Terjebak menikah dengan seseorang yang tidak pernah diinginkan adalah sebuah musibah besar, terlebih jika keduanya mempunyai latar belakang sosial yang berbeda. Tak ada cinta tapi harus hidup seatap adalah hal yang harus dilakoni Marvin Andrian dan Malena Rachman.
"Terang saja Miss mau menikah denganku karena aku ini siswa terpopuler di sekolah!" Marvin Andrian.
"Meskipun aku dapat predikat perawan tua, aku juga tidak ingin sembarang menikah, apalagi dengan anak ingusan seperti kamu!" Malena Rachman.
Mampukah mereka hidup bersama meskipun tanpa ada cinta diantara mereka berdua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Siapa Takut?
Hari kedua ujian.
Malena mondar-mandir di dalam ruangan ujian itu dengan perasaan yang sangat khawatir. Tak berhenti ia melihat penanda waktu mungil yang melingkar di pergelangan tangannya untuk melihat jarum jam yang bergerak semakin cepat.
Sudah belasan menit ujian berlangsung tapi Marvin belum juga datang. Peserta ujian yang lain bahkan sudah menjawab lebih dari sepuluh soal matematika yang terbilang hots.
Guru berkacamata itu sudah mencoba menghubungi sang siswa tapi operator selalu menjawab kalau nomornya itu berada di luar jangkauan.
Semalam pun seperti itu, Malena menghubungi pria itu karena sangat kangen dan juga ingin meminta maaf, tapi juga tidak aktif. Ia pikir, mungkin karena Marvin sedang sibuk belajar hingga pesan dan panggilannya tak dijawab.
Menghela nafasnya berat ia pun duduk kembali di samping Yusran, partnernya mengawas sampai lima hari kedepan.
"Gak bisa terhubung ya Miss?" tanya guru pria itu seraya memandang Malena.
"Gak bisa pak. Saya kok jadi khawatir ya, jangan-jangan terjadi sesuatu pada Marvin."
"Ah semoga saja anak itu baik-baik saja Miss, meskipun saya juga cukup khawatir sih." Yusran juga menunjukkan wajah khawatirnya pada siswa andalannya itu di bidang Fisika.
Malena semakin galau. Ibu jarinya kembali membuka kontak Marvin dan memandang foto profil pria itu yang sedang duduk menikmati secangkir kopi di depan danau Toba.
Kemana kamu Vin, apa kamu ngambek sama aku?
"Coba hubungi pak ketua yayasan atau orang yang ada di rumahnya Miss, pasti mereka tahu kenapa Marvin belum juga sampai di sekolah," usul Yusran.
"Ah iya ya pak. Saya lupa," senyum Malena seraya mencari nomor Martin sang kakak ipar. Ia pun berharap semoga dokter itu memberikan informasi tentang Marvin yang belum datang juga di sekolah.
Malena pun keluar dari ruangan ujian itu untuk menelpon agar tidak menggangu peserta ujian yang sedang berkonsentrasi dengan soal-soal dihadapan mereka.
"Assalamualaikum dokter," ucap Malena tersenyum, seolah-olah pria itu bisa melihatnya.
"Waalaikumussalam Miss." Martin menjawab dengan suara yang cukup ceria.
"Maaf mau nanya dokter, Marvin kok belum masuk sekolah ya?"
"Ah, iyyakah? Maaf Miss, saya juga tidak tahu. Sekarang ini saya ada di rumah sakit karena ada operasi yang harus saya kerjakan," jawab Martin dari seberang sana.
"Ah iya, terimakasih banyak dokter. Saya akan coba hubungi nomornya lagi, maaf karena saya sudah mengganggu dokter," ucap Malena tak nyaman karena sudah mengganggu kesibukan pria itu.
"Gak apa-apa. Bentar saya hubungi Bik Nisa ya Miss, siapa tahu anak itu masih ketiduran karena kemarin lagi sakit."
"Oh! Sakit?" Malena tercekat kaget. Ia jadi semakin khawatir saja mendengar kalau Marvin ternyata sakit beneran.
"Mama dan papa kebetulan lagi gak ada di rumah sih sejak kemarin. Saya pun belum pulang jadi gak begitu tahu keadaan rumah apalagi keadaan Marvin," jelas Martin panjang kali lebar.
"Baik pak dokter, saya harap Marvin tidak kenapa-kenapa dan bisa mengikuti mata ujian yang kedua ini, assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." Martin menutup percakapan itu dengan senyum diwajahnya. Hatinya sangat senang karena bisa mendengar suara wanita itu lagi.
Ah, Malena memang adalah guru yang sangat baik dan perhatian pada seluruh siswanya, ucap Marthin dalam hati. Dadanya pun berdebar karena semakin yakin kalau wanita itu sangat cocok mendampinginya mengarungi sisa usianya ini.
Pria itu pun mematikan pesawat handphonenya karena sebentar lagi akan memasuki ruangan operasi.
Sementara itu, di tempat yang lain, Malena merasakan dadanya sesak. Ia menyimpan kembali handphonenya ke dalam tas kecilnya dengan perasaan yang bertambah khawatir.
Kemarin, Marvin mengeluh sakit tapi ia tak perduli.
Dan sekarang...
Oh tidak, wanita itu menggelengkan kepalanya untuk mengusir persangkaan yang tidak-tidak yang tiba-tiba muncul di dalam otak kecilnya.
"Semoga kamu baik-baik saja Marvin," gumamnya. Sungguh, ia tak bisa membayangkan kalau sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya itu sedangkan tak ada orang yang mengurusnya di rumah.
Apalagi Indira pernah mengatakan padanya kalau Marvin itu terkadang sangat manja dan juga lebay kalau lagi sakit meskipun ia sudah sebesar itu. Anak itu kadang jadi sangat sensitif dan butuh perhatian lebih.
"Bagaimana Miss?" tanya Yusran yang tiba-tiba saja muncul di hadapan Malena dan membuat wanita berhijab itu tersentak dari lamunannya.
"Bagaimana apanya pak?" Malena balas bertanya bingung.
"Apa kata saudaranya Marvin Miss, waktu sudah hampir habis lho tapi anak itu belum juga datang."
"Katanya sih lagi sakit pak. Mungkin kita bisa memberikan kebijakan agar Marvin mendapatkan waktu untuk melakukan ujian susulan ya pak."
"Ah ya, tentu saja, ujian susulan ada jadwalnya juga kok." Yusran tersenyum kemudian masuk ke dalam ruangan ujian diikuti oleh Malena.
Baru saja mereka masuk, pintu ruangan ujian itu pun diketuk seseorang dari luar.
Tok
Tok
Tok
Perhatian beberapa orang di kelas itu tiba-tiba teralihkan pada suara ketukan di pintu ruangan. Malena yang duduk di dekat pintu langsung berdiri dari duduknya kemudian membuka pintu ruangan itu.
"Marvin?" ucapnya tercekat kaget. Hatinya berubah jadi sangat senang melihat suaminya akhirnya muncul disaat-saat terakhir.
"Bisa saya masuk Miss?" balas Marvin dingin dan tanpa mau melihat wajah Malena seakan mereka tidak saling mengenal.
"Tentu saja, masuklah, waktu hampir selesai." Malena menjawab seraya membuka pintu lebar-lebar agar Marvin yang tampak berbeda itu bisa segera masuk.
"Alhamdulillah. Akhirnya kamu datang Marvin. Silahkan duduk dan kerjakan soalnya," sambut Yusran senang.
Marvin pun membungkukkan badannya sedikit sebagai pertanda hormat. Setelah itu, ia langsung menuju ke arah mejanya untuk mengerjakan soal-soal ujian Matematika.
Malena bernafas lega. Ia sangat senang karena Marvin akhirnya datang dalam keadaan baik-baik saja. Langkahnya ia arahkan ke arah Marvin berpura-pura mengawasi semua peserta ujian padahal ia hanya ingin menyapa sang suami.
Marvin benar-benar serius mengerjakan soal-soal tanpa peduli ada Malena di sampingnya. Sampai ia selesai menjawab 50 nomor soal berlevel hots itu ia samasekali tidak mengeluarkan suara sekecil apapun.
"Udah selesai?" tanya Yusran dengan ekspresi yang sangat tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Udah pak. Maaf saya terlambat," jawab Marvin seraya menundukkan kepalanya.
"Kamu terlambat tapi paling cepat selesai, hebat kamu," senyum Yusran. Pria muda itu memang selalu bangga akan kecerdasan anak siswanya itu.
Marvin balas tersenyum kemudian segera pamit untuk pulang.
Malena sendiri merasa sangat kecewa. Marvin samasekali tidak menyapanya seolah-olah mereka tidak saling kenal.
Hari berikutnya pun seperti itu sampai hari terakhir ujian. Marvin jadi siswa pendiam dan tidak pernah berusaha untuk memancing perhatian Malena hingga wanita itu merasa sangat kesal.
Karena tak tahan dengan sikap Marvin yang mendiamkannya, ia pun menyelipkan selembar kertas kecil untuk Marvin saat pria itu sedang menandatangani lembaran daftar hadir peserta ujian.
Aku tunggu kamu di tempat kost aku!
Marvin tersenyum miring membaca pesan itu kemudian merobeknya di depan Malena.
Malena melongo tak percaya dengan aksi Marvin yang sangat di luar ekspektasinya. Kedua netra indahnya yang sangat disukai oleh Marvin melotot kesal.
"Okey, kita end!" putus Malena dengan gerakan bibirnya saja karena tak mau ada peserta ujian yang mendengar mereka.
"Siapa takut?!" balas Marvin dengan gerakan bibir yang sama.
Brrrrr
Malena langsung pergi dari hadapan Marvin dengan menghentakkan heelsnya kesal dan berhasil menarik perhatian semua peserta ujian, termasuk pak Yusran.
"Sabar Miss, ini udah hari terakhir lho. Setelah ini saya ajak Miss, ngadem di Cafe DenJa' mau gak?" ucap Yusran tersenyum dengan tatapan yang terasa sangat lain dari biasanya.
Marvin yang sejak tadi memperhatikan kedua gurunya itu entah kenapa jadi merasa sangat tak nyaman apalagi Malena langsung menjawab dengan ekspresi yang berubah ceria.
"Siapa takut pak?!"
🌻
*Like, Like, Like, trus komentar siapa takut? 🤣😀😂*
aduhhhhh batu yang malang apa pria yang malang??????.....
ggggg
dan WA ku masukin
🤣🤣🤣🤣
turut mengaminkan do'ax ibu,,,semoga malena cepat hamil dan langsung kembar tiga.
💪💪💪💪💪
💖💖💖💖💖