Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.
Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MANUVER CINTA~PART 20
Sagara melirik tv layar datar milik Izan dan memperhatikan dengan seksama berita yang ditayangkan ketika Izan menyalakan televisi kesayangannya itu secara tak sengaja.
"Serius amat Ga, ada niatan masuk politik juga?" kekeh Izan baru keluar bersama Luki dengan mangkok biru bening yang mereka dapat hadiah dari detergent bubuk kemasan, berisikan mie instan yang menguarkan aroma khasnya, masih panas plus extra rawit dan telur.
"Buru tuh, udah gue masukin mie nya!" titah Luki duduk bersila di atas karpet tipis, setipis rambutnya yang cuma secenti, udah gitu dipake buat taman bermainnya para anak kutu pula.
Saga beranjak meski matanya tetap tertumbuk pada berita yang menayangkan ayah dari Zea Arumi itu berbicara pasal kasus yang kini tengah menjadi isu nomor satu di negri mengalahkan gosip perselingkuhan istri orang dan suami orang.
"Eh jangan dipindah," ucap Saga saat Luki justru akan memindahkan channelnya ke channel kartun.
Terang saja kedua rekannya itu langsung menjatuhkan pandangan pada keterangan yang mengiringi berita itu.
"Emhh, siap-siap dikirim lagi ini mah!" celoteh Luki lirih.
Tangannya menuangkan mie instan yang sudah matang, hidungnya pun sibuk mencium aroma khas yang menggugah selera bersama asap membumbung memenuhi setiap inci dapur mes Izan, namun otaknya sungguh memikirkan nasib Zea sekeluarga.
Penyesalan memang selalu datang belakangan. Sagara menaruh sendok di mangkuk begitu saja sebelum sempat ia mengaduk mie dan kuah agar tercampur dengan bumbu. Ia memaksa kerja otaknya begitu keras, kalo bisa akan ia cuci kembali agar setiap memory di otaknya bersih demi mengingat ucapan Clemira dulu.
"Ck. Nomor Zea berapa? Kenapa waktu itu ngga sempet save?!" gumamnya bermonolog. Ia adalah tipe lelaki yang besar rasa gengsi, jika harus meminta pada Clemira sungguh itu adalah hal yang mustahil, tau bibir dower adik sepupunya yang kalo nyindir itu ngga ada rem, yang kalo godain orang itu kaya ngga ada obat tak mungkin ia menanyakan nomor ponsel Zea apalagi dengan alasan klasik binti basi, auto habis ia dibully Clemira.
Sesulit ini jadi orang dengan kadar gengsi tinggi, nurunin level gengsi barang sejengkal aja beratnya kaya nanggung pikulan dosa Fir'aun.
"Ga! Lo rebus mie apa bikin, lama amat!" jerit Luki menyadarkan lamunannya dari cara bagaimana mendapatkan nomor whatsapp gadis nekat yang telah berhasil memancing perhatiannya itu, tak mungkin kan ia nginep di kuburan keramat biar nomor Zea muncul dalam mimpi kaya nomor to g3l.
Sagara berjalan dengan baret yang sudah rapi di kepala ke arah ruang kerjanya, dari kejauhan ia melihat kapten Ankara yang sudah rapi dengan stelan pdh, mungkin kapten kebangaan negara itu sedang melakukan tugas resmi non lapangannya.
Langkah kedua pria gagah itu bertemu di satu titik lorong kantor, "Ga."
Sagara menghormat sopan, "siap kapt!"
"Clemira, adik sepupumu kan?" tanya Anka. Sagara menurunkan tangan dari pelipis lalu menatap Anka penuh sorot ingin tahu, "siap kapt. Betul!"
"Kalo tidak salah, dia satu kelas dengan Zea kan?" tanya nya lagi.
Alis tebal Sagara mulai menunjukan tikungan menukik, "bisa saya tau nomor adikmu itu? Tenang aja Ga, bukan untuk saya apa-apakan. Hanya ingin bertanya tentang Zea, bagaimana kesehariannya, apakah Zea sudah memiliki pacar..." akuinya terang-terangan, biar dikata bucin (budak micin) oleh Saga ia tak peduli.
Sagara kini mengernyit, "maaf kapt. Kalau saya lancang, tapi saya tidak paham. Mohon interupsi, bukannya kalau memang ingin tau masalah Zea, apa tidak sebaiknya kapten tanya sama orangnya langsung? Sebagai pria sejati," tembaknya berani setengah nekat.
Namun Ankara tidak marah atas ucapan Saga yang mungkin bisa dibilang tak sopan, ia justru menepuk-nepuk pundak Saga. Padahal Sagara ingin sekali berteriak di depan wajah Ankara jika ialah lelaki yang sedang disukai Zea.
"Kamu bener....tapi sayangnya Zea tak pernah menjawab pesan atau panggilan saya. Apa memperjuangkan cinta sesulit ini ya, Ga?" Pria berpangkat kapten ini memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana, "apalagi Zea terbilang masih remaja," lanjutnya lagi.
Saga mengangkat alisnya sebelah, ia menyunggingkan senyuman tipis, sangat tipis sampai begitu samar terlihat. Bukan senyuman karena menertawakan sikap kamvreet seorang lelaki matang yang dimabuk cinta sosok gadis remaja, namun karena Zea sama sekali tak meresponnya. Oke, apakah Saga kini harus bersyukur karena ia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, tapi sepertinya ia adalah manusia paling kurang aj ar dengan menyia-nyiakan Zea.
Sagara mengangguk, kini ia paham bagaimana sikap Zea sesungguhnya terhadap lawan jenis, begitu cuek. Padahal wakru lalu ia sempat melihat sikap Zea terhadap Dean.
Ide paling gila muncul di kepala Sagara, hal paling licik yang mungkin pertama kali dalam hidupnya, ia lakukan.
"Maaf kapt. Apa saya boleh memberi saran?" tanya Saga.
Ankara mengeluarkan tangan kosongnya dan mempersilahkan, "silahkan. Jangan sungkan!"
*Maaf beribu maaf, jika hal yang saya lakukan tidak terhormat kapt. Tapi memperjuangkan sesuatu itu memang berat, right*?!
"Siap kapt! Kalau memberi nomor Clemira saya belum bisa berhubung itu sangat riskan. Bagaimana jika saya yang menghubungi Zea dengan dalih bertanya soal Clemira, adik saya?" tanya Saga.
Ankara terlihat berpikir, jika untuk urusan strategi perang ia mungkin cekatan dalam perhitungan, tapi untuk mengukur dan menghitung dalamnya hati perempuan ia tak mahir.
"Boleh. Ide bagus...." jawabnya.
Saga tersenyum tipis, "jackpot." gumamnya dalam hati.
"Maaf kapt. sebelumnya....tapi saya tidak punya nomor Zea Arumi, karena memang belum pernah menghubunginya?"
"Oh, ada. Sebentar!" Ankara mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan mencari nama Zea, "catat, Ga!"
"Siap kapt!" Sagara ikut mengeluarkan ponselnya, mungkin dalam hal cinta Saga sama-sama be go, tapi be gonya ngga be go-be go amat lah!
Saga menggeleng sambil senyam-senyum anjay mengingat aksi jahatnya yang memanfaatkan Ankara untuk mendapatkan nomor Zea.
Ia melepas baretnya dan duduk di kursi meja kerjanya, bukan pekerjaan laporannya yang ia kerjakan tapi otaknya tengah mencari padanan kata yang tepat untuk menanyakan kabar demi mengawali obrolan dengan Zea.
Assalamu'alaikum Zea, gimana kabarmu....
Sebaik-baiknya salam, maka kalimat salam itulah yang paling baik bagi muslim seperti dirinya dan Zea. Sent!
Cukup lama Saga menunggu balasan dari Zea. Mungkin ia sempat mengerjakan terlebih dahulu pekerjaannya, udah sempet ngopi sambil rebahan bahkan udah sempet nonton lenong sama wayang kulit. Hingga satu balasan pesan ia dapatkan dari si gadis pencuri hati.
Saga sempat berharap jika jawaban lembut nan ramah ia dapatkan dari Zea, tapi garis senyumnya melebar hingga Saga menyemburkan tawanya.
Wa'alaikumsalam. Maaf, nomor yang anda hubungi ini adalah layanan pemasaran kavling makam. Mau mati sekarang atau nanti?
"Dasar cewek absurd..." tawa Saga.
.
.
.
.
.