“Glady, tolong gantikan peran kakakmu ! “ ujar seorang pria paruh baya tegas kepada putri semata wayangnya.
Glady Syakura, berusia 17 tahun harus menggantikan peran kakak angkatnya yang pergi begitu saja setelah menikah dan melahirkan kedua anaknya.
“Peran kakak ? “ tanya Glady bingung yang saat itu hanya tahu jika dirinya hanya membantu kakaknya untuk mengurus Gabriella yang berusia 6 bulan dan Gabriel yang berusia 4 tahun.
***
“APA ?! KAMU INGIN BERCERAI DENGANKU DAN MENINGGALKAN KEDUA ANAK KITA ?! “ teriak seorang pria tampan menggelegar di seluruh ruangan. Saat istrinya menggugat dirinya dengan alasan yang tak masuk akal.
“KAMU AKAN MENYESAL DENGAN PERBUATANMU, PATRICIA ! “
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keinginan Gabriel
Gelora tidak pernah menyangka bahwa suatu pagi dia akan terbangun dengan perasaan campur aduk setelah melihat video dan rekaman yang kini viral di media sosial. Video itu menampilkan mantan kakak iparnya, Patricia, dengan wajah yang benar-benar berbeda dari yang ia kenal selama ini. Gelora masih tidak percaya jika wanita yang selalu tampak baik dan ramah ternyata menyimpan niat jahat yang begitu dalam.
“Haahh, bahkan aku berpikir Ladylah yang salah, tapi ternyata dia hanyalah korban dari kakaknya. Dan astagaaaa, aku baru tahu jika mereka hanyalah saudara tiri. Apa abang tau ? “ tanya Gelora dengan wajah yang masih tak percaya dengan video yang sedang dia lihat sekarang.
“Apa sebenarnya abang tahu jika Lady bukan adik Kak Cia sehingga dia tidak keberatan Lady tinggal disini ? “
Gelora memeriksa video itu berkali-kali, mencoba mencari celah yang bisa menjelaskan bahwa ini semua salah paham. Namun, semakin sering dia menontonnya, semakin jelas bahwa Patricia memang terlibat dalam rencana licik untuk merusak nama baik Glady. Rasa kesal dan marah memenuhi hati Gelora, tetapi ada juga kepuasan tersendiri melihat bagaimana kejahatan Patricia akhirnya terungkap.
Di tengah kemarahan itu, Gelora teringat pada curhatan keponakannya, Gabriel, yang pernah dengan polosnya berkata ingin melihat Glady dan Gama menikah. "Bibi Lola , Gabli ingin punya bunda yang sesungguhnya," kata Gabriel suatu waktu, membuat Gelora tersenyum kecil saat mengingatnya. Dia tahu, Gabriel merindukan sosok ibu yang utuh, dan bagi Gelora, Glady adalah pilihan yang tepat.
“Bunda yang seperti apa ? “ tanya Gelora lembut sesekali mengusap peluh yang membasahi wajah keponakannya.
“Cepelti bunda Ladyboy ! “ sahut Gabriel pelan sambil menikmati usapan bibinya yang terasa lembut.
“Ladyboy ? “ tanya Gelora memastikan pendengarannya, dia tahu maksud Gabriel adalah Glady. Tapi dia heran mengapa keponakannya selalu memanggil Lady dengan panggilan Ladyboy.
Gabriel mengangguk, “ bunda selalu mempelhatikan Gabli, bahkan saat Gabli dan adek sakit, Bunda Lady yang ulus.” kata Gabriel membuat Gelora sedikit kaget.
“Mommy Cia nggak urus Gabri sama Ella ? “ tanya Gelora saat itu. Gabriel menggeleng. “Mommy nda pelnah, cuma capel doang telus anakna dibalikin lagi ke bunda. “
“Gabli melasa, bunda ladyboy ibu kandung Gabli. Kalna bunda celalu ada untuk Gabli dan adek.. “
Lalu, Gabriel menceritakan apa yang ia rasakan saat dulu tinggal bersama kakek dan neneknya. Dia juga menceritakan bagaimana kakeknya melindungi bundanya dari kekejaman neneknya. Tidak semua orang tahu dengan apa yang dilakukan Denis saat melindungi Glady.
Maka dari itu dia mengusulkan agar putri kandungnya menggantikan peran kakak angkatnya untuk menikah dengan Gama, agar suatu saat nanti putrinya itu mendapatkan tempat perlindungan karena dirinya tidak bisa lagi, Denis juga tahu selama ini dirinya sudah diracuni oleh istri kertasnya.
Gelora mendadak diam dia juga memikirkan keponakannya, Gabriella yang hampir menginjak usia satu tahun, Gelora semakin yakin bahwa Glady adalah orang yang tepat untuk abangnya. Keyakinan ini mengubah sikapnya yang selama ini terlihat memusuhi Glady. Kini, Gelora kembali menjadi pribadi yang ramah, seperti dulu sebelum semua kekacauan ini terjadi. Perubahan sikapnya tentu saja menarik perhatian orang-orang di rumah, membuat mereka heran melihat Gelora yang tiba-tiba menjadi begitu bersahabat dengan Glady.
“Dad, anak kita. Kesetrum apa ya otaknya bisa sinkron dengan hati dan pikirannya ? “ bisik Ganesha kepada suaminya.
“Entahlah, mom. Biarkan saja, setidaknya Lady saat ini sudah bisa tenang melakukan kegiatannya.. “ balas Geon berbisik.
Namun, bagi Gelora, ini adalah langkah yang sudah seharusnya ia ambil. Apapun yang terjadi di masa lalu, sekarang yang paling penting adalah memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dan mendukung Glady, yang tidak lain adalah bagian dari keluarganya sendiri.
*
*
*
*
*
Patricia dan Lediana tampak marah besar setelah Ketua RT dan warga akhirnya bubar, meninggalkan rumah mereka yang sebelumnya menjadi pusat perhatian seluruh lingkungan. Wajah Patricia memerah, matanya berkilat dengan amarah yang tak tertahankan. Sementara itu, Lediana tidak kalah geram, mengepalkan tangan dengan kuat seolah siap meledak kapan saja.
"Ini semua tidak akan terjadi kalau mama tidak ceroboh!" seru Patricia dengan suara yang bergetar penuh kemarahan, matanya menatap tajam ke arah ibunya. "Sekarang lihat apa yang sudah mama buat ! "
Lediana balas menatapnya dengan pandangan yang sama tajamnya. "Kau berani menyalahkan aku? Ini semua karena kau dan mulutmu yang tak bisa diam! Kau pikir dengan bicara seenaknya akan membuat keadaan jadi lebih baik?"
Jonathan, yang sejak tadi diam di sudut ruangan, merasa kepalanya semakin berat mendengar pertengkaran antara istrinya dan mertuanya. Pria itu sudah terlalu pusing dengan drama yang terus terjadi di rumah ini. Tidak ada hari tanpa ketegangan atau masalah baru yang muncul.
“Aku tidak tahan lagi dengan ini semua,” gumam Jonathan, lebih pada dirinya sendiri. Dia meraih ponselnya, memeriksa pesan dari orang tuanya yang terus-terusan menanyakan kapan dia akan kembali ke luar negeri. Ibunya juga tak henti-hentinya mendorong perjodohan yang sudah diatur, meskipun dia tahu betapa Jonathan mencintai Patricia.
“Aku mencintainya, Mi. Kenapa kalian tak bisa memahami itu?” Jonathan berbicara dengan nada putus asa, mengingat percakapannya dengan sang ibu beberapa hari yang lalu. Namun, keinginan maminya tidak bisa diganggu gugat, dan yang lebih menyebalkan, papinya selalu mendukung keputusan istrinya tanpa ragu. Jonathan merasa terjebak antara dua dunia; cinta yang dia miliki untuk Patricia dan tekanan keluarganya yang terus menuntutnya kembali ke kehidupan lama mereka di luar negeri.
Di tengah kekalutannya, Jonathan hanya bisa memijit pelipisnya, mencoba meredakan sakit kepala yang mulai menyerang. Dia sangat ingin melarikan diri dari semua ini, mungkin kembali ke luar negeri dan menjauh dari kekacauan yang dibuat oleh istri dan mertuanya.
“Jonathan! Kau dengar aku?” suara Patricia yang melengking membuat Jonathan tersentak kembali ke kenyataan. “Kita harus melakukan sesuatu! Kita tidak bisa membiarkan mereka lolos begitu saja!”
Jonathan menatap Patricia yang tampak panik dan marah. Sekilas, dia merasa kasihan pada istrinya, tetapi dia juga tahu bahwa ini semua adalah akibat dari tindakan ceroboh mereka sendiri. “Aku akan mengurus semuanya, tapi setelah itu, aku harus kembali ke luar negeri. Aku tidak bisa terus-terusan tinggal di sini dengan semua masalah ini.”
Patricia terdiam, terkejut mendengar keputusan suaminya. Dia tahu betapa Jonathan mencintainya, tetapi dia juga tahu bahwa tekanan dari orang tua Jonathan bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng.
Di sisi lain, Lediana yang sudah tahu bahwa Junik adalah dalang di balik penyebaran video dan rekaman itu, langsung bergegas keluar rumah, meninggalkan Jonathan dan Patricia yang masih dalam keadaan bingung.
“Aku akan ke rumah Junik!” teriak Lediana dengan penuh kemarahan. Patricia yang melihat ibunya bergegas pergi, segera mengikuti tanpa banyak berpikir. Mereka berdua berjalan cepat menuju rumah Junik, niat mereka hanya satu: melabrak pria yang telah merusak reputasi mereka.
Namun, saat mereka tiba di depan rumah Junik dan mulai memaki-maki, Junik hanya menatap mereka dari layar CCTV rumahnya. Wajahnya penuh dengan senyuman licik saat melihat kedua wanita itu berteriak-teriak penuh kemarahan di depan rumahnya. Sesekali, dia tertawa kecil, menikmati drama yang tercipta dari tindakan yang telah ia rencanakan dengan matang.
Lediana terus mengeluarkan sumpah serapah, bahkan sesekali menggedor pintu rumah Junik, berharap selebjin itu akan keluar dan menemuinya. Tapi yang dilihatnya hanya bayangan dari layar yang terpasang di pintu.
Patricia tidak mau kalah, ikut memaki-maki Junik dengan berbagai kata kasar yang keluar dari mulutnya tanpa terkendali. “Kau pikir kau bisa lolos dari semua ini, Junik? Kami akan membalasmu! Kau tak akan bisa tidur nyenyak setelah ini!”
Junik yang mendengar semua itu hanya tertawa makin keras. Bagi Junik, ini adalah pertunjukan yang sangat menghibur. Dia tahu bahwa sekarang, posisi mereka berada di atas angin, dan tidak ada yang bisa dilakukan Patricia atau Lediana untuk membalikkan keadaan. Setiap kali Lediana atau Patricia berteriak, Junik hanya menambah volume tawa dalam hati, merasa puas dengan hasil dari rencana yang telah ia eksekusi dengan sempurna.
Di balik layar, di tempat lain, ada dua sosok yang juga menikmati drama ini. Geon dan Gama, ayah dan anak itu, menonton adegan tersebut dari jauh dengan perasaan lega. Mereka tahu, ini baru permulaan dari kejatuhan yang akan dialami Patricia dan keluarganya. Gama, yang dulunya begitu terluka karena ulah mantan istrinya itu, kini merasa mendapat keadilan. Dan bagi Geon, ini adalah balasan yang pantas bagi mereka yang telah merusak kedamaian keluarganya.
“Sudah saatnya mereka merasakan apa yang selama ini mereka perbuat,” kata Geon dengan nada puas, menatap layar di hadapannya. Gama mengangguk setuju, merasakan ketenangan yang sudah lama tidak ia rasakan. Bagi mereka, ini adalah langkah pertama menuju akhir dari semua penderitaan yang pernah mereka alami akibat perbuatan Patricia dan Lediana.
“Jadi, segera tentukan tanggal pernikahan kalian ! “ seru Geon sebelum meninggalkan putranya yang terkejut.