Karina terjebak dalam pernikahan yang pahit dengan Ryan, sebuah ikatan yang dipaksakan untuk menyelamatkan keluarganya dari kebangkrutan. Namun, pernikahan itu hanya membawa kesedihan dan perselingkuhan yang menyayat hati.
Setelah berhasil melepaskan diri dari cengkraman Ryan melalui perceraian, Karina bertekad untuk memfokuskan diri pada karirnya. Namun, nasib memiliki rencana lain.
Karina dipertemukan kembali dengan Zaian, pria yang dulu jatuh cinta padanya dan kini telah bertransformasi menjadi seorang CEO sukses di tempat Karina bekerja. Pertemuan itu membuka kembali kenangan lama dan memicu konflik batin yang mengguncang hati Karina.
Apakah Karina akan memberi kesempatan kedua pada cinta atau memilih untuk mempertahankan kemandirian yang telah diraihnya dengan susah payah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsiana 97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14
Di pagi hari yang cerah karin memulai aktivitasnya berangkat kerja seperti biasa, kali ini karin sudah siap menghadapi segala rintangan yang ada entah dalam pekerjaan mau pun dalam percintaannya.
Ia bertekad akan memperjuangkan cintanya, sudah cukup ia selalu mengalah. Dengan penuh semangat ia melangkah menuju tempat kerjanya.
Setibanya karin di perusahaan, karin di sambut oleh Nita yang datang menghampirinya.
"Rin kamu habis sakit yah?" Tanya Nita yang penasaran mengapa karin tidak datang bekerja kemarin.
"Engga kok, aku cuma lagi mau istirahat dulu aja sehari," Jelas karin.
"Oh gitu, kamu tahu gak. Kemarin itu pak Zaian kaya orang yang lagi cari sesuatu, dia kalang kabut gitu." Sahut Nita menjelaskan.
"Emang dia cari apa?" Tanya karin yang pura-pura tidak tahu. Padahal ia tahu jika dirinya lah yang membuat Zaian seperti itu.
"Entahlah, oh iya makan siang nanti kita makan direstoran yang biasa kita makan yah nanti aku traktir," Sahut Nita mengajak karin.
"Ok sip."
Percakapan itu pun berakhir dengan karin yang berjalan menuju ruangannya, saat tiba didepan pintu ruangannya. Karin membuka pintu ruangannya dan berjalan menuju meja kerjanya, saat sedang berjalan karin di buat kaget dengan seseorang yang memeluk pinggangnya dari belakang.
Dengan reflek karin berbalik dan memukul orang itu menggunakan tas miliknya.
"Karin ini aku!" Sahut orang itu yang tidak lain adalah Zaian.
"Zaian, Kamu apa-apaan sih kalau ada yang lihat gimana!"
"Aku rindu banget sama kamu," Ucap Zaian sambil kembali memeluk karin namun karin buru-buru menghindar, takut jika ada yang masuk dan melihat mereka.
"Zaian please, jangan kaya gitu kita lagi di kantor," Sahut karin berusaha menghindari zaian.
"Artinya kalau gak di kantor boleh dong," Ucap Zaian sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda karin.
"Kamu yah, sejak kapan sih kamu pintar ngerayu gini," Sahut karin sambil mencubit pelan perut Zaian.
Zaian hanya tersenyum mendengarnya. "Kamu kembali sana ke ruang kamu."
"Tapi siang nanti kita makan bareng yah?" Ajak zaian dengan manja.
"Engga bisa aku udah ada janji sama Nita," Tolak karin
"Gimana kalau kita diner aja," Sahut Zaian
"Terserah kamu aja deh."
"Ok bentar malam aku jemput kamu yah," Ucap Zaian sambil berjalan keluar dari ruangan karin.
Karin yang melihat kelakuan Zaian hanya bisa geleng-geleng kepala, namun dalam hatinya merasa bahagia melihat pria yang ia cintai begitu manja padanya. Tidak seperti Ryan yang hanya bisa membentang dan mencacinya saja.
"Karin kamu harus belajar memperjuangkan cinta mu," Sahut karin menasehati dirinya sendiri.
Karin pun kembali bekerja seperti biasa, ia mengerjakan semua pekerjaannya yang tertunda karena ia tidak masuk kerja kemarin.
Setelah seharian bergelut dengan dokumen, waktu sudah menunjukkan jam istrahat. Karin mulai merapikan kembali semua berkas-berkas itu dan keluar menuju meja kerja Nita untuk mengajaknya makan siang bersama.
Melihat karin yang berjalan kearahnya, Nita juga segera bersiap. "Yuk!" Sahut karin.
"Ok," Sahut Nita
Mereka kemudian berjalan menuju lift, setelah sampai di lantai bawah mereka pun pergi ke parkiran. Saat mobil yang mereka gunakan keluar dari halaman kantor, dari kejauhan terlihat ada sebuah mobil yang juga melaju mengikuti mereka.
Setelah mereka tiba di restoran, mereka masuk dan duduk tanpa mereka sadari orang yang mengikuti mereka sedari tadi juga berjalan masuk di dalam restoran. Orang itu datang dan menhampiri mereka yang sedang mengobrol.
"He, perempuan mu*ahan!" Ujar orang itu sambil menyiratkan air minum ketubuh karin, yang tidak lain adalah Raysa.
"Hei, apa-apaan ini!" Sahut Nita yang geram dengan Raysa yang tiba-tiba menyiram karin.
"Tanya sama teman kamu ini apa yang sudah dia lakukan sampai saya berbuat seperti ini," Ujar Raysa kepada Nita.
Karin yang mendengar teriakan Raysa terlihat hanya diam sambil membersihkan pakaiannya. Sedangkan pengunjung yang juga datang untuk makan direstoran itu terlihat menatap mereka.
"Jawab perempuan sialan," Hardik Raysa sambil menarik rambut karin.
Karin yang sudah tidak tahan dengan kelakuan Raysa langsung menangkap tangan Raysa yang menjambak rambutnya, lalu ia meremas tangan Raysa dan mendorongnya.
"Bisa anda jelaskan apa salah saya sampai anda bersikap segila ini kepada saya?" Sahut karin terlihat tenang menghadapi Raysa.
"Dasar kamu perempuan ja*ang tidak tahu diri! Kamu sudah merayu tunangan aku terus dengan tidak tahu diri kamu bertanya seperti itu!" Hardik Raysa.
"Apakah anda punya bukti jika saya telah meraju tunangan anda."
"Jadi sekarang kamu sudah berani melawan karena kamu sudah menjadi simpan tunangan ku kan, tapi kamu tunggu saja aku akan hancur kesombongan mu itu."
"Maaf sebelumnya Sa mau menjelaskan, saya tidak pernah menjadi simpanan siapa pun dan saya tidak akan pernah merayu pria untuk bersama saya apa lagi dengan mengandalkan keluarga agar bisa mendapatkan status nyonya, maaf saya tidak semurahan itu," Sahut karin membuat Raysa semakin geram di buatnya.
"Kamu!" Ucap Raysa yang ingin menampar karin, namun karin menahan tamparan itu lalu menampar balik Raysa.
Mata Raysa membulat sempurna karena ini sudah kedua kalinya karin berani menamparnya, Raysa yang merasa malu karena menjadi bahan tontonan orang-orang langsung bergegas pergi dari tempat itu.
Setelah kepergian Raysa Nita yang penasaran pun bertanya apa sebenarnya yang terjadi, namun karin tidak ingin membahas masalah itu. Mereka pun kembali melanjutkan makan siangnya.
Sesudah makan siang mereka pun kembali kekantor, saat sudah berada di ruangannya karin termenung sesaat memikirkan berbagai masalah yang ia alami. Tanpa ia sadari Zaian sedang menatapnya dari kaca dua arah yang sudah ia pasang sebelumnya di ruangan itu.
Saat sedang asik menatap karin ia di buat kaget dengan kedatangan Dion yang hendak melaporkan sesuatu, melihat itu ia buru-buru memencet tombol yang seketika menutup kaca itu.
"Ada hal penting apa?" Tanya Zaian
"Orang yang tuan suruh untuk menjaga nona karin dari kejauhan melaporkan, jika tadi nona Raysa datang di restoran tempat nona karin makan siang dan membuat keributan," Lapor Dion.
"Apa! Lalu ap yang terjadi selanjutnya?" Tanya Zaian penasaran
"Tapi nona karin bisa mengatasinya, bahkan nona karin menampar nona Raysa."
Mendengar itu Zaian merasa lega. "Ok kamu bisa kembali."
'Pantas saja dia terlihat murung,' batin Zaian
Zaian mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Hallo, buat agar kedua keluarga bisa bertemu malam ini. Aku akan segera mengumumkan pembatalan," Sahut Zaian memberi perintah orang yang ada diseberang sana.
Setelah mematikan telfonnya Zaian duduk sambil menarik nafas panjang.
Malam hari karin sudah selesai bersiap untuk pergi makan malam bersama Zaian, 15 menit menunggu Zaian belum juga datang dan belum juga menghubungi karin.
Setelah 1 jam menunggu, akhirnya karin memberanikan diri menghubungi Zaian. Namun yang mengangkat telfon karin bukan Zaian melainkan Dion. "Hallo," Sahut karin.
"Maaf nona karin, tuan Zaian tidak bisa hadir malam ini karena ada masalah yang harus tuan Zaian selesaikan terlebih dahulu," Sahut Dion menjelaskan kendala Zaian.
"Oh iya baik, beritahu dia lain waktu saja kita pergi," Ucap karin memahami kesibukan Zaian.
Karin pun menutup telfonnya, sedangkan dilain sisi ada Zaian yang sedang berhadapan dengan kedua keluarga yaitu keluarga Zaian dan keluarga Raysa.
Kali ini Ryan yang sebagai kakak Raysa juga ikut hadir di sana, saat Zaian keluar betapa terkejutnya Ryan mengetahui jika pria yang mencintai karin adalah orang yang sama dengan tunangan adiknya.
Ryan hanya terdiam ia tidak tahu harus berkata apa, sedangkan Zaian yang baru saja keluar hanya melirik acuh kepada Ryan.
Setelah kedua anggota keluarga berkumpul, mereka pun mulai makan malam terlebih dahulu. Zaian sengaja mengundang mereka makan malam terlebih dahulu setelah itu baru membicarakan masalah pembatalan pertunangan.
Makan malam itu pun berlangsung tenang, terkadang aya dan ibu Raysa bertanya kepada Zaian kapan akan melaksanakan pernikahan namun Zaian hanya diam tak ingin menjawab.
Setelah makan malam itu selesai mereka kemudian berkumpul di ruang keluarga, saat yang di nanti-nanti pun tiba.
"Perhatian! Saya mau membicarakan sesuatu yang penting," Sahut Zaian membuat seluruh anggota keluarga memperhatikannya.
Mereka semua penasaran dengan apa yang akan ia katakan.
"Saya Zaian Glen Elson membatalkan pertunangan saya dengan Raysa Clarkson," Ucap Zaian membuat Raysa, Ryan, juga ibu dan ayahnya kaget tak percaya dengan apa yang Zaian sampaikan.
"Engga kamu engga bisa kaya gini sama aku," Sahut Raysa yang tak percaya mimpinya menjadi nyonya Zaian gagal.
"Dulu aku terpaksa menerima pertunangan ini, sekarang aku tidak ingin menjalani hubungan ini lagi. Karena hubungan ini aku jalani dengan terpaksa dan juga penuh paksaan dari orang tua ku."
"Tapi nak semua kolega kita sudah mengetahui pertunangan ini, dan mereka menunggu kamu menikahi Raysa iyakan jeng," Sahut ibu Ryan merayu ibu Zaian berusaha mendapatkan kembali hati keluarga itu.
"Maaf Bu niken, kali ini saya sudah tidak bisa mencampuri urusan anak saya," Ujar ibu Zaian.
"Lalu bagaimana dengan Raysa, dia pasti akan menanggung malu karena pertunangan ini di batalkan," Protes ayah Ryan.
"Sebelumnya saya tidak pernah meminta anak anda bertunangan dengan anak saya, tapi kalian sendiri yang menyodorkan anak kalian agar menjadi pasangan anak saya dan pada akhirnya istri saya menyetujuinya tapi saya tidak pernah setuju dengan hubungan ini," Jelas ayah Zaian.
"Keputusan Saya sudah bulat dan saya tidak akan merubah keputusan itu, ada pun masalah pernikahan. Saya pasti akan menikah tapi bukan dengan Raysa," Sahut Zaian sambil berjalan pergi meninggalkan tempat itu.
Sedangkan Raysa yang mendengar keputusan mutlak dari Zaian hanya bisa terduduk lemah, pikirannya mulai bercampur aduk ada rasa kecewa, sedih, marah. Dan semua kemarahannya itu ia limpahkan kepada Karin.
Karena menurutnya karin lah yang merayu Zaian sampai berpaling darinya dan akhirnya membatalkan pertunangan itu.
Dengan penuh amarah Raysa keluar dari rumah Zaian tanpa pamit kepada orang tua Zaian, ia masuk kedalam mobilnya dan melaju menuju rumah karin.
Amarah yang Raysa rasakan membuat ia tidak terkontrol lagi, sesampainya Raysa di depan rumah karin. Ia turun dari mobilnya dengan menggenggam sebuah pisau lipat di tangannya.
Raysa menekan bel rumah karin terus menerus, sehingga karin yang mendengar suara bel pintu penasaran siapa yang datang, saat hendak membuka pintu rumah tiba-tiba karin berhenti ia merasa ragu untuk membuka pintu rumah itu.
Ia kemudian melihat siapa yang datang melalui lobang kecil yang ada dipintu. Karin dibuat heran karena yang ada didepan pintu adalah Raysa yang sedang marah besar.
Karin agak sedikit takut melihat Raysa yang sepertinya sedang marah itu, apa lagi saat ini ia hanya sendiri didalam rumah karena kaysan sedang keluar bertemu bella. Karena panik karin pun menghubungi Zaian.
"Hallo Zaian, kamu bisa kerumah aku sekarang. Soalnya ada Raysa didepan pintu rumah aku dan dia kayanya terlihat sedang marah," Sahut karin memohon kepada Zaian.
"Tunggu aku, kamu jangan buka pintu sampai aku datang."
Sepuluh menit menunggu Zaian pun tiba didepan rumah karin, Raysa yang melihat kedatangan Zaian semakin marah, pasalnya ia tahu jika karin lah yang menghubungi Zaian.
Karin yang tahu jika Zaian telah tiba langsung buru-buru membuka pintu rumah, saat pintu rumah terbuka Raysa menoleh dan hendak menusukkan pisau ketubuh karin Zaian yang melihat itu langsung berlari dan menendang pisau yang ada ditangan Raysa.