NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Jatuh Cinta

Biarkan Aku Jatuh Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:11.8M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

BIARKAN AKU JATUH CINTA
Ig @authormenia

Akbar diundang ke SMA dan bertemu dengan Ami yang muda dan cantik. Hatinya terasa kembali pada masa dia masih muda, bagaikan air dingin yang dituangkan air mendidih. Dia menemukan jiwa yang muda dan menarik, sehingga dia terjerumus dalam cinta yang melonjak.
Akbar menjalin hubungan cinta dengan Ami yang berumur belasan tahun.
Bagaimana hubungan dengan perbedaan usia 16 tahun akan berkembang?
Bagaimana seorang gadis yang memutuskan untuk menikah muda harus berjuang untuk mendapatkan persetujuan dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Ada Apa Dengan Ami

"Yaaah keburu mati." Ami menghela kecewa sekaligus menjawab pertanyaan Puput yang terheran karena telepon tidak diangkat. Namun kembali berbinar karena adanya dering kedua. "Bentar ya, temanku calling lagi." Ia bergegas berlari ke arah teras belakang sambil mengusap ikon jawab dan berucap salam.

"Ami, apa kabar?" Tanya Akbar di sebrang sana usai menjawab salam.

"I'm pretty good. But my heart not good. Hihihi." Ami tersipu malu karena keberanian ucapannya. Namun untung saja rona merah wajahnya tidak akan terlihat oleh Akbar.

"Hahaha. Why?" Akbar tergelak. Membuatnya penasaran ingin mengorek kejujuran Ami.

"Karna aku udah di Jakarta tapi Kak Akbar di Malaysia." Ami menoleh dulu ke arah pintu saat menyebut nama Akbar. Takut ada yang mendengar.

"Aku baru mau nanya apa Ami udah ke Jakarta belum. Maaf ya, Mi. Di Malaysia lagi ada urusan kerja mendadak. Jadi garis besarnya kita tuh lagi proses akuisisi perusahaan serupa pulangpergi yang ada di KL, Kuala Lumpur. Prosesnya alot. Bisa jadi belum bisa buru-buru pulang ke Jakarta." Jelas Akbar meminta pengertian.

"Oh gitu. Ya gak papa. Aku tuh udah denger suara Kak Akbar aja udah seneng. Stay healthy ya, Kakakku!" Ami memotivasi dengan nada riang. Sebahagia yang dirasakan dalam hati.

"Makasih, sayang...adikku." Sahut Akbar di sebrang sana. Entah keceplosan atau sengaja.

Ami menggigit bibir. Merasa salah tingkah sekaligus kedua pipinya bersemu mendengar jawaban Akbar. "Eh kenapa jadi kakak adik ya," dalam hati bertanya. Bingung sendiri jadinya.

"Ami ranking berapa?" Pertanyaan Akbar memecah lamunan Ami.

"Alhamdulillah kesatu lagi, Kak." Ami menoleh begitu mendengar suara langkah kaki. Ternyata Rasya yang datang dan mendekat.

"Wow. Selamat ya! Pengen hadiah apa dari aku?"

"Nggak tau ah. Aku gak akan minta. Kalau dikasih ya diterima." Ami terkekeh.

Terdengar suara Akbar tergelak. "Dari dulu gak berubah prinsip ya, Mi."

Ami terkekeh. "Tapi nanti kalau bisa, hadiahnya ditambah kurma ya, Kak!"

"Apa sih yang nggak bisa buat Ami. Mau Kurma apa?" Tantang Akbar.

"Kurma...kuingin slalu bersama. Hihihi." Ami menahan tawanya karena mengundang perhatian Rasya.

"Astaga...Ami! Pengen vc tapi lima menit lagi mau meeting." Terdengar helaan nafas kasar Akbar.

"Ulu-ulu....sabar ya. Next time pasti bisa."

"Ate, udah belum?" Dengan polos, Rasya bergelayut di pangkuan Ami. Membuat Ami menempelkan telunjuk di depan bibir.

"Eh, ada suara bocah. Siapa itu?" Tanya Akbar penasaran.

"Rasya, Kak. Anaknya Teh Puput. Kan aku lagi di rumah Teh Puput." Jelas Ami.

"Oh, iya. Mi, aku belum pasti pulang ke Jakarta kapan. Padahal udah bilang mau ajak Ami office tourya dulu. Gini deh, hadiah buat yang ranking satu nanti aku kasih kalau kita ketemu. Gak apa-apa kan, Mi?"

"Aku mah santai orangnya. Yang penting Kak.....kamu jaga kesehatan, jangan lupa makan." Ami ragu mengucap nama Akbar karena Rasya menempel. Takutnya tidak bisa jaga rahasia.

Pada akhirnya komunikasi jarak jauh itu harus terputus karena Akbar benar-benar sedang dalam situasi sibuk dengan urusan di Kuala Lumpur. Ami kembali masuk ke dalam dengan Rasya yang terus menggelayut.

***

Panji dan Aul hanya dua hari di Jakarta. Usai bertemu desainer dan juga menepati janji mengajak Ami dan Padma memilih hadiah di mall, mereka kembali pulang ke Ciamis.

Sudah lima hari berada di Jakarta. Ami dan Padma baru saja pulang menginap di rumah Mami Ratna selama dua malam. Kenyang diajak jalan-jalan ke Pulau Seribu bersama Cia dan baby nya. Rasya pun tak mau ketinggalan, ikut ditemani pengasuh. Kini kembali ke rumah Puput karena Almond mengabari akan datang main siang ini.

"Namanya lucu, Mi. Jadi ingat kacang." Padma terkikik begitu mendengar siapa nama teman Ami yang akan datang itu.

"Aku malah manggilnya Emon. Udah enak aja ini lidah. Tapi hanya aku yang dibolehin manggil gitu. Kalo orang lain pasti marah dia." Ami menjatuhkan badan di ranjang dengan ponsel yang digenggamnya. Sejak Akbar menelponnya waktu itu, komunikasi tetap berlanjut sampai sekarang lewat chat. Namun tidak sesantai biasanya. Itu karena Akbar dalam mode sangat sibuk.

[Kak, udah lunch belum?]

Sebuah pesan dikirimkan Ami kepada Panda. Ia menjadi terbiasa bertanya lebih dulu karena Akbar yang memberi lampu hijau. Katanya mengharap sekali diperhatikan. Jakarta Kuala Lumpur beda satu jam. Berarti di sana sekarang jam dua siang.

"Mungkin Almond suka sama Ami. Makanya dia gak marah." Padma memilih rebahan di sofa sambil memeluk bantal.

"No, just friend kok. Aku tuh ibarat pawangnya si Emon. Dia kan setelan wajahnya songong. Kalau aku tegur supaya smile, baru nurut." Ami tersenyum samar melihat pesannya sudah ceklis biru.

"Kalau Panda siapa? Cewek apa cowok sih. Itu juga namanya unik. Yang tadi kacang yang ini animal." Padma terkekeh. Menoleh menatap Ami karena tidak ada respon. Pantas saja orangnya sedang senyam-senyum.

Ami membaca balasan dari Akbar dengan wajah semringah.

[Belum. Nunggu reminder dari Cutie]

Padma berjalan mendekat dengan mengendap-ngendap karena Ami sepertinya tidak mendengarkan ucapannya. "Dorrr. Kamu ketauan...." ujarnya sampai membuat Ami terjengit.

"MUNAROH! Kebiasaan deh." Ami mengusap-usap dada karena kaget.

"Nunggu reminder dari Cutie. Eciiee...co cwit deh. Fix ini mah, Panda itu berarti cowok ya?! Hayo ngaku!" Padma menggoyang-goyangkan telunjuknya di depan wajah Ami. Ia sempat membaca saat Ami asyik menunduk mengetikkan pesan balasan.

Sekarang Ami sudah tidak bisa berkelit lagi untuk menyangkal. "Panda itu memang cowok. Sampai detik ini status kita cuma teman kok. Padma, tapi jaga rahasia ya, please!" ujarnya dengan tatapan memohon.

"Sekarang teman, besok?!" Padma memicingkan mata sambil tersenyum tipis.

"Besok rabu." Sahut Ami dengan santai. Alhasil mendapat hadiah timpukan guling oleh Padma. Ia minta ampun sambil tertawa-tawa.

"Mana...mana fotonya! Padma pengen tau wajah Panda. Kelas berapa? SMA mana?" Keukeuh Padma.

"Gak ada foto orangnya." Ami menunjukkan foto profil Akbar hanya gambar burung elang. "Eh, Emon nelpon nih." Ami merasa ada jalan untuk mengakhiri pembahasan melihat nama Almond muncul di layar.

Ami mengajak Padma untuk menemani berbincang dengan Almond. Orangnya sudah menunggu di luar gerbang.

"Ini undangan buat besok. Bukan pesta besar kok. Cuma ngundang 20 orang teman tambah keluarga. Harus datang ya, Mi! Kalau pengen dijemput juga siap. Aku akan suruh sopir jemput Ami." Almond menyerahkan sebuah kartu. Besok sore adalah perayaan ulang tahunnya yang ke 17. Ia merayu Ami agar bisa hadir.

"Kalau Teteh ngizinin, insyaallah aku datang. Terus, boleh ajak Padma juga gak?" Ami menghargai niat baik Almond yang sengaja ke rumah mengantarkan undangan.

"Boleh-boleh. Gimana kalau sekarang aku sekalian minta izin sama Teteh nya?" Almond menatap Ami. Saat masuk ke ruang tamu tadi, sudah berkenalan dengan kakak pertamanya Ami yang datang dengan menggendong bayi. Termasuk juga dengan Padma.

"Nanti aja biar aku yang bilang. Teteh lagi kelonin dedek Rayyan."

***

"Mi, Padma gak jadi ikut ya. Sakit gigi." Padma yang baru keluar dari kamar mandi, meringis sambil mengusap pipinya yang terlihat bengkak.

Ami memutar tubuh yang awal menghadap cermin. Ia sudah selesai berdandan minimalis. Hanya tinggal mengenakan pasmina.

"Kok mendadak sakit gigi? Tadi kan gak papa." Ami menatap heran. Tapi ia pun bisa melihat kalau pipi kiri Padma bengkak.

"Sepertinya gara-gara makan ramen tadi. Level pedesnya gila tapi dimakan abis. Jadinya panas dalam deh. Ini gusi bengkak sama telinga nguing-nguing gini." Keluh Padma.

"Ya udah istirahatin aja. Biar aku berangkat sendiri. Bentar ya aku minta obat dulu ke Teteh."

Akhirnya Ami berangkat seorang sendiri dengan diantar sopir. Puput mewanti-wanti agar selesai acara langsung pulang. Sebuah kado sudah berada di dalam tasnya. Mendadak jam 10 pagi tadi pergi ke mall dengan Padma untuk membeli sebuah jam tangan. Dan sebelum pulang, makan dulu ramen di lantai foodcourt. Yang menjadi sebab Padma sakit gusi.

"Pak, biar gak bosen nunggu, jalan-jalan aja dulu. Nanti aku telpon kalau udah beres acara." Ucap Ami begitu tiba di parkiran mall. Ia memberikan selembar uang seratus ribu kepada sopir pribadi keluarga kakaknya itu.

"Makasih, Neng." Sang sopir menerima dengan senang hati.

Ami masuk ke dalam mall. Langsung mengarahkan langkah menuju restoran Jepang tempat acara birthday party diselenggarakan.

"Ini udah di mall, Mon. Otewe resto." Ami menjawab pertanyaan Almond yang baru saja meneleponnya. Ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas sambil tetap berjalan tanpa melihat situasi di depannya.

Brukk.

Tubuh Ami sedikit oleng karena menubruk atau entah ditubruk. Ia hanya sekilas melihat orang berpakaian setelan jas yang menahan kedua bahunya.

"Maaf, mbak. Saya nggak sengaja." Ucap pria itu sebelum benar-benar saling tatap.

"Ami?!"

"Kak Akbar?!"

Ami dan Akbar kompak berucap dengan nada kaget. Tak mengira bertabrakan di tikungan menuju restoran Jepang.

"Ami kesini sama siapa?" Akbar tidak bisa menyembunyikan raut senangnya bisa bertemu tak sengaja dengan gadis berpenampilan cantik itu.

"Sendiri, Kak. Temanku ultah sweet seventeen disini." Ami menunjuk dengan dagu ke arah pintu masuk restoran. "Bukannya Kak Akbar di KL?" sambungnya antara heran dan juga jantung berdebar-debar karena bisa melihat lagi sosok macho berbalut jas hitam di depan mata. Sudah delapan hari tidak ada kontak video call.

"Mendadak pulang dulu ke Jakarta, Mi. Ini aja dari bandara langsung ke mall. Baru aja ganti baju. Ada meeting mendadak dengan tamu dari Jepang. Besok pagi terbang lagi ke KL." Jelas Akbar sambil menyentuh ujung dasinya yang teraba sedikit miring.

Ami manggut-manggut. Sesaat menjadi kikuk karena pertemuan yang tidak terbayang sebelumnya.

"Mi..."

"Ya..." Ami menatap manik mata Akbar yang tengah intens menatapnya.

"Seminggu lebih ya gak vc, kamu malah makin cantik aja." Akbar menatap hangat sambil tersenyum manis.

"Ehm. Makasih." Ami membuang muka ke sembarang arah karena merasakan desiran tak biasa ditatap sedemikian rupa oleh Akbar. Kedua pipinya terasa panas.

"Yang ultah cewek apa cowok, Mi?" Akbar sekilas melirik jam tangannya. Masih ada waktu 7 menit menuju meeting.

"Cowok. Teman sekolah beda kelas. Aslinya anak Jakarta, jadi ngerayain ultah disini." Jelas Ami sejujurnya.

Suara hentakan sepatu terdengar dan mengalihkan atensi Akbar yang hatinya mendadak gerah mendengar jawaban Ami. Gita datang mendekat.

"Pak, mobil Mr. Hiko sudah tiba. Sebaiknya kita tunggu di dalam." Ucap Gita dengan sopan dan ramah.

Ami menoleh ke asal suara. Ia melihat sosok tinggi semampai dengan rambut disanggul simple yang memperlihatkan leher putih dan jenjang. Sepatu dengan high heels 7 cm, menambah cantik dan anggun dalam balutan busana kerja yang sopan.

Akbar mengangguk. "Mi, ayo kita bareng. Acaranya di private room atau umum?" Sambil berjalan, ia meminta Ami memperlihatkan kartu undangan.

"Private, Kak." Ami menyerahkan kartu yang dirogohnya dari dalam tas.

"Hm. Ruangan kita bersebelahan. Ami hati-hati ya sama minuman yang disajikan. Jangan sampai ada pesta alkohol." Akbar menunjukkan rasa cemasnya.

"Kayaknya gak mungkin deh, Kak. Katanya ini pesta kecil dan keluarganya juga hadir. Temanku ini orang baik." Jelas Ami. Yang kini menghentikan langkah karena sudah tiba di depan nomer room yang dituju.

Gita mengerutkan kening. Sepanjang mengekori langkah Akbar dan Ami, ia mencoba mengingat siapakah gadis muda yang ditatap sang boss dengan tatapan berbeda itu.

"Oke. Pastikan hape mu aktif terus ya. Kamu harus balas cepat kalau aku chat. Kita ketemu lagi selasai acara. Oke, Cutie?!" Akbar menatap lembut.

Ami tersenyum dan mengangguk. Chat Akbar dua hari yang lalu menjelaskan, Cutie adalah panggilan baru sebagai rasa sayang buatnya yang cantik dan imut. Meski tidak dijelaskan sayang sebagai apa. Namun sukses membuat hatinya meleleh seperti sekarang ini.

"Dasimu agak miring, Mas." Gita maju ke hadapan Akbar dengan sedikit menyenggol bahu Ami agar bergeser. Tangannya terulurmenyentuh dasi Akbar. "Kita harus sudah ada di dalam. Mr Hiko sama asistennya udah berjalan kesini lho. Come on, kamu udah perfect." sambungnya dengan iringan senyum manis serta usapan di bagian atas jas bossnya itu.

"Hai, Mi." Suara panggilan Almond berhasil menyelamatkan Ami dari rasa tidak nyaman yang tiba-tiba hadir di hati melihat cara wanita dewasa itù memperlakukan Akbar. Entah kecewa, sedih, atau apa. Yang pasti berbeda 180 derajat dari sebelumnya.

"Kak, aku duluan!" Ami tidak mau menatap. Bergegas menghampiri Almond yang berdiri di depan pintu.

"Mi, tunggu dulu!" Suara Akbar yang memanggil, tidak dihiraukan oleh Ami. Panggilan kedua terdengar samar karena Almond menutupkan pintu.

Akbar menghembuskan nafas kasar. Ia belum puas mengingatkan Ami akan pesta sweet seventeen anak orang kaya yang umumnya penuh kebebasan. Salah kaprah memaknai usia dewasa dengan kiblat Barat. Ia khawatir karena pernah mengalami masa usia transisi itu dengan lingkungan pergaulan seperti itu.

"Astaga. Bisa-bisa meeting gak konsen ini," ucap batin Akbar yang kini sudah berada di private room bersama Gita.

"Ada apa dengan Ami. Kenapa mendadak kayak bete gitu." Akbar masih menduga-duga dalam hati. Keningnya nampak mengkerut karena benaknya sedang mereka ulang adegan tadi.

"Konnichiwa!"

Lamunan Akbar terburai karena tamu Jepang nya sudah datang. Ia menetralkan wajah dan menarik sudut bibirnya. Profesional kerja harus dimulai.

1
Aira Azzahra Humaira
mau dong traktiran nya mi
Aira Azzahra Humaira
pesonamu Amiii 🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
ada aja km Amiiii
Aira Azzahra Humaira
🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
inimah baca novel banyak faidah nya 🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
hahhh dasar Ami
mamik sutarmi
Luar biasa
Aira Azzahra Humaira
pak bagja jadi bapak sambung nya ami kan
Aira Azzahra Humaira
ya Allah senyum terus baca novel ini biar awet muda 😄
Rona Ruta'illah
Luar biasa
Aira Azzahra Humaira
rezeki gak di duga ya mang
Aira Azzahra Humaira
hahhhh ini mah kak author nya pinter banget boleh dong belajar ☺
Aira Azzahra Humaira
adduh dagdigdug deh
Aira Azzahra Humaira
semangat baru 💪💪
Aira Azzahra Humaira
🤣🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
ah pokoknya terus semangat Thor
Aira Azzahra Humaira
ahhaayyy lg mikirin ayang ya
Aira Azzahra Humaira
Amiii 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Afidzah Faida Nurazmi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!