Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.
apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.
Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.
Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMS-33
Setelah hari dimana Gus mengetahui Ciara tengah berbadan dua, lelaki itu hampir 24 jam menjaga Cia ia tidak memperbolehkan Hamdan bersama Cia sedikit pun.
Tepat 3 minggu Cia dirawat dirumah sakit, selama itu pula Gus sebisa mungkin berada di sisi Cia walaupun kehadiran nya selalu ditolak wanita itu tapi Gus Azi sabar.
Seperti pagi ini, Gus Azi baru saja memutar knop pintu ia tidak melihat kehadiran Ciara melainkan terdengar suara seorang wanita yang sedang mencoba mengeluarkan sesuatu dari perutnya dibalik pintu kamar mandi yang terbuka.
Bibi Narsih yang kebetulan berada dibelakang Gus Azi bergegas ingin masuk, tapi keburu Gus Azi yang berlari menghampiri Cia.
Gus Azi mengurut pelang tengkuk Cia dan mengelus punggung nya, Cia awalnya memang merasa agak aneh saat Gus Azi membantunya seperti ini tapi seiring beberapa minggu ini Cia mulai terbiasa walaupun ada beberapa kegiatan yang Cia menolak kalau Gus Azi ingin membantunya.
Cia membasuh wajahnya ditegakkan tubuhnya yang mulai kelimpungan Gus Azi yang berada dibelakang dengan sigap membelit pinggang Cia menyandarkan tubuh wanita itu pada dada bidangnya.
Cia memejamkan matanya sejenak menghalau rasa pusing kepalanya, dirasakan nya elusan tangan besar dan kasar pelan diperut Cia. Barulah Gus Azi membawa Cia menuju ranjang rumah sakit.
" Mual banget Bi! perutnya gak enak. " adu Cia.
" Kita panggil dokter saja. " ucap Gus Azi cemas.
" Gak usah, nanti hilang sendiri kok. " jawab Cia kesal.
" Hampir setiap pagi muntah terus. " ucap Gus Azi.
" Wajar ibu hamil Pak Gazi, setiap ibu hamil pasti mengalaminya dulu saya juga begitu. " ucap Bibi Narsih.
" Gus Azi kan Gaktau aku tiap bulan mual muntah dirumah, jadi udah biasa kalau kayak gini. " sindir Cia sembari merebahkan tubuhnya di kasur.
" Bibi mau ke kantin dulu Pak dan Non. " ucap Bibi Narsih menyisakan keduanya.
Cia menghiraukan keberadaan Gus Azi, wanita berbadan dua itu tampak memejamkan matanya sejenak merilekskan tubuhnya.
" Kenapa masih disini? " tanya Cia membuka matanya kembali.
" Kamu mengusir saya? " tanya Gus Azi kurang suka.
" Iya, biasanya sama Daliya terus. " jawab Cia.
" Kamu kan tahu kondisi Daliya masih dalam keadaan kritis. " ucap Gus Azi.
" Giliran gitu, datang nya ke istri muda. emang gak tahu diri. " gumam Cia lirih.
" Bagaimana keadaan Daliya. " tanya Cia.
" Belum ada perkembangan. " jawab Gus Azi.
" Kenapa kamu tidak pernah menghubungi saya. " tanya Gus Azi tiba-tiba.
" Kebalik ya? aturan nya kan situ yang hubungi saya sebagai suami dong. " sewot Cia.
" Maksud saya, mengenai kehamilan kamu itu dan sakit mu. " ucap Gus Azi.
" Emang Gus perduli? kan sudah ku bahas waktu awal-awal, aku gak mau kasih tahu. " dengus Cia.
" Tapi pasti ada alasan nya dong. " kekeuh Gus Azi.
" Gus Azi duluan kok salahin aku. " ucap Cia kesal.
" Maksud kamu apa Cia? " tanya Gus Azi bingung.
" Gak usah pura-pura gak tahu ya Gus! " ucap Cia mendelik.
" Kalau kamu tidak menjelaskan nya saya tidak tahu Cia!! " kesal Gus Azi.
" Gus Azi kan yang blokir nomor aku! makanya aku gak bisa kabarin apapun jadi selalu lewat mama. " ucap Cia memalingkan wajahnya kesal.
" Aku? blokir nomor kamu? " pikir Gus Azi bingung.
" Gak usah pura-pura amnesia deh Gus, jujur aja kalau gak mau diganggu. " ucap Cia.
" Saya gak pernah blokir nomor kamu sekalipun. " bela Gus Azi.
" Lalu siapa? hantu? " decih Cia.
" Atau mungkin Daliya. " pikir Cia lagi.
" Jangan menuduh istri saya yang tidak-tidak Cia! " marah Gus Azi.
" Kalau gitu, memang pasti Gus Azi dong! " tuding Cia.
" Kalau kamu gak percaya saya buktikan ya, nomor mu tidak pernah saya blokir. " ucap Gus Azi tidak percaya.
Gus Azi membuka ponselnya dicari nomor Cia sampai akhir, tidak ada nomor wanita itu sama sekali, Gus Azi mengernyitkan keningnya heran.
" Gak ada kan? " ledek Cia.
Gus Azi mencari nomor Cia di pencarian daftar blokir dan nomor itu memang ada dilihatnya tanggal terakhir nomor itu diblokir.
Gus Azi mengerutkan keningnya semakin menjadi meliat tanggalnya tepat saat dimana Daliya waktu itu meminjam telepon nya menghubungi Mama Arinda.
" Ah, tidak mungkin kan... " batin Gus Azi menepis.
" Tapi kalau memang iya, kenapa? kenapa Daliya melakukannya? " batin Gus Azi lagi.
" Kenapa diam saja? benar kan? " ucap Cia kesal.
" Itu tidak penting, saya sudah minta maaf sama kamu kok. " ucap Gus Azi.
" Tapi, saya sudah curiga kamu hamil saat itu. " ucap Gus Azi mengalihkan pembicaraan.
" Saat apa? " tanya Cia bingung.
" Saat kamu makan bubur dirumah sakit." ucap Gus Azi.
" Gus Azi memperhatikan ku ? " ucap Cia.
" Ya, cara makan mu sangat aneh seperti kukang. " ucap Gus Azi mengingat kembali kejadian waktu itu.
" Dasar om-om bangkotan kurang ajar. " dengus Cia dalam hati.
" Apa kau naksir padaku? " tanya Cia lagi.
" Ti-tidak mungkin! " pekik Gus Azi tanpa sadar.
" Lalu kenapa kau memperhatikan ku saat itu? "tanya Cia penasaran.
" Entah, karena kasihan melihatmu saja sepertinya. " jawaban Gus Azi membuat Cia memberengut kesal.
" Kau tahu kenapa aku tidak memakan nya sampai habis? "tanya Cia.
" Kenapa? pasti karena kau tidak suka melihat kemesraan ku dengan DAliya kan. " hardik Gus Azi.
" Sembarangan! aku saat itu gak mau makan itu tapi makanan yang lain. " ucap Cia.
" Oh ya? apa itu? " tanya Gus Azi ikut penasaran juga.
KLEK...
" Maaf mengganggu, Bibi bawakan pesanan Non Cia. " ucap Bibi Narsih meletakan sekotak nasi.
" Nah ini dia! makasih bibi. " ucap Cia tersenyum senang.
" Sama-sama Non, Bibi pulang dulu. permisi Pak. " ucap Bibi Narsih pamit pulang.
BLAM.
" Apa itu? " tanya Gus Azi mendekat.
" Ayam bakar madu. " seru Cia yang sudah membuka isi kotak makan nya.
" Kenapa kau tidak bilang saat itu? saya bisa membelikan nya. " tanya Gus Azi.
" Kepo! sekarang aku mau makan dulu. " ucap Cia yang tidak mau mengatakan alasan sebenarnya.
Baru satu suapan yang masuk kedalam mulutnya, sudah membuat Cia mual lagi berakhir terbuang ke tong sampah.
" Yah!!! padahal aku mau banget. " sedih Cia.
Gus Azi yang melihat itu, dengan sigap mengambil alih makanan yang dipegang Cia jadilah lelaki itu yang akan menyuapi Cia.
" Biar saya suapi. " ucap Gus Azi mendekatkan ujung sendok pada bibir Cia.
" Gak mau! nanti muntah lagi! " ucap Cia menutup mulutnya .
" Coba dulu, siapa tahu Baby nya mau disuapi ayahnya. " ucap Gus Azi.
" Pede banget! " dengus Cia.
Akhirnya Cia membuka mulutnya dan menerima suapan pertama dari Gus Azi, rasanya tidak buruk perutnya mau menerima suapan dari Gus Azi.
" Sepertinya kamu memang mau disuapi ayahmu nak. " batin Cia dalam hati mengelus perutnya pelan dibalik selimut tanpa Gus Azi sadari.
" Tidak mual kan? " tanya Gus Azi.
" Gak, aku mau lagi. " ucap Cia antusias.
" Sepertinya Baby nya mau disuapi ayahnya. " ucap Gus Azi.
" Kebetulan aja kali. " ucap Cia menepis ucapan Gus Azi.
" Terserah kamus aja, tapi saya akan menyuapi kamu makan setelah ini. " ucap Gus Azi sungguh-sungguh.
" Ya-ya-ya, terserah saja. " jawab Cia.
" Aku berharap kau menepati ucapan mu Gus. "sambung Cia dalam hatinya.
bahagia selalu buat gua Azi, mba CIA dan keluarga 🤲🤲🤲🥰
udh qu kasih kopi nih,,,/Rose/
makin penasaran kan aku sama ceritanya,,,