Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gaduh
Pak Maryono yang sedang menyesap kopi panasnya pun terkejut, ia menyemburkan air kopi dari mulutnya kemudian menatap Cahaya.
"Aduh Neng ngagetin aja," Ucap Pak Maryono.
"Cepetan Pak..!" Desak Yaya menarik tangan Maryono agar segera bangkit dari duduknya.
Maryono lantas berdiri dengan tangan sebelahnya menyambar kunci mobi, Cahaya khawatir Bima kenapa-napa begitu mendapat kabar dari guru Bima. Mobil sudah di nyalakan, Cahaya duduk di samping Paka Maryono dengan perasaan gelisah dan meminta sang supir untuk cepat melajukan mobilnya. Satpam rumah membukakan pintu gerbang, mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.
*
*
Sementara itu, di ruang guru ada sekitar 4 orang anak lelaki dengan penampilan acak-acakan tengah menunggu orangtuanya datang.
Bima diam memisahkan diri, saat ini dia sangat butuh Cahaya di sampingnya.
"Bisa kalian jelaskan apa yang sudah terjadi? Kenapa kalian bertengkar saat Miss keluar dari kelas?" Tanya Miss Novi dengan lembut sambil berjongkok menatap keempatnya secara bergantian.
"Mereka yang nakal Miss, padahal Bima tadi sedang melukis bersama Elena, tapi mereka merobek kertas mewarnai Bima dan mengatai Bima anak yatim." Jawab Bima mengatakan apa yang terjadi.
"Apa benar seperti itu?" Tanya Miss Novi kearah tiga bocah yang sudah membentuk satu geng itu.
"Enggak Miss..! Bima duluan yang dorong Aiden, kita berdua cuman menolong Aiden biar gak jatuh, Bima yang nakal Miss."Kilah Javen berbohong.
Bima menyangkal semua ucapan Javen, dia marah karena Javen berbicara bohong kapada gurunya. Tidak akan ada asap kalau tidak ada api, Bima mengatakan pada Miss Novi bahwasannya Aiden dan kawannya itu meledek dirinya yang tidak punya ibu serta mengolok-olok Bima. Walaupun mereka masih berumur 6 tahun, ucapan mereka semua layaknya orang dewasa karena apa yang mereka ucapa adalah apa yang mereka dengar dari orangtuanya. Ingat..! Anak adalah peniru ulung, mereka akan meniru apa yang di lakukan oleh orangtuanya, memang tidak semua anak berlaku seperti Aiden, tetapi ada beberapa anak yang memang menerapkan apa yang di lakukan oleh orangtuanya itu tergantung dari merekanya sendiri.
"Aiden..!" Ibu Aiden yang berpenampilan glamour dengan sepatu hak tinggi mencolok segera memanggil putranya.
Aiden menghambur ke pelukan ibunya, Ibu Aiden berjongkok memeriksa tubuh putranya takutnya ada yang terluka, ternyata ada sedikit luka cakar di wajahnya.
Bima dan Aiden bertengkar di kelas, awal mulanya adalah Aiden yang merobek kertas Bima yang sedang menggambar bersama Elena. Bima yang melawan 3 anak sekaligus, wajahnya banyak cakaran dan ujung bibirnya robek karena Javen memukulnya dengan botol minum miliknya.
"Huaaa... Anakku terluka..!" Ibu Aiden pun menatap Bima dengan sengit.
"Kau lagi, kau lagi...! Berani sekali kau melukai putraku, hah.!" Ibu Aiden menjewer telinga Bima sampai Bima merintih kesakitan, kali ini dia menangis sambil berusaha melepaskan tangan Ibu Aiden dari telinganya.
"Sakit, lepas .. Huhu.." Bima kesakitan sampai telinga yang di tarik itu memerah.
"HEI, LEPASKAN DEN BIMA..!" Teriak Cahaya segera berlari kearah Bima, dia melepaskan tangan Ibu Aiden secara paksa dan menatapnya dengan tajam.
Cahaya segera memeluk tubuh Bima. Dia memeriksa luka di wajah Bima, hati Cahaya begitu sakit menatap anak asuhnya yang malang.
"Maaf, mbak terlambat." Ucap Cahaya penuh penyesalan.
"Mbak, sakit.." Rintih Bima sambil menangis pilu. Cahaya mengusap punggung Bima, menenangkannya suapaya tangisannya juga mereda.
Ada dua Ibu juga yang datang, mereka adalah Ibu Javen dan Naren. Mereka berdua juga mendapat panggilan dari miss Novi selaku penanggung jawab kelas Bima, keduanya pun memeriksa anaknya yang katanya berantem.
"Miss, mending miss keluarin aja si Bima dari sekolah, lama-lama saya jengkel dengan kelakuannya yang bikin anak saya terluka. Sebagai orangtua saya tidak terima!" Ibu Javen menyeru dengan wajah marah, setiap kali di panggil pasti anaknya berkelahi dengan Bima.
"Ibu-ibu semuanya, mohon tenang ya.. Kita bisa bicarakan ini semua dengan cara baik-baik," Ucap Miss Novi.
"Halaahhh, dengan cara baik gimana? Mosok anak saya harus terluka parah dulu toh, baru si Bima anak bandel itu di keluarin dari sekolah?" Timpal Ibu Naren tak terima.
"Tuh denger, mending si Bima keluar aja dari sekolah ini. Daripada makan korban terus, bilangin sama majikan kamu atau siapapun itu, identitas Bima yang gak jelas ini mending pindah atau keluar sekalian...!" Ucap Ibu Aiden pada Cahaya.
Cahaya melepas pelukannya, dia berdiri dan berbalik menatap Ibu Aiden yang menatapnya dengan jijik.
"Apakah Anda tidak bisa melihat kalau bukan anak kalian saja yang terluka, Den Bima justru lebih parah lukanya dan saya yakin anak-anak kalian pelakunya." Ucap Cahaya tidak terima.
Miss Novi mengajak para wali murid untuk duduk, akan tetapi mereka menolaknya kecuali Cahaya yang duduk bersama Bima.
"Pokoknya, kalau Bima gak di keluarin dari sekolah ini, biar saya tuntut..! Suami saya kan kepala polisi, dengan mudah saya akan berikan surat tuntutan untuk sekolah ini." Ancam Ibu Javen.
Bima menjelaskan kepada Cahaya bahwa dirinya tak bersalah, dengan kesabaran dan juga dengan cermat Cahaya menyimak apa yang di ceritakan oleh Bima.
"Saya mohon, Nyonya. Tolong jangan bawa masalah ini ke jalur hukum, kita bisa bicarakan semuanya baik-baik. Kepala sekolah juga sedang dalam perjalanan menuju kesini, saya mohon kerjasamanya." Ucap Miss Novi.
"Yang salah anak kalian, tapi kenapa yang di sudutkan hanya Den Bima?!" Suara Cahaya naik satu oktaf, dia heran kenapa ibu-ibu itu selalu saja mengusik Bima yang sudah jelas tidak bersalah. Seorang anak itu wajar bukan mempertahankan apa yang menjadi miliknya, tapi kenapa seolah Bima adalah anak yang selalu salah di mata mereka.
"Berani kamu ya, hah! Jelas anak bandel itu yang salah," Ucap Ibu Aiden.
"Apa salah Bima sama kalian, hanya karena gak pernah diantar orangtuanya kalian menilanya dengan sebelah mata. Kalau anak kalian ada di posisi Bima, apa kalian juga akan terima, hah!" Cahaya tak gentar membela anak asuhnya, dia juga ingin tahu mengapa diantara yang lainnya ketiga ibu-ibu itu saja yang selalu saja menggunjing, mengusik, bahkan mengatai Bima sampai di tiru anak-anaknya.
Cahaya yang sudah tak menahan amarahnya pun sampai berdiri, bagaimana bisa ada seorang ibu berlaku demikian.
"Siapa kamu? Beraninya menceramahi kami." Ibu Aiden mendorong tubuh Cahaya sampai hampir oleng, Cahaya menepis tangan ibu Aiden yang hendak mendorong kembali tubuhnya.
Keduanya pun memancarkan aura permusuhan, ibu Aiden yang tak suka melihat Cahaya sok berani di hadapannya pun menjambak rambut Cahaya. Suasana pun menjadi gaduh, Miss Novi berusaha melerai keduanya karena guru yang lainnya masih ada kelas masing-masing, kepala sekolah pun tengah ada urusan dan masih dalam perjalanan.
waaaaaaaah kira2 gimana y reaksi Mak lampir th lakinya udah buntingin calon mantu idaman???🤔🤔🤔🤪