Di tengah-tengah kemelut perang, seorang gadis muda yang berbakat, Elena, tergabung dalam unit pasukan khusus. Dalam sebuah misi yang kritis, kesalahan bermanuver mengakibatkan kematian tragis.
Namun, alih-alih menemukan ketenangan di alam baka, jiwanya terbangun kembali dalam tubuh gadis polos bernama Lily, seorang siswi SMA yang kerap menjadi sasaran bully dari teman-temannya.
Dengan kecerdasan militer yang dimilikinya, Elena mencoba untuk memahami dan mengendalikan tubuh barunya. Namun, perbedaan antara kehidupan seorang prajurit dan remaja biasa menjadi penghalang yang sulit dia atasi.
Sementara Elena berusaha menyelaraskan identitasnya yang baru dengan lingkungan barunya, dia juga harus menghadapi konsekuensi dari masa lalunya yang kelam. Di sekolah, Lily mulai menunjukkan perubahan yang mengejutkan, dari menjadi korban bully menjadi sosok yang tegas dan berani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemunculan Anggota Mafia
Lily berdiri dengan short gun di tangan kanan, dia mengawasi seseorang yang kini mengendap-endap tak jauh dari jendela kamarnya.
Sudut bibir gadis itu berkedut, sepertinya ada seseorang yang berniat untuk menerobos masuk melewati kamarnya.
Krek...
Kunci bergeser, segera jendela terbuka memperlihatkan sesosok pria yang melompat dengan sangat cepat ke dalam kamar. Lily di belakangnya telah menodongkan short gun, tepat di samping telinga pria itu.
"Keberanian yang layak dipuji! Memasuki kamar seorang gadis kecil secara diam-diam di tengah malam!" ucap Lily, namun tiba-tiba saja mulutnya ditekan oleh pergelangan tangan pria yang saat ini menarik tubuhnya ke samping, sambil memeluknya erat.
"Jangan bersuara!"
Lily meliriknya, dan menatap manik mata pria yang kini merangkul tubuhnya dari belakang. "Damian! Apa yang kau lakukan?"
Damian mengangkat jari telunjuknya dan menempelkan di bibir Lily, "Pelankan suaramu! Beberapa orang berniat untuk melakukan kejahatan. Ajak seluruh keluargamu untuk pergi dari rumah ini, aku yang akan menyelesaikan sisanya!"
Dahi Lily berkerut, dia menatap penuh curiga. "Apa yang kau lakukan?"
Damian balas menatapnya, "Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan? Kenapa mengekspos kemampuanmu sendiri di hadapan orang-orang? Keluarga Antonio tidak mudah untuk ditindas, mereka bahkan memiliki hubungan baik dengan beberapa kelompok mafia. Seharusnya kau menyadari hal ini, sebelum melakukannya!"
Lily terdiam, tiba-tiba saja dia menutup mulutnya menggunakan telapak tangan. Apakah ini berhubungan dengan apa yang dia lakukan tadi sore?
Damian menatapnya datar, "Segera pergi! Mobil Bastian berada di belakang rumah. Jangan sampai ada seseorang yang melihat kepergian kalian!"
Lily menganggukkan kepala, "Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Pergilah!" jawab Damian, Lily segera keluar dari kamarnya, dia masuk ke kamar tengah yang ditempati oleh Resti, Mona dan Dany.
"Ibu... Nenek... Dany... Bangun!" ucap Lily sambil mengguncang tubuh ketiga orang yang saat ini tengah tertidur lelap.
Mona terbangun lebih dulu, dia mengucek mata sambil menatap ke arah putrinya. "Ada apa, Lily?"
"Kita harus segera pergi dari rumah ini, ibu. Ada orang yang berniat buruk dan ingin menyerang," ucap Lily.
Mona terdiam sambil mengerutkan dahinya, "Memangnya siapa mereka? Keluarga kita tidak pernah memiliki masalah apapun dengan orang lain!"
"Akan kuceritakan nanti, yang terpenting saat ini kita harus segera menyelamatkan diri!" ucap Lily, dia kembali mengguncang tubuh nenek dan juga adiknya.
"Tapi kita mau pergi kemana, nak?" tanya Mona bingung.
"Kita pikirkan masalah itu nanti," jawab Lily, dia segera memasukkan beberapa barang berharga milik ibu dan juga neneknya ke dalam ransel yang dia bawa.
"Ayo...!" ajak Lily.
Dany terlihat linglung, dia terjatuh hingga membuat Lily akhirnya menggendong bocah itu dan membawa nenek serta ibunya melewati jalan belakang. Tak jauh dari sana, mobil milik Bastian telah terparkir.
"Nona muda," Bastian segera membukakan pintu mobil, Mona, Dany, dan Resti segera masuk.
Setelah memastikan semua orang duduk dengan tenang, Bastian dan Lily segera masuk ke dalam mobil, kemudian bergegas meninggalkan tempat itu.
Dahi Lily sedikit berkerut melihat jalanan yang dilewati oleh mobil Bastian, gadis itu segera bertanya. "Kita pergi ke mana?"
Bastian menoleh, "Tuan muda meminta saya untuk mengantar anda menuju ke Villa pribadinya."
Lily hanya mengangguk, yang terpenting saat ini adalah keselamatan bagi anggota keluarganya. Membutuhkan waktu hampir 45 menit hingga mobil Bastian mencapai wilayah yang dimaksud, setelah membagi kamar dengan adil, akhirnya semua orang bisa beristirahat dengan tenang. Sementara Bastian akan segera kembali menuju rumah kontrakan Lily, begitu juga dengan gadis itu, dia tidak mungkin membiarkan Damian sendirian di sana.
"Apakah tempat ini aman?" tanya Lily.
"Ada 20 orang bodyguard yang sudah dipersiapkan oleh tuan muda untuk menjaga keluarga anda, nona." jawab Bastian
Lily menganggukkan kepala, "Ayo pergi!"
.
.
.
Setelah kepergian Lily, Damian segera mengambil ponselnya, dia telah menyusun rencana dan menyiapkan jebakan untuk anggota mafia yang saat ini telah mendapatkan perintah untuk menyerang Lily dan keluarganya.
Ada sekitar 500 orang anggota yang dibawa oleh Damian, namun mereka menyebar dan bersembunyi di beberapa tempat, sehingga tidak menarik perhatian dari orang-orang.
Rumah kontrakan Lily sedikit jauh dengan rumah-rumah yang lain, bahkan jika terjadi perkelahian, tidak mungkin tetangga akan mendengarnya.
Lima puluh orang anggota di siaga kan di dalam rumah, mereka berbaris dengan sangat rapi, sambil mengawasi situasi menunggu musuh mencapai sasaran.
Sementara Damian tidur di atas ranjang Lily, dia akan memancing orang-orang itu untuk masuk melewati jendela, karena berpikir jika seseorang yang saat ini tengah tertidur lelap adalah Lily.
Dari kejauhan mulai terlihat 100 orang pria berpakaian hitam, mereka menggunakan masker untuk menutupi wajah. Namun Damian dan seluruh bawahannya tahu, bahwa mereka merupakan anggota kelompok mafia yang sebelumnya pernah dekat dengan keluarga Antonio.
Kedatangan mereka ke tempat ini adalah untuk menyerang Lily, karena sebelumnya beberapa orang preman yang dikirim oleh Alina berakhir dengan tidak baik, mereka masuk ke dalam penjara, bahkan tidak bisa dikeluarkan, meskipun keluarga Antonio telah mengeluarkan banyak sekali uang. Sepertinya pengaruh dari belakang pihak pelapor benar-benar tidaklah bisa disinggung begitu saja.
Karena rasa kesal dan juga penasaran, hingga akhirnya tuan Antonio berkomunikasi dengan salah seorang rekannya yang merupakan ketua mafia. Dia meminta bantuan kepada orang itu, untuk menyerang kediaman Lily. Dia sangat yakin bahwa orang yang berdiri di belakang Lily, pasti tidak akan diam saja, cepat ataupun lambat dia akan segera menunjukkan batang hidungnya.
Dia ingin menjadikan Lily sebagai umpan, namun dalam sebuah pertempuran sengit seperti ini, akan sangat sulit untuk mengetahui siapa yang akan memangsa siapa, sebelum kedua belah pihak melancarkan serangannya.
Anggota mafia itu, terlalu menganggap diri mereka tinggi, sehingga lawan bahkan tidak terlihat sama sekali.
"Menyebar!" salah seorang pria segera memberikan instruksi, membuat anggotanya langsung mengangguk dan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Mereka mulai mencari cara untuk bisa masuk ke dalam rumah Lily, mulai dari mencongkel jendela kamar, ataupun membuka paksa pintu rumah.
Brak...
Pintu akhirnya terbuka, namun seluruh ruangan yang ada di sana sangat gelap, sehingga mau tak mau orang-orang itu pun segera mengambil ponsel mereka untuk menyalakan senter.
Bruk...
Salah seorang pria terjatuh, membuat rekan-rekannya segera marah. "Berhati-hatilah! Jangan terlalu gegabah, walau bagaimanapun gadis kecil itu memiliki perlindungan dari seseorang!"
Hening...
Pria yang terjatuh tidak mengucapkan satu patah kata pun untuk melawan rekan-rekannya, sehingga membuat mereka semua merasa sedikit khawatir. Namun setelah senter berhasil dinyalakan, terlihat tetesan darah di lantai dan salah seorang rekan mereka telah mati dengan mata yang melotot.
"Sial!"
bukannya ada hal yg ingin dia selesaikan dg Lily
bukannya ada dendam kan yahh
trus ini mksudnya apa
malah kerja sama yah??