😍.
"Ra, suami lo so sweet banget sih. Kelihatannya aja cowok cool banget, tapi nyatanya so sweet......!" Dan
PLAKKKKK
"Jangan muji-muji suami Ara, HARAM!" Kata Ara sambil menekan kata haram.
"Ih ...pelit banget sih, muji aja nggak boleh."
"Udah nggak usah bising makan semua jajanan. Kata kak Al nanti jam tiga mau di pesenin Doraikare sama Sukiyaki, mau nggak?" Tanya Ara singkat.
"Ya mau lah, nggak baik nolak rizki, ya nggak Wid?" Kata Nola.
"Yoi....betul...betul ...betul...!"
Mereka asyik bercanda sampai sore. Setelah makan makanan yang di pesankan Altaf, Nola dan Widdi pamit pulang.
"Ra, kita pamit dulu ya, udah kenyang banget gua!" Kata Widdi.
"Udah kenyang pulang, kalian kesini cuma mau numpang makan doang!" Kata Ara kesal.
"Kan enggak, tadi udah nyontek tugas juga, Btw makasih tugasnya. Jadi istri yang baik, bentar lagi suami lo pulang, kita pamit dulu ya!" Kata Nola lalu pulang.
Setelah teman-temannya pulang Ara membersihkan ruangan tempat mereka berkumpul ladi. Hari sudah sore, Ara langsung membersihkan diri.
Ara menunggu sang suami sambil mengerjakan tugas kuliahnya. Lalu mengirim pesan agar sang suami tak perlu membelikan makanan dengan alasan masih kenyang makan bersama temannya tadi.
Ara melihat jam di didinding menunjukkan hampir jam sembilan malam, tapi suaminya belum pulang juga. Sambil menunggu sang suami Ara bermain ponselnya di ruang tamu. Tak terasa kantuk menyerangnya. Ara tertidur di sofa ruang tamu.
Altaf sampai di rumah, keluar dari mobil sudah jam sepuluh lewat. Rasa khawatir sang istri akan ngambek lagi , atau dang istri mungkin sudah tidur di kamar. Tak ingin merepotkan sang istri, Altaf mengambil kunci cadangan dan membuka pintu sendiri. Begitu masuk rumah betapa terkejutnya, ternyata istri cerewetnya tertidur di sofa ruang tamu dengan ponsel di atas perutnya.
Altaf tersenyum.
"Rara...Rara....kamu nungguin kakak sampai ketiduran, kasihan banget!" Kata Altaf dalam hati dan tak henti-hentinya tersenyum memandang wajah sang istri. Diletakkannya ransel kerjanya di sofa, lalu diambilnya ponsel Ara dan dimasukkan ke dalam sakunya. Ara diangkatnya ala Breydel style.
Altaf melangkah membawa sang istri menuju kamarnya. Takut kaki Ara terkena pagar tangga, Altaf terus berjalan sambil melihat kaki Ara, dan tiba-tiba....
DUKKKKK
"AOWWWWW!"
"Sorry...sorry....sakit ya, maap kakak nggak sengaja! Habisnya kaki Rara panjang banget! Kakak takut kaki Rara nyangkut, jadi kakak lihat kaki, nggak lihat kepala Rara."
"Kakak kok jadi nyalahin kaki Ara sih?!"
"Iya....iya, maap kakak nggak sengaja, kepala Rara jadi kejedot tembok."
"Kak, ini jam berapa?"
"Jam sepuluh lewat!"
"Hah, udah jam sepuluh kakak baru pulang, kemana aja, janjinya nggak pulang terlalu malam, ini apa?!"
"Iya, maap, tadi ada kecelakaan jadi macet, mau putar balik nggak bisa, belakang mobil kakak padet banget."
"Bener?!" Tanya Ara dengan mimik muka curiga.
"Beneran Rara, kakak nggak bohong, maunya juga cepet sampai rumah."
"Awas ya kalau bohong!"
"Iya Rara cerewet!"
"Kok iya, berarti kakak bohong?!" Tanya Ara ngegas.
"Maksud kakak iya, kakak nggak bohong! Kalau kakak jawab enggak, nanti dikira membantah. Trus ngomongnya harus gimana?!"
"Tapi awas kalau sampai berani bohong!"
"Hamba mana berani sama tuan putri. Besok-besok kalau kerja kakak bawa motor aja, biar kalau macet bisa cari jalan tikus."
"Kalau kakak lewat jalan tikus, tikusnya kakak suruh lewat mana?"
"Tikusnya udah pada bobok, udah malem.
Udah, kakak mau mandi dulu, lengket badan kakak, Rara lanjut tidur aja."
"Kakak udah makan?" Tanya Ara yang sudah kembali lembut.
"Sudah, tadi sore di kantor. Rara tidur aja nanti kakak nyusul."
"Kak, Ara kangen mama, besok kita kerumah mama ya, Ara kuliahnya masih online!"
"Iya, tapi kakak antar doang ya, kakak ada kelas, trus mau kerja juga!"
"Ok, tengkiu cuami Ara yang ganteng!" Kata Ara sambil memeluk sang suami dari belakang.