NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34. Goyah

Binar menjauhkan tangan dari wajahnya. Kemudian ia mengubah posisi menjadi duduk di hadapan Pelangi, lalu mengambil bantal dan memeluknya.

"Lo tahu nggak apa yang terjadi tadi sama gue?"

Pelangi menggelengkan kepala. Apa Binar pikir ia semacam cenayang yang bisa membaca pikiran?

"Tanya dong, 'apa' gitu!"

"Apa?" tanyanya dengan nada datar.

"Kepo! Ada deh hihihihihi," kata Binar sambil cekikikan.

Pelangi berusaha menahan diri untuk menjitak temannya. Ia bingung, harus bahagia atau prihatin melihat ini.

"Katanya lo mau cerita! Gimana sih? Dari tadi malah mesem-mesem, terus cekikikan gini. Lo nggak kesambet kan, Bi?" ucap Pelangi.

Ia menghela napas berat, entah untuk ke berapa kali.

"Ya nggak lah! Mulut lo, ya! Gue tuh lagi senang, Na! Nggak peka banget deh, ini lo nggak bisa baca apa raut bahagia gue?"

Binar refleks meringis ketika Pelangi menjitak keningnya. Gadis itu jadi merengut dan mengusap kening.

"Kenapa malah dijitak sih? Ah lo mah nggak bisa lihat gue senang bentar," ucap Binar kesal.

"Ya lo sih, nggak tahu terima kasih juga. Udah tiba-tiba minta gue ke sini, terus sekarang tingkah lo aneh. Ya gimana gue nggak berkeinginan untuk jitak lo?" gerutu Pelangi.

Bukannya merasa bersalah, gadis itu malah nyengir. "Yaudah iya maaf, tapi gue gini ada alasannya."

"Ada apa? Pasti nggak jauh-jauh dari kak Cakra, kan?"

Binar mengangguk, "Tahu aja lo!" katanya bangga.

"Soalnya setahu gue, nggak ada orang lain yang bisa bikin lo kayak gini selain dia," ucap Pelangi.

"Hehe, pengertian banget Nana ku sayang!"

Pelangi mencibir saja.

"Tadi ... kak Cakra datang ke sini."

Pelangi masih menunggu ucapan Binar selanjutnya.

"Gue kira apa. Ternyata, dia mau minta maaf, terus ngajak gue balikan!" seru Binar dengan ekspresi senang.

Sepasang mata Pelangi membulat. "Balikan? Lo serius?"

"Iya lah! Ngapain juga gue bohong!"

"Lo nggak mimpi?"

"Ih, jahat banget deh, Na! Kok gitu sih? Gue serius tahu!" Binar cemberut.

"Iya-iya, gue percaya. Terus, sekarang kalian pacaran lagi dong? Syukur deh. Tapi kok gampang banget?'"

"Belum balikan kok," kata Binar sambil menggelengkan kepala. Ia mengerjap polos, tampak lucu seperti anak kucing bermata besar bagi Pelangi.

"Loh? Kenapa?" Pelangi mengernyit heran.

"Tadi, gue bilang sama kak Cakra. Gue butuh waktu sendiri dulu, dan gue mau dia berusaha lebih keras," jelas Binar.

Kedua mata Pelangi mengerjap beberapa kali. "Lo ngomong gitu?" tanya Pelangi seolah tak percaya.

"Iya."

"Lah ogeb! Gimana kalau dia nggak mau usaha lebih keras? Gimana kalau kak Cakra nggak mau ribet dan malah milih nyerah aja?"

"Ih nggak gitu, Na! Gue juga mikir dulu kali. Kak Cakra yang bilang kalau dia cinta sama gue, berarti dia bakal berjuang buat gue!"

Kini, Pelangi mangut-mangut. "Tapi, kalau seseorang cinta sama lo. Bukan berarti dia juga mau berjuang buat dapatin lo."

"Kok malah nakut-nakutin gue?"

"Nggak nakut-nakutin, itu kan fakta, Bi. Gimana kalau kak Cakra malah bodo amat? Karena udah ditolak, ya udahlah dia nggak mau lagi sama lo."

"Gue kan nggak nolak!"

"Kalau lo nggak nolak kak Cakra, sekarang ini kalian udah pacaran lagi."

"Terus sekarang gue harus gimana?" kata Binar jadi panik sendiri.

Melihat itu, Pelangi hanya bisa menghela napas. "Perasaan baru tadi lo bilang dan yakin banget kak Cakra bakal memperjuangkan lo. Sekarang lo malah takut dia nggak lakuin hal itu."

"Ya ini gara-gara lo, Na! Gue kan mau berbagi berita bahagia malah lo giniin. Hua gimana kalau dia nggak berusaha supaya bisa balikan? Aduh sok jual mahal sih huhuhu."

Binar menggigit bibir bawahnya pelan. Pelangi benar, seharusnya ia tadi menerima Cakra saja. Bukannya malah minta lelaki itu berbuat hal yang muluk-muluk untuknya.

Rasanya Binar ingin menangis saja.

"Udah, malah di sisi lain bagus kok keputusan lo. Kita lihat seberapa jauh dia mau berusaha. Kalau dia salah terus lo maafin gitu aja, takutnya entar kebiasaan. Biar dia tahu, habis nyakitin lo nggak semudah itu dapat kepercayaan lo kembali. Kita lihat gimana nantinya. Kalau dia memang secinta itu sama lo seperti yang dia bilang. Yakin aja pasti dia berjuang dapatin lo balik," kata Pelangi berusaha menenangkan.

"Gimana kalau nggak?"

"Ya terima aja!"

"Pelangi!" teriak Binar kesal.

Pelangi malah tertawa, sekarang giliran ia yang mengerjai Binar. Sementara temannya itu, kini cemberut.

"Jangan marah dong, Bi! Nanti kak Cakra beneran kabur loh!" katanya sambil menoel dagu gadis itu menggoda, gemas sendiri.

Binar menepis tangan Pelangi, lalu mencebik. "Nggak lucu tahu nggak! Ini gimana masa depan percintaan gue sama kak Cakra?"

"Kita lihat aja nanti apa yang bakal dia lakuin."

"Gimana kalau dia nggak lakuin apa-apa?" Binar sudah putus asa lebih dulu.

"Percaya aja sama kak Cakra."

"Mau gue gitu, tapi kalau gue percaya sama dia, itu artinya gue berharap, gue capek berharap terus karena banyak jatuh."

"Yaudah, lo mau apa?" Pelangi lelah.

"Gue pengen jadi istri bias gue aja deh, capek banget sama kak Cakra. Kalau nggak sayang, udah gue hempas jauh-jauh. Kenapa coba ... gue harus sayang banget gitu sama dia? Aduh hati gue lemah banget lagi kalau soal kak Cakra, kenapa???"

Binar menggeram frustrasi, kemudian tengkurap di atas ranjangnya. Pelangi menggeleng-gelengkan kepala melihat itu. Ia memijat pelipis, berusaha mempertahankan kewarasan. Binar membuatnya benar-benar pusing.

***

Keesokan harinya, Binar kini uring-uringan tak jelas. Berpikir bahwa Pelangi benar, seharusnya ia langsung menerima lelaki itu. Bukannya malah meminta Cakra berbuat lebih untuk memperjuangkannya. Gadis itu benar-benar menyesal.

Cakra tak meneleponnya sama sekali, tak mengirim pesan, bahkan tak menjemputnya berangkat bareng ke sekolah untuk pendekatan lagi. Pas istirahat ketemu, lelaki itu biasa aja seolah hari kemarin ketika datang ke rumahnya cuma khayalan Binar belaka.

Ia berpikir apa Cakra semudah ini menyerah?

Gadis itu menidurkan kepalanya di atas bangku sambil sesekali menggeram gemas. Pelangi di sampingnya hanya mampu memperhatikan sambil mengucap istigfar berkali-kali, seperti biasa.

"Emang kemarin kak Cakra benar-benar ke rumah lo? Lo nggak halu?" tanya Pelangi untuk ke sekian kali, sudah tak tahan dengan segala tingkah Binar.

"Nggak, Na! Dia benar-benar datang, nggak percaya banget sih sama gue! Gue bisa bedain kali, mana yang halu dan yang nggak!" kata gadis itu kesal.

"Ya gimana ya ... bukan apa-apa soalnya. Lo kan ... emang rada halu gitu, Bi."

"Jahat! Teman lagi sedih juga. Kak Cakra tuh kenapa sih, php banget jadi orang." Binar lanjut uring-uringan.

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!