Aku takkan pernah mengantarmu
pamit pada bait-bait puisi terakhirku ~
Hanya saja bila di batas kejenuhan
ini datang kembali,....
Tolong carikan aku secarik lirik
yang bisa membuatku bertahan
dengan keresahanmu ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miphz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#34 Kabar Rini
"Mas, sudah seminggu kamu belum juga sadar mas, bangun mas!" Rini menggenggam erat tangan samsul.
"Makan dulu ma." Dafa meletakkan bungkusan nasi dengan bau ayam bakar yang dibeli didepan Rumah sakit.
"Dafa!" Rini bangun dan mendekati Dafa yang hendak pergi meninggalkan ruangan.
Dafa yang menghentikan langkahnya tak berani membalikkan badan, hanya diam dan mendengarkan perkataan Rini.
"Mama belum selesai denganmu, kamu akan tetap diam, atau mama akan bawa kasus ini ke polisi?" Ancam Rini.
Sedangkan Dafa tak menjawab pertanyaan mamanya, dia melenggang pergi dengan tangan yang bersembunyi dibalik saku celananya.
"Dafa!" Geram Rini yang diakhiri tangis kekesalannya.
Bunyi dering telepon membuat Rini beranjak mencari ponselnya.
Dilihatnya ponsel yang berdering itu cukup lama, dia tak bergegas menjawab panggilan itu.Sampai panggilan ke tiga kalinya ia beranikan untuk menjawabnya.
"Assalamualaikum Bu" Rini mencoba menetralkan suaranya.
"Walaikumsalam nak, bagaimana kabarnya? Sudah hampir seminggu kamu tak ada kabar lho, sibuk kerja ya?" Bu Mona tak sabar mempertanyakan keadaan Rini.
"Maaf bu, pekerjaan kantor banyak sekali, jadi aku dan Mas Samsul sibuk bu, maaf lupa ngabarin ibu.Ibu dan Bapak sehat kan?" Tanya Rini.
"Alhamdulillah nak, kami sehat, kamu dan suamimu jangan lupa istirahat ya, jaga kesehatan, nanti pulang jangan lupa oleh olehnya ibu dibawakan ya." Ibu Mona tersenyum dan membuat Rini penasaran.
"Ibu mau oleh oleh apa?" Tanya Rini
"Kalau bisa mah ya cucu dong." Ibu Mona kembali tersenyum.
Sedangkan Rini berbalik melihat kondisi suaminya yang kini belum ada perkembangan untuk sadar dari komanya.Air mata Rini tumpah meluncur begitu saja.
"Halo, nak?" Suara Bu Mona menyadarkan kembali lamunan Rini.
"Em, iya buk, halo?" Rini sedikit kaget.
"Kamu gak papa nak?" Bu Mona merasakan ada yang janggal kepada Rini.
"Gak kenapa-kenapa bu, hanya sedikit sambil menyimak pekerjaan ini, jadi rada ngeleg dikit." Rini pura pura sibuk sambil memencet tombol laptop yang ada dihadapannya.
"Ya udah kalo lagi sibuk, tapi janji ya, jaga kesehatan, salam buat suamimu, kalian baik baik ya, assalamualaikum," bu Mona mengakhiri teleponnya.
"Iya buk, maaf ya buk, walaikumsalam." Rini merasa cemas dan bingung dengn semua keadaan yang menimpanya.
Selama hampir seminggu Rini belum melangkahkan kaki dirumah Samsul, dia lebih memilih menginap di Rumah Sakit menemani suaminya.
Kini yang membuat Rini semakin membuatnya bingung dan selalu kesal ialah Dafa, dia tak pernah mendapat jawaban yang jelas atas pertanyaan yang sering kali dipertanyakan kepada Dafa.
Tok.. tok.. tok
Rini terkejut dengan suara ketukan pintu.
"Siapa?" Tanya Rini waspada.
"Jordan bu," suara bodyguard Dafa yang menjadi tangan kanannya.
"Masuk!" Perintah Rini.
"Maaf bu, saya mengantarkan ini atas perintah tuan Dafa." Sambil meletakkan bingkisan diatas meja.
"Terima kasih" jawab Rini sedikit menahan kesal.
"Permisi bu." Jordan menutup pintu kembali.
Rini membuka bingkisan tersebut, banyak vitamin, suplemen kesehatan dan tidak lupa makanan serta buah buahan. Rini tak pernah keluar dari ruangan Samsul.Dia sangat trauma dengan apa yang menimpa Samsul, hal ini membuat Dafa selalu rutin mengantarkan segala sesuatu keperluan Rini, meskipun kadang Jordan yang harus mengantarkannya.
*"Ini anak sebenarnya memang baik, tapi ada apa dibalik semua ini, ada hubungan apa Dafa dengan penembakan Mas Samsul, ah ini membuat ku semakin pusing Dafa, sebenarnya apa yang kamu sembunyikan." *
Rini meremas suplemen dengan kuat dan kembali menangis, ingin rasanya menjerit karena ke peningan yang menimpanya.
***
Sementara Dafa sudah berhasil menangkap orang yang menembak papahnya.Dafa tak bisa memberi ampunan apapun alasannya.
Dia memerintahkan Andi untuk selalu menjaga ruangan dimana orang tersebut disekap dan disiksa Dafa.Andi yang melihat kemarahan Dafa membuatnya tak habis pikir dengan kejamnya Dafa menyiksa orang suruhan Alex.
"Tetap jaga dia, sampai papah ku bangun dari komanya!" Perintah Dafa kepada Andi.
"Mana mungkin dia bisa bertahan hidup dengan keadaan yang sudah kritis begini?" Batin Andi.
"Hey! Kaki Dafa menendang pintu yang sontak membuat Andi kaget.
"Kamu masih ingin bekerja bersama ku atau jadi gelandangan ha?" Ancam Dafa dengan mata melotot.
"Baik bos, siap, akan ku jaga sesuai perintah Bos Dafa." Suara tegas Andi membuat Dafa tersenyum miring dan pergi meninggalkannya.
Sedangkan Andi menatap Sam iba, sam tergeletak tak berdaya dengan lumuran darah akibat penyiksaan yang dilakukan Dafa.
***
Klek.!
Dafa membuka pintu dan didapati mamanya tertidur masih dengan menggenggam suplemen yang Dafa beri.Dafa melihat bingkisan masih rapi dan ternyata mamanya sama sekali belum memakannya.
Dafa tak berani membangunkannya, dia memilih duduk disamping papanya yang masih enggan membuka matanya.
"Pah, aku akan membalas semua ini, aku tidak peduli meskipun harus ada pertumpahan darah." Sambil mencium tangan papahnya, Dafa meneteskan air mata dan tanpa sadar ternyata Rini melihatnya, meskipun masih dengan mata yang sepenuhnya belum terbuka.
"Dafa, please mama mohon katakan apa yang sebenarnya terjadi, ada hubungan apa kamu sama penembakan papamu? Lihatlah papamu terkapar disini hampir seminggu Dafa! Bahkan aku yang katanya sebagai istri dan mamamu hanya seperti orang bodoh yang hanya bisa menangis menunggu papamu bangun!" Suara Rini sedikit berteriak sambil menatap tajam Dafa.
"Mama, biarkan aku menyelesaikan masalah ini, mam cukup temani papa sampai bangun, setelahnya tidak akan terjadi apa-apa." Dafa menghela nafas lega sebab mamanya tak mendengar celetuknya saat ingin membalas dendam tadi.
Plaaaak.
Lagi lagi tangan Rini menampar pipi Dafa.
"Tampar lah aku sepuas mu ma, aku akan berjanji ini terakhir kali mama merasakan hal yang tak terduga ini," Dafa tetap pasrah layaknya bukan seperti seorang mafia.
"Apa ini ada hubungannya sama tender yang kau menangkan Dafa? Apa ini akibat dari kemenangan sebuah tender yang bernilai besar? Haruskah ada pertumpahan darah seperti ini!?" Rini meremas baju Dafa dan melotot.
Kali ini Dafa tak mamamu menatap mata Rini, Dafa sedikit ada iba dan ingin memeluknya, namun dia tahan dan tetap diam, meskipun dirinya sedikit kaget dengan pernyataan mamanya ini.
Dalam keadaan yang canggung ini, Dafa masih tak ingin menatap mata Rini.Ada aliran desir yang tak mampu ia tahan, dia sedikit memperhatikan Rini yang penuh iba serta tak berdaya yang kini perlahan melepaskan cengkraman tangan di bajunya.
Ada sesal yang mendalam ketika Rini yang benar benar tulus mencintainya ayahnya kini hanya bisa menangis pilu.
Sedangkan dalam keadaan ini, jari tangan Samsul perlahan bergerak sedikit demi sedikit, hal ini tak disadari Dafa dan Rini.
Mereka masih hanyut dalam keadaan yang kalut.Rini yang kini duduk di sofa seperti orang kehilangan arah, dia juga tak mau membebani orangtuanya.Dia harus tetap menutupi semua kejadian yang menimpanya saat ini.
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Mampir juga di novel ku ya kak/Rose/
selisih 12 tahun, yayaya
kalau selisih 16 tahun cocok ga ya?🤔🤔🤔
😆😆😆😂😂😂😂