NovelToon NovelToon
Kembalinya Dewa Beladiri

Kembalinya Dewa Beladiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.

Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.

Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18 Kelompok Taring Phoenix: Pertarungan di Dalam Goa

Suara itu menggema, dingin dan mematikan. Wu Ruoxi melangkah keluar dari bayangan, rambut hitam panjangnya berkibar lembut disapu angin goa. Mata merahnya menatap tajam ke arah para bandit yang kini membeku seperti patung.

Beberapa dari mereka mundur reflek, wajah mereka langsung pucat mengingat betapa mengerikannya wanita itu saat membantai rekan-rekan mereka. Wajahnya memang cantik dan anggun, namun gerakannya seperti iblis bersayap api.

Mereka tahu… kematian bisa datang dari senyumnya yang manis.

“Wu… Wu Ruoxi…” desis salah satu bandit dengan suara gemetar.

Gong Cheng menyeringai marah, ia mengangkat kapak gandanya dengan satu tangan, otot-ototnya menegang seperti kawat baja.

“Kalian pikir bisa mengalahkan kami untuk kedua kalinya?! Persetan dengan Sekte Phoenix! Bunuh mereka!”

Teriakan itu menjadi pemicu pertarungan. Dalam sekejap, tempat itu meledak dalam kekacauan terencana.

Wu Ruoxi bergerak lebih dulu. Tubuhnya melesat bagaikan kilatan api, dan dengan satu putaran ringan, ia menghantam dada bandit terdekat dengan telapak tangan terbuka.

“Seni Naga Api: Sembilan Jejak Merah!”

Ledakan api membentuk jejak naga di udara, menghantam tubuh musuh hingga terlempar ke dinding goa, membakar dada hingga tulang rusuk mereka hampir terlihat.

Jeritan bandit itu menjadi alarm kematian.

Lu Jintang menerobos ke barisan depan, wajahnya tampak tenang namun matanya berkobar seperti bara api. Ia melompat tinggi, lalu menghantam tanah dengan tinjunya yang membara.

“Seni Bara Abadi: Pukulan Bara!”

Ledakan api membentuk gelombang panas yang menggulung ke depan, membakar kaki dan wajah bandit yang berada terlalu dekat.

"Arrggh!"

Teriakan panik terdengar, kulit mereka mengelupas seiring hawa panas yang menelan mereka hidup-hidup.

He Qingsu datang dari sisi kiri, gerakannya seperti magma mengalir: lambat, tapi mematikan. Ia menyentuh tanah, dan dari bawah musuh, semburan api meletus dengan dahsyat.

“Seni Lava: Ledakan Perut Bumi.”

Bandit-bandit itu terpental, tubuh mereka terlempar ke langit-langit goa sebelum jatuh dengan tulang-tulang remuk dan kulit melepuh.

Nie Lanhua, meskipun pemalu kini menunjukkan potensinya yang sebenarnya. Tubuhnya meliuk dengan anggun seperti cahaya bulan, namun setiap gerakannya seolah membawa kematian.

“Tarian Matahari: Langkah Tertutup!”

Dengan gerakan samar, ia muncul di belakang dua bandit sekaligus. Satu tendangan menghantam tengkuk, satunya lagi merasakan lututnya dihancurkan sebelum pisau pendek milik Lanhua menusuk tepat ke lehernya.

Tanpa suara.

Tanpa ampun!

Sementara Tan Meizi dan Tan Meizhang bertarung berpasangan. Seperti api kembar yang menyapu ladang kering.

Meizhang melempar musuh ke udara dengan tendangan putar, Meizi menyambutnya dengan hantaman berputar yang mempercepat jatuhnya.

“Seni Langit Membara: Tarian Bulan Kembar!”

Dua saudara itu terus menari di antara bandit, seperti kilat merah menyambar kiri dan kanan. Setiap pukulan membawa dampak keras: tulang patah, tubuh terpental, api meledak dari titik kontak.

Di kejauhan, Wu Shen menyaksikan pertarungan dengan jelas. Matanya membelalak, namun bukan karena ketakutan—melainkan kekaguman.

'Setiap gerakan mereka… terkoordinasi. Mereka seperti satu tubuh dengan banyak tangan,' pikirnya. 'Ruoxi bergerak lebih dulu, mengganggu formasi musuh. Jintang dan Qingsu memukul titik terlemah. Lanhua menyergap dari belakang. Dan Tan bersaudara menciptakan tekanan konstan. Tidak ada celah. Bahkan… tidak ada waktu untuk bernapas bagi musuh!'

Wu Shen menyadari, bahwa inilah perbedaan antara petarung biasa dan seniman bela diri sejati. Bukan hanya ranah mereka dan teknik mereka yang tinggi, tapi juga gerakan mereka yang efisien namun berdampak besar pada musuh mereka.

Selain Wu Ruoxi, kelima anggotanya menggunakan teknik turunan dari Seni Naga Api. Tidak semua orang cocok dengan Seni Beladiri Naga Api, beberapa keluarga justru menciptakan seni baru yang lebih cocok dengan tubuh mereka. Seperti keluarga Tan yang menciptakan Seni Langit Membara, namun tetap berdasar pada Seni Naga Api.

'Seni Naga Utama hanyalah dasar, beladiri tidak terbatas pada apa yang telah ada. Mereka terus berkembang, terus tumbuh menjadi teknik turunan yang tidak kalah kuatnya dari Seni Naga Utama,' gumam Wu Shen.

Tak bisa dipungkiri jika dia merasa kagum dengan orang-orang jenius yang dapat mengembangkan Seni Beladiri buatannya menjadi sesuatu yang lain.

Situasi semakin panas.

Banyak bandit mulai gugur, tubuh mereka terbakar atau terluka parah. Sisa-sisa kekuatan mereka mulai runtuh akibat serangan terkoordinasi dari kelompok Taring Phoenix.

Gong Cheng menggeram, amarahnya meluap. Napasnya memburu, dan matanya bersinar tajam.

"Cukup! Sudah cukup aku menyembunyikan identitasku lagi!" teriaknya penuh emosi.

Dengan satu gerakan keras, Gong Cheng merobek pakaiannya. Semua orang terdiam, bukan karena tubuh dan otot-ototnya yang besar, tapi karena melihat sebuah gambar yang memenuhi punggungnya.

Mata Wu Ruoxi membelalak. "Kepala singa mengaum, itu… lambang kerajaan Shoushen..." gumamnya pelan.

Wu Shen terdiam, namun pikirannya kembali menelusuri ingatan dari Wu Shen yang asli.

Lebih dari dua dekade lalu, sebuah perang besar meletus antara Kerajaan Shoushen dan Kerajaan Huanguo. Banyak prajurit yang tewas, namun yang lebih menyedihkan adalah pengkhianatan dari dalam.

Sebagian dari pasukan Shoushen kabur di tengah peperangan karena takut akan kematian. Setelah perang mereda, para pasukan yang melarikan diri dianggap sebagai pengkhianat kerajaan, mereka dicari dan diburu dengan harga yang mahal.

Dan Gong Cheng… adalah salah satunya. Namun, dia bukanlah prajurit biasa yang melarikan diri, melainkan seorang jenderal yang menjadi pemimpin bagi prajurit yang melarikan diri.

"Gong Cheng... Jenderal Gong, ternyata itu adalah kau. Kau mengkhianati kerajaan dan lebih memilih hidup sebagai bandit penuh kotoran, meninggalkan kebanggaanmu sebagai pejuang sejati..." ujar Wu Ruoxi.

"Pejuang Sejati, huh?" Gong Cheng mulai tertawa sarkas. "Apa hebatnya menjadi pejuang sejati? Kau hanya akan dijadikan bidak oleh orang yang duduk di singgasana, bertarung hingga mati demi hasrat bangsawan serakah! Aku lebih baik mati sebagai diriku sendiri daripada mengikuti perintah mereka!"

Tanah goa mulai bergetar. Retakan-retakan kecil muncul di dinding. Tubuh Gong Cheng mulai beresonansi, seperti terhubung dengan struktur bumi itu sendiri.

Debu-debu melayang, dan aura pekat muncul dari tubuhnya.

"Seni Naga Bumi, dia... dia dari Sekte Kepiting Besi!" ucap Nie Lianhua lirih.

Gong Cheng tertawa keras, langkahnya menghantam tanah hingga membuat getaran seperti gempa.

"Kalian pikir bisa mengalahkanku hanya dengan api dan semangat?! Aku adalah dinding yang tidak bisa kalian tembus!"

Namun tiba-tiba, Lu Jintang melesat dari belakang punggung Gong Cheng, tubuhnya berputar dengan cepat di udara sebelum melancarkan tendangan yang penuh dengan bara api.

"Seni Bara Abadi: Tendangan Melingkar!"

"JINTANG, JANGAN!! DIA BERADA DI RANAH JENDERAL BELADIRI!!" teriak Wu Ruoxi.

Namun, terlambat...

Gong Cheng membalikkan tubuhnya dengan kecepatan tak masuk akal untuk ukuran tubuh sebesar itu. Tangan kanannya, yang sudah dilapisi energi bumi, menghantam dada Lu Jintang secara langsung.

"Seni Naga Bumi: Palu Pengubur Langit."

Suara tulang retak terdengar. Tubuh Lu Jintang terpental, menghantam dinding goa dengan keras dan langsung ambruk. Darah menyembur dari mulutnya.

Wu Ruoxi mengepalkan tangan, matanya kini menyala penuh amarah.

"Gong Cheng... kau akan membayar untuk ini...!"

1
Rinaldi Sigar
lnjut
Yuga Pratama
begitu lebih baik
y@y@
dan akhirnya harus rela menunggu chapter berikutnya🤣
Caveine: sabar bang wkwkw 😂
total 1 replies
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
harusnya guru Ye harus pakai gaya Kuda" Lumping..🤣🤣🤣
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!