Akhir diskusi di majelis ta'lim yang dipimpin oleh Guru Besar Gus Mukhlas ternyata awal dari perjalanan cinta Asrul di negeri akhirat.
Siti Adawiyah adalah jodoh yang telah ditakdirkan bersama Asrul. Namun dalam diri Siti Adawiyah terdapat unsur aura Iblis yang menyebabkan dirinya harus dibunuh.
Berhasilkah Asrul menghapus unsur aura Iblis dari diri Siti Adawiyah? Apakah cinta mereka akan berakhir bahagia? Ikuti cerita ini setiap bab dan senantiasa berinteraksi untuk mendapatkan pengalaman membaca yang menyenangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendro Palembang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marine Girl
Siti Adawiyah mengakui pernah ke Jurang Neraka. "Sebenarnya sebelum kejadian pengejaran yang dilakukan oleh penjaga gerbang itu, aku pernah sekali kesana. Namun sebelum aku memasukinya, keburu ayahku memergokiku. Setelah itu aku dimarahi ayahku habis-habisan. Lagipula untuk apa memasukinya? Aura Iblis disana sangat kuat. Kabut hitam dapat menghipnotis siapapun menjadi pengikut Iblis."
Asrul menanggapi. "Sebenarnya engkau bisa memasukinya."
"Kenapa?.. Ohoho. Ternyata Panglima diam-diam telah menyadari bahwa aku adalah seorang yang berbakat. Kenapa ayahku bilang aku tidak berbakat dalam berkholwat? Padahal aku orangnya sangat pintar. Ayahku bilang seharusnya aku telah menjadi makhluk abadi sejak lama. Namun karena aku tidak berbakat, maka aku belum menguasainya. Apakah hal ini karena ayahku yang tidak kompeten dalam mengajariku."
Siti Adawiyah balik bertanya kepada Asrul mengenai status makhluk abadi pada dirinya.
"Panglima, sudah berapa lama Panglima menjadi makhluk abadi? Kalau aku, baru sepuluh tahun."
"Aku terlahir sebagai makhluk abadi." Asrul menjawab.
Siti Adawiyah melanjutkan pertanyaannya. "Lalu sejak kapan Panglima menjadi makhluk abadi agung?"
Asrul menjawab. "Sejak dua puluh tahun yang lalu."
"Makhluk Abadi, Makhluk Abadi Agung, Jenderal Abadi, Panglima Jenderal Abadi,..."
Siti Adawiyah berfikir sepertinya aneh. "Panglima tidak sedang membual kan? Jangan membual kepadaku hanya untuk membuatku marah.. Panglima.."
Asrul tidak melanjutkan perkataannya, Siti Adawiyah kemudian meninggalkan Asrul.
Sementara itu, di taman depan gedung balai pengobatan, Zeus sedang menikmati keindahan lingkungan sekitar.
Tiba-tiba Zeus merasa ada seseorang yang mengawasinya. Zeus bersembunyi dan berencana untuk segera meninggalkan tempat itu. Ketika Zeus bersembunyi, terlihat olehnya ada Surti yang sedang mencari sesuatu. "Apakah Surti yang selama ini mengawasi aku?"
Zeus segera berlari, dia tidak ingin bertemu dengan Surti. Bagaimana tidak? Surti yang selama ini dikenalnya sebagai Satrio, baru-baru ini telah menyatakan cintanya kepada Zeus. Ketika Zeus hendak melangkah, tiba-tiba ujung tombak milik Surti telah berada di depan hidung Zeus.
"Jika engkau bergerak satu langkah lagi, jangan salahkan tombak trisula membunuhmu!" Surti berteriak dengan marah.
"Eits.. Owh, ternyata engkau, Satrio. Aku kira siapa yang berani mengikuti aku. Kebetulan sekali, sebenarnya aku hendak mengunjungimu. Namun, tiba-tiba aku teringat sesuatu yang harus aku lakukan. Nanti kita berjumpa lagi ya?" Zeus mencari alasan untuk menghindari Surti.
Surti berteriak. "Berhenti!"
"Mohon berbelas kasih kepada saya. Saya hanya mencoba mempertahankan hidup." Zeus menunduk dan meminta dibiarkan pergi.
Surti terlihat kesal. "Apa kau buta?.. Engkau tidak bisa membedakan apakah aku pria atau wanita? Sekarang namaku adalah Surti. Nama lamaku memang Satrio."
"Sur.. Surti?... Marine Girl?" Zeus masih tidak menyangka kalau Marine Boy yang selama ini dia kenal, sekarang menjadi Marine Girl.
Kemudian mereka duduk di bangku taman, lalu Surti bertanya.
"Kenapa selama beberapa tahun ini engkau selalu menghindar dariku?"
Zeus terdiam, tidak menjawabnya. Kemudian Surti bertanya kembali.
"Katakanlah!.. Kenapa selama beberapa tahun ini engkau selalu menghindari aku? Apa salahku?"
"Satrio."
Mendengar Zeus memanggilnya Satrio, Surti hendak memukulnya.
"Ups.. Maaf. Surti, Tidakkah engkau menyulitkan aku.." Zeus meralat ucapannya.
Zeus malah balik bertanya. "Surti, tidakkah engkau tahu kenapa aku menghindari kamu?"
"Aku ingin hanya engkau yang memberitahu."
Akhirnya Zeus mengatakan sebenarnya. "Baiklah.. sekarang aku akan memberitahu kamu. Saat itu, waktu lima puluh tahun yang lalu, engkau adalah seorang Marine Boy. Lalu engkau menjabat sebagai Jenderal yang mengabdi kepada negeri akhirat. Kita langsung saling kenal, kita mengarungi samudera bersama, bahkan engkau mengajariku cara menaklukkan badai ditengah samudera. Kita bagaikan saudara sehidup semati. Tapi, beberapa tahun kemudian, engkau kembali menemui aku sebagai Marine Girl. Engkau mengatakan bahwa engkau menyukaiku, bahkan ingin menikah denganku. Bagaimana bisa aku tiba-tiba memahaminya?"
Surti menjawab penjelasan Zeus sambil bersenandung. "Aku tau engkau sebenarnya tau, tapi engkau memilih seolah engkau tidak tau. Engkau sembunyikan rasa cintamu dibalik topeng persahabatan kamu yang palsu."
Zeus tiba-tiba berdiri. "Apa maksudmu, Surti?"
Surti menjawab. "Bukankah engkau bertugas sebagai penjaga takdir seluruh makhluk di dunia?"
"Ya. Lalu.." Zeus berkacak pinggang.
"Aku, sebagai Manusia Laut, telah ditakdirkan bahwa semasa remaja memiliki dua jenis kelamin. Setelah lewat masa remaja, kami sebagai Manusia Laut harus menentukan salah satu dari dua jenis kelamin." Surti diam beberapa saat, lalu melanjutkan. "Engkau faham kan penjelasan aku ini?"
"Tentu saja aku faham. Lantas kenapa engkau malah memilih menjadi wanita?" Zeus masih tidak habis fikir.
Surti menghela nafasnya. "Hmm.. Aku kira engkau faham. Semasa aku remaja, bukankah engkau pernah mengatakan bahwa kita berjodoh, akan bersama selamanya sehidup semati. Masih enggak faham?"
"Berarti engkau memilih untuk menjadi wanita karena perkataanku itu?" Zeus mulai mencerna cerita Surti.
"Terus terang saja, aku tidak peduli dengan perkataan kamu. Terserah kamu menyukai aku atau tidak. Aku telah menentukan pilihanku sebagai wanita karena aku menyukaimu." Akhirnya Surti mengungkapkan isi hatinya.
"Apa yang engkau sukai dariku?" Zeus tidak mengerti. Apa istimewanya dirinya sehingga membuat orang lain menyukainya. Bahkan mempertaruhkan masa depannya.
Surti menjawab dengan tegas, tapi dia mengatakannya sambil tersenyum. "Yang kusukai dari dirimu adalah hidupmu."
Entah Zeus berkata dengan maksud bercanda atau dia mengatakannya karena takut, jawaban Zeus ini membuat Surti tertawa terbahak-bahak. "Kalau itu sih, aku juga suka. Aku tidak akan memberikan kesukaanku yang satu ini."
Surti mencoba membuka fikiran Zeus. "Engkau jangan berfikir aku akan membunuhmu. Aku memang suka padamu. Aku telah mengatakan ini kepada Mahkamah Agung negeri akhirat. Beliau mengatakan bahwa menyukai dari lubuk hati terdalam berarti cinta sejati. Lihatlah kisah Zhu Ying Tai. Dulu dia adalah seorang pria. Setelah dia berubah menjadi wanita, Zhu Ying Tai menikah dengan Liang Shan Bo. Bahkan mereka berdua dikenal sebagai sepasang kekasih yang memiliki cinta sejati. Kenapa engkau tidak bisa seperti dia?"
Zeus membantahnya. "Itu tidak sama! Zhu Ying Tai memang seorang wanita yang menyamar sebagai pria. Sedangkan engkau..."
"Apa bedanya aku?" Surti tidak terima alasan Zeus.
"Engkau dahulu memiliki janggut, mampu menggunakan tombak seberat lima kwintal, engkau benar-benar seorang pria." Zeus masih bersikeras dengan keyakinannya.
"Bukankah sudah kukatakan, saat remaja, aku memiliki dua kepribadian, dan kini aku telah menentukan pilihanku." Surti terlihat kesal.
"Tetap saja tidak sama." Zeus berpaling.
"Tidak sama apanya? Apakah engkau ingin melihat alat kelaminku?" Surti hendak melepaskan baju dan celananya, tetapi dicegah oleh Zeus. "Jangan!.. Jangan kau lakukan!.."
Karena Zeus tidak berhasil mencegah Surti melepaskan pakaiannya, maka Zeus segera berpaling. Surti merasa sedih.
"Apakah engkau begitu membenciku?"
"Surti! Kenapa harus aku?"