Zafa tidak pernah menyangka, hidupnya yang mulai tertata harus direcoki oleh seorang gadis tengil yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya.
"Jangan panggil aku, Star jika aku tidak bisa mendapatkannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Kasihan Star
"Hei, Are you oke?" tanya Zafa.
"Aku takut. Mereka pasti akan membawaku lagi ke sana. Aku takut, aku tidak mau," gumam Star.
Zafa menepuk punggung Star untuk menenangkannya. Zafa mengangkat tubuh Star dan mengeluarkan Star dari dalam lemarinya.
Zafa mendudukkan Star di atas ranjangnya. Dia mengangkat dagu Star. Zafa bisa melihat ketakutan di mata Star.
"Bisa kau ceritakan masalahmu? Aku bukan ingin menakutimu, tapi orang-orang itu masih di depan sana. Mereka sepertinya menunggumu."
"Kau harus menolongku. Aku mohon. Aku akan lakukan apapun maumu," ujar Star mengangkup tangan Zafa.
"Aku akan membantumu jika kau menceritakan masalahmu," kata Zafa. Meski dia tak suka situasi seperti ini, tapi dia tak tega melihat Star.
"Pamanku Damian dan Nenekku ingin aku menikah dengan seorang pria tua. Mereka akan membangun kerjasama jika aku bersedia menjadi istri ke 5 pria tua itu. Aku tidak mau kesana. Paman Lionel tidak bisa melindungiku. Kekuasaan nenek dan paman Damian terlalu besar."
Zafa terdiam. Dia tak tahu harus berkomentar apa. Di balik sikap tengil dan menyebalkannya, ternyata Star memiliki masalah serumit ini.
Ponsel Star bergetar. Star kembali menyembunyikan wajahnya di antara sela pahanya.
"Hei, kau harus mengangkat panggilan itu."
"Aku tidak mau. Mereka akan melacakku. Aku harus bagaimana?"
Zafa akhirnya mengeluarkan laptopnya dan melakukan sesuatu. Ponsel Star disambungkan dengan laptop itu. Zafa menunggu sembari mengamati Star. Apa jangan-jangan Star menghilang selama 1 minggu bukan karena kemauannya.
Baru sebentar mengenal Star, Zafa sudah bisa menebak seperti apa sifat Star, tapi sekarang yang ada di hadapannya seperti bukan Star.
"Star lihat aku!" Zafa duduk di depan Star. Star mengangkat wajahnya. Zafa menjadi iba melihat kondisi Star. Dia mengusap air mata Star.
"Kau akan aman jika denganku. Apa kau percaya padaku?" tanya Zafa. Star mengangguk.
"Apa kemarin kau menghilang ada hubungannya dengan nenekmu?"
Star mengangguk. "Nenekku memanggilku ke rumahnya. Dia mengurungku. Meski aku memegang ponsel, tidak ada satu pun dari orang-orang yang ku kenal mau membantuku. Mereka tak berani ikut campur.
Aku baru bisa keluar kemarin dan lalu aku mendatangi uncle Damian. Dia dalang dari semuanya. Dia menghasut nenek untuk menikahkanku dengan tuan Robert."
"Aku akan keluar. Kau tetaplah di dalam sini sampai aku kembali. Aku tidak ingin mereka curiga jika aku terus berada di dalam sini."
"Terima kasih." Star merasa tenang karena Zafa mau membantunya.
Zafa mengambil coatnya dan mengunci pintu kamarnya. Dia lantas pergi keluar. 6 orang tadi kini hanya menyisakan 2 orang untuk berjaga di depan pintu unit milik Star.
Zafa hanya meliriknya sekilas. Namun, lain halnya dengan orang-orang itu. Mereka menatap Zafa dengan terang-terangan.
Zafa bersikap tak acuh. Dia akhirnya pergi. Zafa harus ke cafe untuk mengecek barang datang. Zafa harus memastikan kualitas pesanannya.
Setibanya di cafe. Zafa melihat ada 2 orang yang mencurigakan. Saat dia masuk ke dalam cafe, Eric langsung menariknya.
"Bos, di luar ada 2 orang yang mencurigakan. Mereka membawa foto Star. Mereka menanyaiku dan yang lainnya tadi, tapi aku berkata tidak terlalu ingat dengan wajah pelanggan. Apa Star itu buronan?"
"Mereka orang-orang suruhan keluarga Star. Jika lain kali kalian bertemu dengan orang seperti mereka, katakan saja hal yang sama."
"Kasihan Star," ujar Eric.
...****************...
