Tetesan-tetesan air hujan meninggalkan jejak basah kilau bening di pucuk-pucuk daun mahoni ditambah semburat cahaya mentari yang mulai meredup bak permata.... indah itulah dipengelihatanku.
Kumengadah ke atas kelabu itu sudah beranjak pergi berganti cahaya kemerahan di sana....kuhirup perlahan aromanya sambil memejamkan mata masih terasa segar....
Ku buka mata....masa itu... kenapa tiba-tiba menyergap ku....kuraba hatiku....masa yang selalu menghantui hidupku....apakah jejak kelabu dihatiku kan berganti ataupun sudah terkikis? kata hatiku berkata....aku rindu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Sosok Zafran Dimata Liona
...•...
...•...
...•...
...~Selamat Membaca~...
...°°...
Ketika aku dilanda patah hati dengan orang yang sama yang tidak hanya sekali tapi berkali-kali dan Tuhan memberikanku hadiah yang sangat spesial.
Jodoh itu misteri....
Sesuatu yang bukan jodohmu meskipun kamu sudah berusaha dan berdoa untuk bisa bersanding dengannya jika memang bukan dia orangnya maka tidak akan bersatu dan apalagi dengan orang yang diluar kenyataan kita yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya bisa jadi itu jodoh kita.
Seperti dia.....
Sosok diluar kenyataan...
Bagaimana bisa dia memilihku sebagai pendamping hidupnya. Antara percaya tidak percaya, antara kenyataan ataukah khayalan yang terjadi pada diriku.
Seperti drama yang sering kulihat di tv ataupun dari chanel lain ataupun cerita yang sering kubaca baik berupa buku ataupun dari internet. Aku kira kejadian seperti itu hanya fiksi belaka ternyata Itu terjadi padaku.
Padahal dengan wajah, perawakan,dan pekerjaan yang lumayan mentereng aku yakin banyak sekali para gadis yang mengantre ingin bersanding dengannya...
Wajahnya lumayan tampan menurut ku dan sangat tampan menurut orang-orang dengan kulitnya yang tidak sekedar putih langsat tapi benar-benar putih bersih.... seperti wajah-wajah oppa-oppa Korea seperti yang berada film atau drama Korea.
Tidak memiliki lipatan mata seperti orang Indonesia padahal umumnya, meskipun tidak memiliki tapi matanya tidak sipit juga. Ku tahu di keluarganya tak ada campuran orang Korea tapi tidak tahu juga kalau kakek nenek buyutnya dulu ada darah Koreanya.
Awal jumpa keluarganya look-nya anggota keluarganya itu seperti bule seperti orang Amerika atau orang Eropa tapi dia sendiri yang look-nya seperti orang Korea.
Tubuhnya tidak gemuk juga tidak kurus, idealah kira-kira dengan tingginya kurang lebih 185 cm menurut prediksiku, tergolong tinggi untuk seukuran orang Indonesia.
Ketika aku berdiri didekatnya, dengan bantuan aku memakai hight heels, aku hanya sebatas tepat di bawah bahunya, aku juga tidak pendek-pendek juga padahal.
Untuk fisik seperti itu juga aku yakin seratus persen jika dia sosok idola di sekolah maupun kampusnya. Jadi artis maupun modelpun menurutku kayaknya juga cocok.
Pekerjaan sudah terbilang sukses di usia yang masih muda, baru menginjak usia 20 tahun.
Aku tahu keluarganya bergelut di perusahaan besar multinasional yang kutahu pasti pendapatannya pasti fantastis dan tak hanya itu ada beberapa bisnis keluarga juga.
Tapi dia memilih berusaha sendiri tidak bergabung dengan usaha yang digeluti keluarganya seperti Papi dan kakak-kakaknya.
Benar-benar mentereng kan....
Ada beberapa usaha yang kutahu yang dia geluti baik dari bisnis properti, usaha rumah makan, percetakan, dan kafe yang letaknya dekat kampus meskipun ukurannya tidak terlalu luas tapi kafe miliknya itu salah satu kafe favorit mahasiswa disana dan ada beberapa bisnis lain yang aku lupa itu apa.
Dari segi sisi keluarga dari keluarganya terpandang dan masyarakat kelas atas, fisik dan penampilan oke, pekerjaan bagus, kepribadian juga baik. Semuanya terlihat sempurna.
Diantara sisi kelebihan yang dia punya yang telah aku ceritakan tapi....sayang ada minusnya, salah satu minusnya di sifatnya dia sangat manja dan sedikit menyebalkan saat bersamaku....tapi aura tegas dan dewasa jika dengan orang lain.
Awal aku bertemu dengannya auranya pun berbeda dari keluarganya. Dia memiliki sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan lewat kata-kata.
Hei....dan aku sendiri....
Apa yang dilihatnya dan apa yang dipikirkannya sehingga dia memilihku untuk menjadi pasangan hidupnya.
Aku tergolong gadis biasa. Sangat-sangat biasa dibandingkan profil keluarganya. Aku menyadari dan sadar diri.
Jika dilihat dari fisikku rasanya tidak mungkin. Bukan bermaksud untuk rendah diri apalagi tidak bersyukur atas apa yang Tuhan beri padaku bukan seperti itu..... aku tentu sangat bersyukur atas pemberian Tuhan itu. Pandanganku terhadap diriku sendiri, aku bukanlah tergolong gadis yang dikatakan cantik dalam standar cantik Indonesia.
Standar kecantikan Indonesia salah satu dikatakan cantik bila memiliki kulit putih namun kulitku sawo matang cerah bukan putih seperti kulitnya. Wajahku juga tidak cantik-cantik juga tapi bisa dikatakan manis ada lesung pipi di masing-masing pipiku poin plusnya mungkin.
Jika aku berbicara itu nanti lesung pipiku akan terlihat apalagi jika aku tersenyum jelas nampak itu mungkin poin plusku. Karena sebagian orang ingin memiliki lesung pipi.
Tinggiku juga standar, dengan tinggi 160 cm dan dengan berat badan 45 cm. Aku juga memiliki perut yang sedikit buncit apalagi jika aku sedang nafsu makan. Bisa terlihat seperti orang hamil aku.
Cerdas dan pintar seperti juga bukan. Otakku itu tergolong standar meskipun aku adalah seorang guru. Bukan berarti aku bodoh juga bukan. Jika diskala 1 sampai 10, skala otakku ada di skala 6,5.
Penampilan juga tidak ada kesan wah juga, standar dan pada umumnya penampilan. Jujur aku tidak terlalu mengikuti fashion.
Kalau aku, itu pakaian yang aku kenakan aku nyaman dan aku percaya diri memakai itu aku pakai.
Barang yang kupunya pun bukan barang berbranded. Mengeluarkan uang diatas 200 ribu untuk membeli sesuatu barang itu saja aku mikirnya lama-lama, sebenarnya aku bisa saja mengeluarkan uang sebanyak itu tapi mengingat dulu kehidupanku yang susah dulu aku masih sayang gitu, lebih baik kutabung atau beli sesuatu yang benar-benar aku perlukan.
Entah bagaimana cara dia menyakinkan kedua orangtuaku sehingga orang tuaku merestuinya untuk menjadi suamiku karena aku masih ingat wejangan yang diberikan oleh orang tuaku.
"Nak, nanti cari suami itu yang sesuai dengan kehidupan kita. Jangan yang hidupnya terlalu di atas kita ya, biar kita ada harganya juga dan tidak terinjak-injak."
Untuk menerima jelas aku perlu waktu aku tidak bisa langsung menerimanya. Aku butuh waktu.
Apalagi usia kami terpaut lumayan jauh saat itu aku sudah berusia 27 tahun sedang dia baru menginjak usia 21 tahun.
Dengan keluarganya yang sangat jelas sekali berbeda kelasnya dengan keluargaku ditambah dengan usia kami yang berbeda. Aku yang lebih tua.
Dia tetap menungguku dan sabar menanti jawabanku. Setelah memikirkan berulang kali dan meminta petunjuk dari Tuhan.
Kesabarannya itu akhirnya membuatku luluh. Kurang dari 1 bulan setelah aku memberikan jawabannya. Kami memperlangsungkan pernikahan Kami. Pernikahan sederhana sesuai dengan kemauanku dan kemauannya hingga akhirnya kami resmi menjadi pasangan suami isteri.
Aku masih teringat kejadian di waktu sore di hari Sabtu di bulan madu Kami, kala itu saat kita bersantai di taman belakang salah satu villa milik keluarganya.
Kami sekarang sudah menikah. Aku duduk dibangku goyang yang terdapat di taman sedang dia berbaring dengan pahaku sebagai sandaran kepalanya.
Memegang tanganku dan meletakkannya dikepalanya mengode supaya aku mengelus-elus kepalanya.
Rambutnya yang terasa lembut ketika sapuan tanganku mengusap rambutnya.
Lalu terlintas sesuatu yang menjadi sesuatu yang membuatku penasaran dan aku butuh jawaban. Ingin bertanya tapi masih ragu-ragu antara maju mundur ingin bertanya langsung kepadanya.
Dulu ketika aku tanya kepada kedua orangtuaku alasan dia memilihku jawaban orang tuaku.
"Tanya saja pada calon suamimu nak."
Hingga sekarang dia sudah menjadi suamiku. Gelar suami yang telah disandangnya genap selama 1 Minggu ini.
Karena tingkat penasaranku sudah tinggi kuberanikan kutanya kenapa dia memilih ku, apa alasan dia memilihku waktu itu.
Dia memandangku dalam cukup lama. Kupandang dia lamat-lamat menunggu dan menanti jawabannya.
Dia menjawab dengan wajah lesu dibuat-buat dengan nada menyebalkan menurutku.... kalian tahu apa jawaban...
"Ya namanya juga jodoh ya...mau gimana lagi..." jawabnya
Nah iya kan....salah satu sifatnya yang menyebalkan.
Tanpa sadar aku memasang wajah cemberut dengan mengerucutkan kedua bibirku....
Tapi tiba-tiba dengan gerakan cepat dia merubah posisi duduk, dia mengangkatku dan aku berada di pangkuannya belum selesai atas keterkejutanku, beberapa serangan benda kenyal sedikit basah menyerang di bibirku dan dekapan erat di tubuhku ....
Dia menempelkan bibirnya di bibirku aku hanya membelalak mataku saking kagetnya...lalu ia melepas benda kenyal di bibirku tanpa melepas dekapan di tubuhku...
Diperlakukan seperti itu siapa coba tidak meleleh.
"Sayang percaya, jawabanku tadi hem...." suara merdunya mengalun indah di indera pendengaranku
"Lihat aku...."katanya
aku terpaku oleh tatapan teduh dan wajah seriusnya.
"Sayang, kamu percaya..... kamu itu cinta pertama aku, saat aku pertama kali bertemu dan melihatmu entah mengapa ada getaran aneh di hatiku."
"Melihatmu dengan senyuman manismu melayani pelanggan di rumah makan kerabatmu itu membuatku terpana. Kamu yang rajin, kamu yang sigap menolong orang yang sedang memerlukan bantuan saat melihatmu mengajar murid-muridmu membuat ku sadar bahwa aku merasakan yang namanya jatuh cinta."
"Ada sesuatu dari kamu yang membuat aku merasa nyaman. Aku takut jika aku tidak segera menjadikanmu milikku, kamu akan jadi milik orang lain, hingga aku tahu ada beberapa laki-laki baik dari teman kerjamu bahkan Lionel menaruh hati padamu. Aku sangat-sangat takut waktu itu. Tapi sekarang aku yang mendapatkanmu."
Setelah itu dia menautkan jari-jarinya tangannya di jari-jari tanganku
"Terimakasih sudah mau menerimaku dan memilihku untuk menjadi suamimu."
Jawabannya yang panjang lebar itu membuat aku malu hingga wajahku memerah. Zafran melepas pelas tautan jari Kami berpindah ke leher dan pinggangku, mengusapnya pelan leher dan pinggangku.
Membuatku tergelitik hingga wajahnya mulai mendekat ke wajahku, bibirnya menemui bibirku yang awalnya hanya berupa kecupan hingga berakhir dengan lumatan, lidahnya bergerak aktif membelit lidahku. Masih terasa kaku aku mencoba membalasnya.
Tanpa melepaskan lumatannya Zafran menggendongku menuju ke kamar dan mengunci pintu setelah itu melakukan aktivitas yang berkesan bagi Kami.
Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.
Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.
I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.
Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.
Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.