disaat semua orang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan yang terkuat
hanya Kim Yoon seo yang sama sekali tidak tertarik terhadap hal itu.
yang dia inginkan hanya jawaban untuk setiap pertanyaan di kepalanya.
namun, setiap kali dia mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu, yang dia temui Hanya kebingungan dan kebuntuan.
Semakin lama dia mencari, semakin kabur pula antara apa yang dia anggap kenyataan dan ilusi.
Jadi... akankah dia dapat menemukan cara untuk kembali ke dunianya yang dia anggap asli?
Atau....
Akankah dia menerima kenyataan bahwa dunia yang di tempatinya sekarang ini bukanlah ilusi melainkan kenyataan yang ada?
update setiap hari rabu & jum'at ☆(ノ◕ヮ◕)ノ*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nayla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Chapter 17: will you still love me when you know the truth?
Saat Kim Yoon Seo akhirnya tiba di rumah, langit sudah mulai gelap, dan jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 7 malam.
Dengan langkah sedikit lesu, ia mendorong pintu masuk, mendesah pelan saat aroma khas rumah menyambutnya. Di ruang keluarga, kakak keduanya, Kim Min-Joo, duduk santai di sofa sambil menonton TV. Sementara di sebelahnya, ibu mereka, Clara, memangku adik bungsu mereka, Kim Seokjin, yang tampaknya sedang tertidur pulas.
Begitu melihat adiknya masuk, Min-Joo menoleh dengan ekspresi malas. “Oh? Kau akhirnya pulang.”
Clara melirik sekilas sebelum tersenyum hangat. “Kau lama sekali. Menikmati waktumu di luar?”
Yoon Seo tidak menjawab dan lebih memilih untuk menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.
Min-joo memperhatikan barang bawaan Yoon seo.
Terdapat boneka kelinci raksasa yang besarnya sepinggang adiknya beserta beberapa barang lainnya seperti snack dan mainan kecil.
“Lihat ini, ma. Dia bahkan membawa pulang boneka.” Min-Joo terkikik. “Sejak kapan kau menyukai hal seperti itu?”
Yoon Seo mendelik. “Aku tidak memilihnya. seseorang memberikannya padaku.”
Mata Clara berbinar. “Oh? kalian pasti sudah menjadi teman dekat. "
“Bukan teman. Dan bukan teman dekat juga. ” Yoon Seo langsung membantah.
Clara hanya tertawa kecil. “Kalau begitu, kurasa kau cukup spesial sampai seseorang mau memberikan boneka sebesar itu padamu.”
Yoon Seo tidak tahu harus membalas apa, jadi dia hanya mengalihkan pandangannya. Dia tidak mungkin menjelaskan bagaimana Naya, seseorang dengan kekuatan berbahaya dan memiliki aura familiar, memaksa boneka ini ke tangannya.
Dia terasa lebih ke seorang adik perempuan baginya...
Karena dia benar-benar mengingat kannya dengan 'adik perempuan nya'.
Sementara itu, Min-Joo bangkit dari sofa, berjalan mendekat, dan menepuk punggungnya keras. “Jadi, bagaimana harimu? Kau tidak pingsan atau mengeluarkan darah lagi, kan?”
Yoon Seo menegang. “…Aku baik-baik saja.”
Min-Joo menyipitkan matanya. “Serius?”
Seolah menjawabnya, tiba-tiba saja tenggorokan Yoon Seo terasa panas. Dia buru-buru menutup mulutnya dengan tangan.
Clara langsung menyadari perubahan itu dan menatapnya dengan cemas. “Yoon Seo? Apa kau baik-baik saja? ”
Namun, sebelum ibunya sempat bereaksi lebih jauh, Yoon Seo sudah berlari ke kamar mandi. Begitu pintu tertutup, ia berpegangan pada wastafel, menatap wajahnya yang sedikit pucat di cermin.
“…Sial.”
Darah merah pekat mengalir dari sudut bibirnya, menetes ke wastafel.
‘Sial, ini pasti karena hari ini terlalu melelahkan…’
Tentu saja, tubuhnya memang lemah. Bahkan sedikit stres atau kelelahan bisa membuatnya mengalami hal seperti ini—mimisan, batuk darah, atau bahkan muntah darah.
Tapi untungnya, kontrak darahnya dengan Cha Eunwoo memungkinkan regenerasi cepat. Dalam beberapa detik, darah berhenti mengalir, dan tubuhnya mulai terasa lebih stabil.
Setelah membasuh wajah dan memastikan tidak ada bekas darah, ia kembali ke ruang keluarga.
Min-Joo sudah menunggunya dengan tangan terlipat. “Kau muntah darah lagi?”
“…Tidak.”
“Jangan bohong.”
Yoon Seo menghindari tatapan kakaknya. “ berhentilah bertanya noona. Aku baik-baik saja.”
Clara menghela napas panjang. “Yoon Seo, kau tahu kau harus lebih berhati-hati, kan? Jangan terlalu memaksakan diri.”
Yoon Seo hanya mengangguk lelah.
Kim Seokjin, adik bungsunya yang sejak tadi tertidur, mulai menggeliat di pelukan Clara sebelum membuka matanya yang besar dan mengantuk. Begitu melihat Yoon Seo, bocah itu tersenyum lebar. “Hyung!”
Seketika, rasa lelah Yoon Seo sedikit berkurang.
“Hey, Seokjin. Maaf telah membuat mu terbangun.” Ia tersenyum kecil, menepuk kepala bocah itu dengan lembut.
Seokjin menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku memang berniat bangun ketika hyung tiba di rumah! " Jawabnya dengan antusias.
Mendengar itu, perasaan Yoon Seo menghangat. Dia membelai kepala adik bungsu nya dengan lembut sebagai tanggapan nya.
'Andai dia, atau bahkan semua orang tahu, bahwa aku bukan 'Kim Yoon Seo' yang sangat mereka sayangi. '
'Akankah mereka memperlakukanku dengan penuh cinta sama seperti sekarang? ' pikir Yoon seo.
Setelah makan malam singkat dan beberapa pertanyaan dari keluarganya tentang bagaimana harinya, Yoon Seo akhirnya bisa masuk ke kamarnya.
Ia menutup pintu, menghela napas lega, lalu menatap boneka kelinci raksasa yang berada di dalam pelukan nya.
“…Kenapa aku masih membawanya?” gumamnya. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya meletakkan boneka itu di sudut kasur, tepat di sebelah bantalnya.
“Yah… setidaknya kau empuk,” gumamnya sambil menepuk kepala boneka itu.
Tiba-tiba, tenggorokannya terasa gatal.
“Ugh…”
Yoon Seo buru-buru menutup mulutnya dengan tangan, lalu merasakan cairan hangat merembes di sela-sela jarinya. Saat dia menarik tangannya menjauh, warna merah pekat langsung memenuhi pandangannya.
‘Sial… begini lagi…’
Dia buru-buru meraih tisu dari meja samping tempat tidur dan mengelap darah di telapak tangannya. Namun, sebelum dia sempat merapikannya, sebuah suara familiar terdengar dari luar jendela.
“Buka jendelamu.”
Yoon Seo mendongak dan melihat Naya berdiri di luar, tepat di balkon kamarnya.
'kenapa dia berada disini?'
Dengan sedikit enggan, dia bangkit dan membuka jendela. “Apa kau tidak punya rumah sendiri?” tanyanya datar.
Naya melompat masuk dengan mudah, kemudian melirik tisu berlumuran darah di tangan Yoon Seo.
“…Stres lagi?” tanyanya sambil menyilangkan tangan.
Yoon Seo mengangkat bahu. “Mungkin.”
Naya menghela napas. "Tidak bisakah kau berhenti membuat dirimu setres? "Ucapnya sambil mengusap tengkuknya.
" Ha. Kata orang yang terus membuat ku bergerak kesana kemari di taman hiburan. " Sarkas Yoon Seo yang membuat Naya hanya mengangkat bahunya tanpa rasa bersalah.
Sejujurnya, pada awalnya Yoon Seo berpikir, bahwa Naya adalah seseorang yang sulit untuk di dekati. Dia juga tidak pernah berinteraksi dengannya lebih dari 5 menit di dalam gate.
Namun, entah kenapa, dalam 5 hari terakhir ini, Naya sering datang menemuinya, entah itu hanya untuk mengganggunya, atau hanya sekedar memberikan siraman rohani tentang cara menjaga dirinya sendiri.
Dia juga sering membicarakan tentang novel-novel yang membuat Yoon Seo semakin tidak keberatan dengan dirinya yang berkeliaran di dekat nya.
Dari hal itu, Kim Yoon Seo menyimpulkan bahwa Famale lead yang ada di hadapan nya ini sangat berkebalikan dengan apa yang novel ceritakan tentang nya.
Begitu pula protagonis nya. Yang dimana sang protagonis di gambarkan sebagai seseorang yang tidak takut apapun. Namun kenyataannya dia akan berteriak ketika melihat hantu, walaupun dia tau itu hanya hantu palsu.
"Jadi apa yang kau inginkan?? " Tanya Kim Yoon Seo curiga ke arah Naya.
Naya terdiam sejenak seolah olah sedang merangkai kata, sebelum akhirnya mengucapkan hal yang sama sekali tidak ia mengerti.
"Kim Yoon Seo, hidupmu adalah milikmu sendiri."
To be continued~
Note:
Noona\= sebutan untuk kakak perempuan dari adik laki-laki
Hyung\= sebutan untuk kakak laki-laki dari adik laki-laki.