Seorang pemuda tanpa sengaja jiwanya berpindah ke tubuh seorang remaja di dunia lain. Dunia dimana yang kuat akan dihormati dan yang lemah menjadi santapan. Dimana aku? Itulah kata pertama yang diucapkannya ketika tiba di dunia yang tidak dikenalnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelima Belas
Keesokan harinya, Arsa mulai memindahkan reruntuhan batu yang menutupi mulut gua. Dengan pelan dan sangat hati-hati, agar tidak menimbulkan suara maupun fluktuasi energi.
Setelah beberapa saat, muncul cahaya dari celah reruntuhan. Arsa menjulurkan kepala, melewati sebuah lubang dari celah reruntuhan tersebut.
Ketika tidak melihat apa pun di luar gua, namun tetap merasakan adanya bahaya di dalam benaknya. Membuat Arsa semakin waspada, mengedarkan pandangannya untuk memastikan dugaannya.
Detik berikutnya, Arsa terperangah dengan tidak percaya. Seekor ular piton seukuran pohon kelapa yang ada di bumi, kini sedang menatapnya, tepat diatas kepalanya.
Tanpa pikir panjang, Arsa mengurungkan niat untuk keluar gua. Ia kembali masuk sambil mengutuk berulang-ulang kali di dalam hatinya, merasa kesialan selalu datang menghampirinya.
“Sialan! Ular itu besar sekali! Kekuatanya setara Monster Gorilla tadi malam.” umpat Arsa tanpa daya dan upaya.
Seiring waktu, perutnya mulai keroncongan. Arsa pun mengeluarkan daging dari ruang penyimpanan system, mulai membuat api unggun untuk memanggang daging.
Tidak lama kemudian, daging yang dipanggang mulai menyebarkan aroma. Menggoda indra penciuman siapa saja yang menghirupnya, dalam radius satu kilo meter.
Tidak terkecuali ular piton raksasa. Monster itu berusaha masuk dengan paksa mendobrak reruntuhan batu, namun mengalami kesulitan karena batu besar tidak mau bergerak sedikit pun.
Lubang gua yang kini tercipta dari reruntuhan, ukurannya lebih kecil di bandingkan kepalanya. Menyebabkan ular piton itu mengamuk, berusaha menghancurkan reruntuhan sebisa mungkin.
“Ck! Ck! Ck! Dasar piton bodoh! Hahaha…..” dengan decakkan lidah, Arsa tertawa dan terus menikmati daging panggang.
Hanya sedikit cahaya yang masuk kedalam gua, sehingga di dalamnya terkesan redup. Arsa mencoba masuk lebih dalam mencari tahu apa yang ada di kedalaman gua tersebut.
“Apa ini? Sisik ular?” Arsa terkejut begitu mendapati kakinya menginjak lembaran sisik ular yang berserakan di tanah.
“Sepertinya gua ini rumah ular piton itu?,” gumam Arsa menerka.
Sepuluh langkah lagi kedalam gua, situasi semakin gelap. Mengharuskan Arsa mengaktifkan Teknik Mata Dewa untuk melihat sekelilingnya saat ini.
Tiba di ujung gua, Arsa melihat sebuah telaga kecil. Diameternya sekitar dua setengah meter, dengan panjang sekitar dua meter, tergenang air yang sangat jernih.
Mendekati telaga itu dengan tetap waspada, Arsa lalu meminta system untuk menganalisi telaga apa yang saat ini berada di depannya.
System. “Ding! Jika Tuan berendam di dalamnya, maka vitalitas kehidupan tubuh Tuan akan meningkat secara drastis. semakin lama Tuan berendam, maka hasilnya pun akan semakin baik.”
“Apakah setelah aku berendam air ini masih bisa di gunakan, System?” tanya Arsa memastikan pikiranya.
System. “Ding! Tentu saja Tuan.”
Mendengar jawaban System, Arsa langsung melepaskan pakaiannya. Terjun langsung masuk kedalam telaga, membaringkan tubuhnya dengan hati-hati dan tetap waspada.
Merasakan sensasi menyegarkan mengalir kedalam tubuh, Arsa pun tersenyum sangat cerah. Sambil berendam dia menjalankan teknik kultivasi, sesuai dengan ingatan si pemilik tubuh.
***
Keluarga Nugraha
“Ayah, apakah pertandingan Antar Keluarga jadi dilaksanakan dua bulan lagi?” tanya Mori Nugraha kepada Mastur Nugraha.
Disertai anggukan, Mastur Nugraha menjawab, “Jadi, maka berlatihlah dengan giat dan tingkatkan kultivasimu!”
“Ayah tidak perlu khawatir! Mungkin sebulan lagi aku akan berada pada Tahap Transformasi tingkat Kelima, dan aku akan menjadi generasi terkuat di Keluarga Nugraha.” kata Mori Nugraha dengan ekspresi bangga.
Mastur Nugraha menoleh, menasehati putranya, “Ingat! Pertandingan Antar Keluarga hanyalah untuk sparing. Tidak untuk melukai atau membunuh, terutama dengan Arsa, dia telah banyak membantu Ayah.”
***
Satu minggu kemudian.
Keluarga Bohim
“Selamat datang, patriak,” sambut penjaga gerbang dengan hormat.
Patriak Bohim hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah sampai di aula utama, dengan segera lelaki tua ini mengumpulkan para tetua keluarga, ada pembahasan penting yang harus dia lakukan.
Begitu semua orang yang di haruskan hadir telah duduk pada kursinya masing-masing, patriak Bohim berkata.” aku membawa kabar baik untuk Keluarga Bohim kita. Keluarga Limo akan menjadikan kita sebagai mitra utamanya dalam penyediaan bahan baku kapas dan biji besi bagi Kerajaan Elanor.”
Para tetua saling bertukar pandang, ada ekspresi kegembiraan di setiap sorot mata mereka, tidak di pungkiri, dengan menjadi mitra utama keluarga Limo, maka status sosial mereka pun akan ikut meningkat.
“Selain itu, Keluarga Limo akan memberi dukungan sumber daya setiap bulannya untuk kita meningkatkan kekuatan keluarga,” ujar patriak Bohim kepada para tetua yang hadir.
“Hanya saja, kita harus memenuhi persyaratan yang mereka ajukan. Yakni setelah periode pendaftaran Akademi Pedang langit selesai, kita harus sudah menguasai perkebunan kapas di kota Dreams ini.” lanjut Patriak Bohim.
“Baiklah, sekarang dengarkan rencanaku!” mengatakan itu, patriak Bohim menjelaskan semua rencananya. Membagi tugas para tetua keluarga dalam bertindak dan mengambil sikap.
Dua jam kemudian, pertemuan selesai. Para tetua keluarga segera membubarkan diri, kembali ke rumah mereka masing-masing sekaligus melakukan persiapan untuk menjalankan rencana yang sudah di susun oleh patriak Bohim.
“Kurang ajaaaarr…! Bajingan mana yang mencuri ruang hartaku, haaa….!” Patriak Bohim berteriak kencang, hingga seluruh orang dilingkungan kediaman Keluarga Bohim mendengarnya.
Para tetua Keluarga kembali berkumpul di ruang aula utama, mendapati wajah keriput patriak Bohim menghitam menahan amarah, tidak ada satu pun orang yang berani mengeluarkan suara.
“Siapa orang yang masuk kedalam ruang kerjaku, ha? Siapaaa….!”pekik Patriak Bohim dengan kencang, membuat para tetua yang hadir sedikit terjingkat.
Melihat semua tetua menggelengkan kepala, patriak Bohim jatuh terduduk di kursi, berkata geram dengan gigi merapat, “Siapa yang memiliki keberanian memprovokasi Keluarga Bohim? Seluruh ruang harta habis! Tidak satu pun ada yang tersisa! Suamanya habis…bis…bis! Alamak… bangkrut mina!
“Patriak, apakah mungkin ini ulah dari Keluarga lain?” salah satu tetua menyampaikan prasangkanya.
Patriak Bohim mengerutkan kening, termenung sejenak, memilah-milah perkataan, Keluarga mana yang memiliki nyali sebesar ini? menorobos masuk ke dalam ruang kerja, sama saja dengan menantang maut.
“Hanya Keluarga Nylon yang memiliki keberanian untuk melakukannya. Tapi apakah mungkin? gumam lirih patriak Bohim.
Namun sang patriak kembali menelaah pikirannya. “Lagi pula, bisnis keluarga Nylon jauh berbeda dengan Keluarga kita. Jika pun ini dilakukan oleh Keluarga Nugraha, masih ada kemungkinan benar.”
“Tapi, melihat kekuatan Keluarga Nugraha yang jauh dari kekuatan keluarga kita, tidak mungkin Keluarga Nugraha akan sebodoh itu melakukannya.” lanjut patriak Bohim atas analisanya sendiri.
Ayah Ndasmu Bohim, Bogan Bohim, angkat bicara saat ini. “Patriak, seminggu yang lalu, kelompok yang kita sewa untuk merampok Mastur telah gagal total.”
“Menurut berita dari orang yang berhasil melarikan diri, mereka diserang oleh seorang ahli yang sangat tangguh, dan hampir seluruh pembunuh bayaran tewas di tangan Ahli itu.” imbuh Bogan Bohim.
“Apa!” pekik keras patriak Bohim melebarkan matanya terkejut, menduga, “apakah Keluarga Nugraha mempekerjakan seorang Ahli?”
Bogan Bohim segera menanggapi, “Kami belum tahu, Patriak. Mengingat daya tempur Ahli itu yang sangat luar biasa, sepertinya dia tidak berasal dari Kota ini, patriak.”
Setelah berpikir sejenak, Patriak Bohim memberi perintah, “Awasi kediaman Keluarga Nugraha! Jika masalah ini memang dilakukan oleh mereka, maka kita akan menyerang Keluarga Nugraha dan mengambil seluruh asetnya.”
“Dimengerti, patriak!” jawab semua tetua mengakui perintah.
***
Satu bulan kemudian.
Keluarga Nugraha
“Keluarga Bohim telah disatroni pencuri?” ulang Patriak Nugraha, terkejut mendengar berita dari Wahyu putra tertuanya.
Wahyu Nugraha mengangguk yakin, “Iya, Ayah. Tadi aku memdengar dari para pengunjung di rumah Dagang Jaya. Mereka mengatakan, tiga minggu yang lalu, ruang harta Keluarga Bohim telah dikuras habis oleh pencuri.”
“Hahahaha…sungguh para Dewa telah membantu Keluarga Nugraha kita. Betapa besar kerugian yang ditanggung oleh keluarga Bohim, hahaha…!” kata patriak Nugraha menanggapi, tertawa terbahak-bahak.
Mendengar tawanya, patriak Nugraha mengingatkan. “Sebulan lagi, keluarga kita akan mengadakan pertandingan Antar Keluarga. Kita harus melihat perkembangan dan peningkatan generasi muda Keluarga Nugraha kita ini. persiapkan semuanya dengan baik!”
“Baik, Ayah.” angguk Wahyu Nugraha, dan langsung meninggalkan ruang kerja sang patriak.
**
Hutan Kegelapan
System. “Ding! Selamat Tuan. Teknik Pemulihan telah naik tingkat. Level saat ini adalah 3/10.”
System. “Ding! Selamat Tuan. Teknik Pemulihan telah meningkat. Level saat ini adalah 4/10.”
Mendengar dering notifikasi system, Arsa membuka matanya dari proses kultivasi dengan menggunakan metode yang ada dalam ingatan pemilik tubuh sebelumnya.
“Berkultivasi ternyata sangat lama dan membosankan. Pantas saja orang-orang yang berkultivasi menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.” gumam lirih Arsa, mulai mengerti mengapa orang-orang yang berkultivasi membutuhkan waktu yang sangat lama.
Beranjak dari telaga, Arsa bertanya kepada System, “Sudah berapa lama aku berkultivasi, System?”
System. “Ding! Dua puluh sembilan hari.”
“Uuuh…! Satu bulan!” Arsa tercengang, ia merasa hanya dua atau tiga hari saja. Namun siapa sangka, dirinya telah menghabiskan waktu satu bulan lamanya untuk berkultivasi.
Meskipun dirinya telah dilengkapi dengan tubuh kekosongan, yang notabene dapat menyerap energi alam secara otomatis, tetap saja energi itu terlalu sedikit untuk bisa meningkatkan kekuatannya.
Dalam satu bulan berkultivasi, Arsa tidak mengalami peningkatan kekuatan sama sekali. Nilai Poin Pengalaman terhadap energi yang terserap, jumlahnya terlampau sangat kecil.
“System, bisakah Air Kehidupan ini disimpan pada Ruang Penyimpanan System?” tanya Arsa penuh harap.
System. “Ding! Bisa Tuan. Namun kapasitas Ruang Penyimpanan System harus ditingkatkan menjadi seratus meter kubik.”
“Oh, baiklah. Jadikan seratus meter kubik!” pinta Arsa begitu saja.
System. “Ding! Selamat Tuan. Ruang Penyimpanan System telah ditingkatkan menjadi seratus meter kubik.”
System. “Ding! Poin System berkurang dua ribu. Poin System yang tersisa adalah seribu tujuh ratus tiga puluh.”
“Apa! Berkurang dua ribu!” pekik Arsa terkejut, matanya melotot seolah ingin keluar dari rongganya saat ini.
Sungguh sangat tidak menyangka, bahwa di perlukan dua ribu poin system untuk meningkatkan kapasitas ruang penyimpanan system, dia menyesal tidak bertanya dulu sebelum meningkatkan.
Satu Poin System sama dengan seribu koin emas. Jika dua ribu Poin system, itu sama artinya dengan Arsa telah menghabiskan dua juta koin emas dalam sekali jalan.
Arsa menghela napas panjang, tapi dirinya pun menyadari, bahwa nilai itu tidak sebanding dengan Air Kehidupan yang diperolehnya, Air Kehidupan ini sama sekali tidak bisa di bandingkan dengan koin emas atau apapun.
Setelah Air Kehidupan dipindahkan ke ruang penyimpanan system, Arsa mendapati enam tanaman aneh di dasar telaga, tanaman itu sama sekali belum pernah dilihatnya.
Seperti biasa, Arsa meminta system untuk melakukan tugasnya, menganalisa jenis tanaman apa yang ada di depannya ini.
System. “Ding! Muncang Jagad. Merupakan Elixir yang sangat berguna bagi Kultivator tingkat puncak, utamanya Tahap Penyempurnaan Roh dan Tahap Prajurit Alam dalam menerobos ke tahap selanjutnya.”
System. “Ding! Selain itu, elixir ini juga dapat memperpanjang usia, setidaknya hingga lima ratus tahun ditambah usia kultivasi.”
System. “Ding! Nilai tukar Muncang Jagad adalah empat puluh poin system.”
“Ah, tanaman langka,” seru Arsa dengan gembira. Segera ia memanen elixir itu dan menyimpanya di dalam ruang penyimpanan Sytsem.
Mengambil satu elixir yang baru saja di panen, Arsa meminta system untuk menyerapnya. “System, serap elixir ini!”
System. “Ding! Proses penyerapan segera dimulai!”
Arsa melihat elixir itu hancur menjadi partikel jernih, bergerak perlahan, berjalan dan meresap kedalam tubuhnya sendiri dengan kecepatan yang bisa di lihat oleh mata.
System. “Ding! Proses penyerapan selesai.”
System. “Ding! Selamat Tuan. Teknik Pemulihan telah baik tingkat. Level saat ini adalah 5/10.”
“Eh?” Arsa terkejut mendengar notifikasi system. Berkata lirih dalam praduga,” Jika aku menyerapnya lagi, kemungkinan akan meningkatkan terobosan lagi pada teknik pemulihan.”