Di Antara Dua Dunia
“Lagi-lagi kafe ini,” gumam Ethan pelan sambil membuka pintu kafe favoritnya. Aroma kopi yang khas segera menyambutnya begitu dia melangkah masuk. Kafe kecil di sudut kota ini memang tempat favoritnya sejak pertama kali pindah ke sini dua tahun lalu. Di sini, dia bisa duduk diam di sudut, baca buku atau nulis catatan kecil di jurnalnya tanpa ada yang ganggu. Suasana kafe yang tenang cocok banget buat dia yang lebih suka hidup dalam dunia sendiri.
Ethan duduk di meja paling pojok, tempat favoritnya. Hari ini dia bawa buku yang baru dia beli kemarin, sebuah novel tebal yang kayaknya bakal cukup bikin dia sibuk selama beberapa hari ke depan. Saat pelayan datang, dia langsung memesan kopi hitam seperti biasa. “Espresso, double shot,” katanya singkat. Pelayan itu mengangguk dan pergi, sementara Ethan mulai membuka halaman pertama bukunya.
Sepuluh menit berlalu, dan Ethan udah mulai larut dalam dunia cerita yang dia baca. Tapi, tiba-tiba suara ramai dari pintu depan bikin konsentrasinya pecah. Dia mendongak dan melihat seorang cewek masuk ke kafe sambil tertawa lebar. “Oh, no,” pikir Ethan dalam hati. Dari penampilannya aja, udah jelas kalau dia tipe orang yang suka ngobrol dan berisik, dua hal yang paling dihindarin Ethan.
“Hey! Aku Zoe!” seru cewek itu ke arah barista sambil melambaikan tangan. Beberapa orang yang duduk di meja terdekat langsung menoleh karena suaranya yang terlalu nyaring untuk ukuran kafe yang biasanya tenang ini. Ethan merasa telinganya mulai gatal. "Tolonglah, ini kan bukan tempat karaoke," gumamnya dalam hati.
Zoe melangkah ke arah meja kosong, tapi seperti takdir bercanda, dia memilih meja yang tepat di sebelah meja Ethan. Wajah Ethan langsung berubah sedikit panik, namun dia cepat-cepat mengubur ekspresi itu dengan pura-pura membaca bukunya lagi. "Mungkin kalau aku diem aja, dia gak akan sadar aku ada di sini," pikir Ethan.
Tapi, jelas sekali takdir hari ini nggak berpihak pada Ethan. Zoe yang sibuk menaruh tas besar berwarna kuning terang di kursi sebelahnya, tiba-tiba menoleh ke arah Ethan dan langsung tersenyum lebar. "Hei! Kamu suka baca juga ya? Aku suka banget baca novel romantis! Eh, tapi bukan yang berat-berat gitu, sih. Aku suka yang kayak... apa ya? Yang tokoh utamanya cowok ganteng terus ceweknya kuat dan mandiri. Tau kan?"
Ethan cuma bisa melongo sejenak, berusaha memproses apa yang barusan terjadi. Sejak kapan orang asing tiba-tiba ngajak ngobrol orang di sebelah meja begitu aja? "Emm... ya, suka sih," jawab Ethan ragu, matanya kembali ke halaman bukunya, berharap Zoe bakal ngerti kalau dia nggak pengen ngobrol.
Tapi Zoe jelas bukan tipe yang gampang nyerah. “Oh my God, aku nggak expect kamu jawab! Biasanya kalau aku ngobrol gini sama orang random, mereka malah kabur. Kamu orangnya cool banget sih. Apa yang lagi kamu baca?” Zoe nyodorin kepala ke arah buku yang dipegang Ethan.
Ethan, yang jelas nggak siap buat gangguan ini, terpaksa nunjukin sampul bukunya. “Ini novel klasik... thriller,” jawabnya pendek.
“Wow, keren! Aku gak pernah baca novel thriller. Bukan karena nggak suka, sih, tapi aku tipe yang suka ketawa-ketawa, bukan tegang-tegang. Aku juga gampang mimpi buruk kalau baca cerita serem. Satu kali aku baca cerita horor pas di tempat tidur, terus malamnya aku mimpi dikejar setan di mal! Absurd banget gak sih?”
Ethan hanya tersenyum kaku, setengah bingung gimana caranya menanggapinya. Dia lebih milih balik fokus ke bukunya, berharap Zoe akhirnya sadar kalau dia lebih suka sendiri.
Tapi, Zoe adalah Zoe. Dan Zoe nggak gampang nyerah. “Kamu sering ke sini ya? Aku jarang lihat kamu. Aku biasanya nongkrong di tempat yang lebih rame kayak... oh, ada satu bar di ujung jalan yang live music-nya bagus banget! Kamu suka musik?”
"Ya, kadang-kadang," jawab Ethan singkat, berusaha memotong pembicaraan biar cepat selesai. Tapi di otaknya, dia udah berpikir keras gimana caranya melarikan diri tanpa terlihat kasar.
Seperti membaca pikirannya, Zoe malah semakin penasaran. “Oh! Musik favorit kamu apa? Aku suka banget indie pop, rock juga kadang, tapi yang klasik ya. Kayak The Beatles, tau kan? Lagu-lagunya tuh timeless banget! Dulu, pacarku pernah nyanyiin Hey Jude buat aku di depan semua orang pas ulang tahun. Super cringe tapi ya ampun... aku masih inget banget!”
Ethan hampir menjatuhkan bukunya. "Tunggu. Pacarnya?" pikirnya. "Kenapa orang baru ketemu lima menit udah cerita soal mantan pacarnya?"
Zoe lanjut cerita tanpa henti, kayak mesin yang diisi baterai penuh. Ethan cuma mengangguk dan tersenyum kaku sesekali, padahal di dalam kepalanya dia udah teriak-teriak minta pertolongan. Pikirannya penuh dengan bayangan dia lari keluar kafe sambil bilang "Misi, saya mau balik ke planet saya."
Setelah sekitar lima belas menit yang terasa kayak satu jam buat Ethan, akhirnya kopi pesanan Zoe datang. “Yes! Akhirnya, penyelamatku!” batin Ethan. Dia berharap Zoe bakal sibuk sama kopinya dan ngasih dia sedikit ruang untuk bernapas.
Tapi harapannya pupus saat Zoe menyruput kopinya dan, tanpa disangka, mulai cerita tentang hidupnya yang "sangat seru" seperti acara reality show. Dari teman-temannya, acara-acara sosial yang dia ikuti, sampai keluh kesah tentang pekerjaannya sebagai social media manager. Sementara itu, Ethan cuma bisa mikir, “Kenapa aku? Kenapa hari ini?”
Namun, di tengah segala kebisingan dan cerita panjang Zoe, Ethan tiba-tiba merasa... ada yang beda. Dia ngerasa kalau Zoe, meskipun terlalu cerewet dan nggak henti-hentinya bicara, ada sesuatu di balik senyumnya. Mungkin... dia juga sembunyiin sesuatu di balik keceriaannya. Sesuatu yang belum dia tahu, tapi bikin dia penasaran.
Waktu terus berjalan, dan sebelum Ethan sadar, dia mulai sedikit lebih rileks. Mungkin, pikirnya, Zoe nggak seburuk yang dia kira. Meski ngomong terus, dia punya energi yang nggak bisa diabaikan. Ada yang bikin Ethan sedikit... tertarik. Bukan dengan kata-katanya, tapi lebih ke caranya menjalani hidup dengan sepenuh hati.
Saat Zoe akhirnya pamit dengan senyum lebar dan berkata, "Seneng ngobrol sama kamu, Ethan! Mungkin kita bisa ketemu lagi di sini?" Ethan hanya bisa tersenyum kecil dan melambai pelan.
Begitu Zoe keluar dari kafe, Ethan menarik napas panjang, merasa lega sekaligus bingung. “Apa yang barusan terjadi?” gumamnya sambil melirik ke buku yang sejak tadi nggak bisa dia nikmati. Tapi kali ini, ada sedikit senyum di wajahnya. Entah kenapa, dia nggak merasa terganggu lagi.
Mungkin, cuma mungkin, Zoe bakal jadi bagian dari harinya yang selalu tenang walaupun dengan cara yang sangat berisik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments