A B I D

Malam harinya di hari yang sama.

Semua pasukan Abid masih berada di kediaman Althaf. Mereka enggan untuk pulang. Saat ini mereka sedang battle game online setelah mandi dan berganti baju milik Abid.

Abid hanya diam.

Sama sekali tidak keberatan untuk itu.

"Kak Abid makanan udah selesaii" teriak Balqis dari dapur. Abid pun berjalan duluan ke dapur meninggalkan teman-temannya.

"Loh kok sendiri?"

"Masih pada main"

"Lo kenapa masak sendiri? Bik ja mana?"

"Balqis suruh istirahat. Bik ja pasti capek kak. Makanya Balqis suruh buat istirahat"

"Lo emang makhluk mars" Balqis yang mendengarnya tertawa kecil.

"Kak Abid ngigo nih" Abid diam.

"Bang... laper" ketiga anak itu datang.

"Yaudah duduk sini. Kita makan sekarang" ajak Abid.

"Devi udah sehat?" tanya Balqis. Devi mengangguk.

"Nanti minum obatnya sekali lagi oke?" Devi mengangguk lagi. Abid pun terheran, kenapa adeknya begitu nurut dengan Balqis.

"Woi makhluk makhluk kasar. Makan!!!" teriak Abid, mereka pun datang bersamaan.

"Widihh.. enaknya begini. Dimasakin istri sendiri ya bid?" tanya Eldi.

"Sekali lagi ngomong gitu gue tabok beneran. Gak main main gue ni"

"Dih nyantai ajaaa woi, pms emang"

"Hahahaha"

Di meja makan tidak sunyi senyap. Mereka makan sambil bercanda tawa mendengar bacotan unfaedah Tio dan Eldi. Ketika mereka berdua tersedak, disitulah Abid tertawa jahat.

Makan mereka selesai. Mereka kembali ke tempat semula. Balqis menyuapi obat ke Devi setelah itu membersihkan meja makan di lanjutkan mencuci piring.

Abid masih disitu memperhatikan Balqis. Pikirannya kembali bergerak jauh. Dia membayangkan saat dimana Balqis sedang menyuci piring, dari belakang Abid datang memeluknya.

"Fiks aku benci pikiranku" gumam Abid.

"Nggak usah dicuci. Besok aja" Balqis menatapnya sekilas.

"Telat bilangnya. Udah selesai nih" Balqis mengelap tangannya yang basah.

"Abang.." Devi datang. Abid menatapnya.

"Devi mau tagih janji abang"

Otak cerdasnya mulai berfikir. "Janji? Oh janji.. Devina mau abang belikan apa?"

"Devina gak mau beli apa apa. Cuma Devina mau liat abang pake mekap terus pake daster"

Jleb!!

Abid tidak menyangka adiknya ingat hal ini!

"Ngaco kamu?" Devina menggeleng.

"Kan abang dah janji. Mau yaaa, nanti Devi, Avi sama Ulfa yang mekapin"

"Kamu udah sehat?" Devi mengangguk cepat.

"Yang lain aja ya dek ya..?"

"Kak.. kakak ngecewain Devi tau" sahut Balqis.

'Ni anak sengaja emang. Minta dibawa ke kamar. Eh.. kok kamarrr?! ngaco lagi ngaco lagi!' batin Abid.

"Abanggg mau yaaa"

"Kenapa bid?" tanya Jefri. Balqis pun menjelaskan semuanya. Jefri dan yang lain tertawa ngakak mendengar keinginan Devi.

"Turutin bid. Jangan kecewain kepercayaan adik ke abangnya" Rangga mengompor-ngompori.

Abid menghela nafas lu mengiyakan permintaan Devi. Abid pun ditarik menuju sofa ruang keluarga. Devi menarik Balqis mengambil make up bundanya. Tapi Balqis menyarankan pakai punya dia aja. Devi pun setuju. Setelah itu mereka berempat –Balqis, Avi, Devi, Ulfa– menghampiri Abid.

Ketiga wanita kecil itu melukis muka Abid sesuka hati mereka. Jefri mengambil kesempatan itu untuk live streaming. Sedangkan Rangga, memasukkannya ke snapgram dengan tulisan 'Abang penyayang' disertai emoji tertawa.

Coretan demi coretan telah terpampang di muka tampan Abid.

Ehh.. Abid jadi cantik sekarang!!

Semua tertawa puas melihat Abid. Bahkan Jefri masih tetap live streaming sampai make up selesai. "Abang tunggu dulu ya!!" Avi berlari ke kamar lalu turun kembali dengan daster bundanya.

"Kan rusak parah image gue!!" gumam Abid. Balqis yang di dekatnya tertawa mendengar gumaman Abid.

Saat proses penggantian baju, Jefri mengalihkan pandangannya sehingga banyak penonton komentar, mereka ingin melihat roti sobek!

Jefri pun tertawa lagi saat membacanya.

Setelah berganti baju, Jefri kembali menampakkan Abid yang di make up dan saat ini berdaster! Ah Abid gak ganteng lagi melainkan cantik!!

Cewek yang liat dirinya auto insecure hahaha :v

Beberapa menit kemudian Jefri menyudahi livenya.

"Lo pada ada poto pas dimekapin?" tanya Jefri tak didengar Abid. Semua menjawab ada karena serentak memasukkan aib itu ke snapgram juga sw.

"Anak alay lu pada. Poto cantik gue sampe masuk wa" protes Abid. Dia belum melihat yang di instagram. Teman-temannya hanya tertawa.

Tiba waktunya Abid membuka instagram...

"JEFRI SIALAN!!" protes Abid. Jefri tertawa kencang saat ini.

Dia memasukkan sepuluh foto berisi aib Abid yang pasrah di make up, aib Abid yang berganti pakaian, dan ada juga aib dirinya berfoto dengan gaya cantik dengan kedua adiknya. Tertulis caption 'Ketua berubah bentuk' lengkap dengan menandai akun instagram Abid.

Abid membuka komentarnya..

Abid membaca salah satu komentarnya. "Is, gimanapun bentuknya, kak Abid tetep ganteng"

Abid membalas dengan akun instagramnya. "Ganteng darimana?! Matamu bermasalah!!"

◎◎◎

"Lo pada yakin pulang? Udah jam sebelas juga. Katanya mau nginep" tanya Abid.

"Nyokap gue nanyain mulu, rindu katanya. Gue seminggu ga balik ke rumah" jawab Rangga.

"Alah bacot, ada Fany dia gak bakal pulang. Yakin gue" ledek Heon. Rangga tertawa.

"Kami balik dulu, selamat ******"

"Tunggu besok, gue gorok beneran leher lo el!!" mereka tertawa lalu pergi satu persatu.

"Tumben pada nggak nginep?" tanya Balqis.

"Ntah nggak tau. Tiga bocil tu da tidur?" Balqis mengangguk.

"Kak Abid sini deh. Bekas make up nya belom bersih" Abid mengikuti kemauan Balqis lalu duduk di sofa.

"Bentar ya" Balqis pergi ke kamarnya lalu kembali turun.

Balqis membersihkan wajah Abid. Abid hanya diam sambil memandang Balqis dari dekat. 'apa gue beneran cinta sama ni anak??'

Di tempat yang berbeda..

"Stop stop!!!"

Heon turun dari motornya. Dia dan yang lain memang berbeda arah. "Mau apa lagi?"

"Coba ngotak dong penghianat" Heon menghampiri Jordan dan anak buahnya.

Tiba tiba dari belakang anak buah Johan menendang kakinya, ia langsung memukul wajah Heon. Karena Heon tak punya tenaga apapun saat ini, dia pingsan.

"Bawa dia ke base"

Anak buah Jordan menggotong Heon untuk dibawa ke base Lion king.

00.32

"Ahh kepala gue" Heon mengedarkan pandangannya.

Hal pertama yang dilihat Heon adalah Tama yang duduk di kursi khusus miliknya dan disamping Tama ada Jordan yang bersidekap dada.

"Lama gak ketemu" Tama melambaikan tangannya. Heon hanya diam meskipun di benaknya bertanya-tanya, apa keinginan Adwiyatama saat ini.

"Gue heran banget"

"Bisa bisanya ya lo balik lagi ke black blood. Lo lupa yang bikin nyokap lo masih ada sampe sekarang siapa?"

"Lagian.. kenapa Abid BEGOO banget nerima lo kembali di black blood meskipun udah di hianati"

"Dia beda. Gak kayak lo yang semena-mena! Asal lo tau, gue inget semua utang gue ke lo, gue bakal ganti semuanya tapi gak sekarang!!"

"Gue mah gak butuh duit haram lo" Heon tertawa receh.

"Duit lo yang haram. Bukan duit gue"

Buggh!!

Jordan membogem Heon yang terikat di kursi.

"Lo mau mati ya?!" Jordan menarik kerah baju Heon.

"Ck. Jordan, mundur lo. Kurang kerjaan banget ngebunuh pembunuh"

"Lo yang buat gue jadi pembunuh Tama Iblis!!" Tama tertawa.

"Manusia gak tau diuntung!!" mata Tama menunjukkan kemarahan.

"Jor!"

Jordan menelepon anak buahnya. Setelah diangkat, dia me-loud spekerkan panggilan.

"Dimana.. dia?"

📞 "Lagi di kafe bos"

"Gimana kondisinya?"

📞 "Baik aja bos. Dia lagi sama temennya. Dan yang gue denger namanya Sitijah"

Heon tercengang. 'itu temen nyokap'

📞 "Bunuh sekarang bos?"

"Jangan sekarang" Jordan mematikan teleponnya.

"Bajingann! Harus banget lo jadikan orang tua gue pancingan? Mau lo apaa anjiing?!"

Tama tertawa keras. "Mau gue gak banyak, He. Gue cuma mau lo lakuin hal yang sama kayak Zarey tapi target lo kali ini.... Jefri."

"Gue gak bisa! Gue gak bisa hianatin Abid lagi"

"Gak bisa? Yakin? Lo mau nyokap lo mati?" Heon diam.

"Gue kasih waktu lima menit buat lo mikir"

Heon berfikir keras. Ini keputusan yang berat. Sangat-sangat berat. Jika dia memilih Abid, ibu yang melahirkannya akan mati. Namun.. Jika dia memilih nyokapnya, sama saja ia menghancurkan kembali hidup orang yang dianggapnya sebagai abang.

"Waktu habis. Apa keputusan lo? Anggota gue udah ada di dekat nyokap lo"

Heon menghela nafas. "Gue ikutin kemauan lo"

"Good"

"Pulang sekolah besok. Lo eksekusi, Jordan bantu susun strategi"

"Gue pergi dulu" Tama pun pergi meninggalkan Heon diikuti Jordan dan anggotanya.

"Apa ini pilihan yang benar?"