NovelToon NovelToon
Di Antara Dua Dunia

Di Antara Dua Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Papa Koala

Ethan, cowok pendiam yang lebih suka ngabisin waktu sendirian dan menikmati ketenangan, gak pernah nyangka hidupnya bakal berubah total saat dia ketemu sama Zoe, cewek super extrovert yang ceria dan gemar banget nongkrong. Perbedaan mereka jelas banget Ethan lebih suka baca buku sambil ngopi di kafe, sementara Zoe selalu jadi pusat perhatian di tiap pesta dan acara sosial.

Awalnya, Ethan merasa risih sama Zoe yang selalu rame dan gak pernah kehabisan bahan obrolan. Tapi, lama-lama dia mulai ngeh kalau di balik keceriaan Zoe, ada sesuatu yang dia sembunyikan. Begitu juga Zoe, yang makin penasaran sama sifat tertutup Ethan, ngerasa ada sesuatu yang bikin dia ingin deketin Ethan lebih lagi dan ngenal siapa dia sebenarnya.

Mereka akhirnya sadar kalau, meskipun beda banget, mereka bisa saling ngelengkapin. Pertanyaannya, bisa gak Ethan keluar dari "tempurung"-nya buat Zoe? Dan, siap gak Zoe untuk ngelambat dikit dan ngertiin Ethan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Papa Koala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah Kecil yang Berarti

Malam setelah pertemuannya dengan Claire, Ethan berbaring di kasur sambil menatap langit-langit kamarnya. Pikiran-pikirannya melayang-layang tak tentu arah, dari percakapannya dengan Zoe di kafe tadi hingga ke Claire, wanita yang baru saja dia temui di toko buku. Claire orang yang menyenangkan, namun pertemuan singkat itu telah memicu sesuatu dalam diri Ethan, perasaan aneh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Bukan perasaan romantis, tapi lebih kepada rasa penasaran dan dorongan untuk melakukan sesuatu yang baru.

Ponselnya bergetar di meja samping tempat tidur. Zoe. Lagi.

“Eth! Udah tidur? Mau cerita lagi soal temen gue tadi. Sumpah ngakak abis, lo harus denger!”

Ethan tersenyum, mengetik balasan singkat, “Boleh, telpon aja.”

Tak lama kemudian, ponsel Ethan berdering, dan suara ceria Zoe langsung menyapa telinganya.

“Lo tau gak sih, tadi temen gue itu gak cuma sekali salah ngomong, Eth. Setelah dia ngomongin soal ‘gendut’, dia malah ngira si cowok ngatain dia balik, padahal si cowok lagi ngomongin diet keto!”

“Seriusan?” Ethan tergelak, tak bisa menahan tawa. “Ya ampun, itu udah kacau banget, Zo.”

“Parah, kan? Gue sampe nangis ketawa tadi. Kacau deh.”

Obrolan mereka berlangsung seperti biasa. Zoe selalu punya cerita lucu yang tak ada habisnya, dan Ethan selalu senang mendengarkannya. Tapi malam itu, entah kenapa, Ethan merasa ada jarak yang tak terlihat. Meski dia tertawa, pikirannya terus melayang pada obrolannya dengan Claire. Sejak kapan dia merasa butuh sesuatu di luar lingkaran kecilnya bersama Zoe? Selama ini, dia pikir dunianya sudah cukup dengan Zoe dan rutinitas mereka, tapi pertemuan dengan Claire seolah membuka pintu baru dalam hidupnya.

Setelah menutup telepon dari Zoe, Ethan duduk di tepi ranjangnya, termenung. Dia merasa perlu melakukan sesuatu. Bukan hal besar, tapi sesuatu yang membuatnya merasa lebih mandiri, lebih berani. Dan tiba-tiba, ide itu muncul di kepalanya.

Keesokan harinya, Ethan bangun lebih awal dari biasanya. Dia merasa aneh. Biasanya, dia suka menghabiskan waktu pagi dengan malas-malasan, menonton video acak di YouTube atau membaca artikel di internet. Tapi kali ini, ada rasa dorongan untuk keluar, untuk mencari sesuatu yang baru, seperti yang pernah dia lakukan kemarin di toko buku.

Setelah sarapan sederhana, Ethan mengenakan jaketnya dan keluar dari apartemen. Dia tak tahu pasti apa yang dia cari, tapi dia tahu dia perlu bergerak. Berjalan-jalan tanpa tujuan mungkin bukan sesuatu yang sering dia lakukan, tapi hari ini berbeda.

Saat melewati taman kecil di dekat apartemennya, Ethan memutuskan untuk duduk di bangku yang menghadap kolam kecil. Tempat itu tampak tenang, dengan beberapa orang tua yang sedang mengawasi cucu mereka bermain. Di kejauhan, sepasang kekasih tampak bercanda dan tertawa bersama. Ethan hanya memperhatikan, membiarkan pikirannya kosong sejenak.

“Lagi mikirin apa, bro?”

Ethan hampir terlonjak dari duduknya saat mendengar suara itu. Ternyata itu suara seorang pria yang sedang duduk di bangku sebelahnya. Pria itu mengenakan hoodie dengan topi baseball yang hampir menutupi wajahnya, tapi senyum lebarnya cukup jelas.

“Eh, nggak mikirin apa-apa, sih,” jawab Ethan, merasa sedikit canggung. Dia memang bukan tipe orang yang mudah memulai percakapan dengan orang asing.

“Seriusan? Biasanya kalo orang duduk di taman sambil ngeliatin air kayak gitu, pasti lagi mikirin sesuatu yang berat,” ujar pria itu dengan nada santai.

Ethan tertawa kecil. “Mungkin gue lagi mikirin gimana caranya menikmati hidup tanpa terlalu mikirin hal-hal yang nggak penting.”

Pria itu tertawa, suaranya penuh tawa ringan yang menular. “Wah, filsuf pagi nih. Gue sih biasanya mikirin apa yang mau gue makan nanti. Itu udah cukup rumit buat gue.”

Ethan tertawa. “Well, itu juga penting sih.”

Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Mike, seorang fotografer lepas yang suka menghabiskan waktu di taman ini untuk mencari inspirasi. “Kadang-kadang, momen kecil kayak gini malah bisa bikin lo dapet ide yang keren buat foto,” kata Mike sambil menunjukkan kameranya. “Liat deh, kadang gue ambil foto-foto orang yang lagi nggak sadar kalo mereka difoto. Natural banget hasilnya.”

Ethan mengangguk, tertarik dengan cara Mike melihat dunia. Mereka berbicara sebentar tentang fotografi, dan Mike bahkan menunjukkan beberapa fotonya kepada Ethan. Beberapa foto memang sederhana, tapi penuh cerita. Ada foto seorang anak kecil yang menangis sambil memegang balon yang terlepas, ada juga foto seorang wanita tua yang tertawa sambil duduk di bangku yang sama tempat mereka duduk sekarang.

“Gue nggak pernah kepikiran buat ngeliat dunia dari sudut pandang kayak gitu,” kata Ethan akhirnya.

“Ya, kadang kita terlalu fokus sama hal-hal besar dan lupa sama momen kecil yang sebenarnya lebih bermakna,” jawab Mike sambil tersenyum. “Lo juga bisa coba. Lo nggak perlu jadi fotografer buat bisa liat hal-hal kecil yang berarti.”

Ethan tersenyum, merasakan ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Percakapan dengan Mike mungkin singkat, tapi sangat membuka matanya. Setelah pamit, Ethan kembali berjalan tanpa tujuan, tapi kali ini dia memperhatikan sekitarnya lebih detail, dari cara daun-daun di pepohonan bergetar lembut oleh angin, hingga suara tawa anak-anak yang berlari-lari di taman.

Mungkin, dia selama ini terlalu sibuk memikirkan hal-hal besar, terlalu sibuk dengan kebiasaannya bersama Zoe, sehingga melupakan momen-momen kecil yang sebenarnya bisa memberi warna dalam hidupnya.

Saat Ethan kembali ke apartemennya sore itu, dia merasa lebih segar. Ada semangat baru dalam dirinya, meskipun dia belum sepenuhnya memahami apa artinya. Yang jelas, hari ini dia merasa lebih hidup, lebih terhubung dengan dunianya sendiri.

Malam harinya, Zoe mengirim pesan lagi. “Eth! Gue ketemu cowok ganteng di acara temen gue tadi, lo harus denger ceritanya! Telepon ya?”

Ethan melihat pesan itu, tapi kali ini dia tidak langsung meraih ponselnya. Dia tersenyum kecil, menunda sebentar sebelum mengetik balasan. “Bentar, gue lagi nonton sesuatu. Nanti gue telpon ya.”

Dia tahu Zoe mungkin heran kenapa dia tidak langsung merespons seperti biasanya, tapi Ethan merasa perlu waktu untuk dirinya sendiri malam itu. Dia menonton film lama yang sudah lama dia tunda, menikmati momen itu tanpa gangguan. Mungkin untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Ethan merasa nyaman sendirian, tanpa Zoe di sekitarnya.

1
Hunter Cupu
urhyrhyr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!