Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
"Kamu darimana saja sayang? Kenapa ponselnya ngga bisa dihubungi? Wajah kamu kok pucat gini?" Nadia memberondong Bella dengan berbagai pertanyaan.
"Jangan-jangan kamu?"
"Enggak Bunda, Bella cuma kecapekan aja kok" Bella segera menepis pikiran Nadia itu.
"Ya sudah kamu istirahat aja, mungkin sebentar lagi Elang pulang!!" Nadia mengusap lengan Bella.
"Iya Bunda, Bella juga masih pusing" Tak di pungkiri jika efek racun itu membuat badan Bella terasa lemas dan pusing yang menyerang kepalanya.
Bella lagi-lagi harus terdampar di kamar suram ini. Kamar yang luas dan rapih tapi seperti tak ada kehidupan walau ada dua manusia yang menempatinya. Tak ada yang Bella lakukan setelah masuk ke dalam kamar itu selain tidur.
Bella berbaring terlentang, matanya terpejam meski tidak tidur. Pikirannya sudah terbang kemana-mana. Mengingat dulu saat Mira memberinya nama Arabella. Lalu kehidupannya yang bahagia hancur saat kecelakaan itu. Kecelakaan yang sampai saat ini belum di terima oleh Bella. Kecelakaan yang meninggalkan seribu tanda tanya karena janggal dan mencurigakan.
Lalu bayangan orang-orang yang ingin menghabisinya berputar satu per satu di otaknya. Bella tidak tau harus berlindung dimana lagi, bahkan dirumahnya sendiri pun bukan berarti Bella bisa aman. Salah satu cara untuk melindungi dirinya sendiri yaitu menjadi wanita yang kuat dan tidak bisa terkalahkan. Dan Bella sekarang adalah Bella yang seperti itu.
Ceklek..
Elang memasuki kamarnya dengan wajah yang terlihat sangat lelah. Kemejanya di gulung asal sampai siku, dasinya sudah tak berbentuk. Semua itu tak luput dari mata Bella yang membuka matanya saat mendengar pintu terbuka.
Elang langsung menuju ke kamar mandi tanpa duduk istirahat dulu seperti biasanya. Bella hanya menatap datar pintu kamar mandi yang sudah tertutup itu. Kepalanya kembali berdenyut dan perutnya terasa mual.
Beberapa menit telah berlalu, Elang sudah berganti pakaian dengan celana training yang membungkus kaki panjangnya. Dipadu dengan t-shirt sesuai ukuran tubuhnya. Elang terlihat berbeda dengan rambut yang masih berantakan karena basah di bandingkan saat ke kantor yang di tata dengan rapi.
"Elang, Bella ayo turun makan dulu!!" Teriak Nadia dari luar kamar.
Tanpa menyahut Elang berjalan keluar menyusul Nadia meninggalkan Bella yang sama sekali tidak ada niat untuk bangun dari posisinya.
"Loh Bella mana Lang?" Nadia melihat Elang datang sendiri tanpa Bella di belakangnya.
"Sebentar lagi pasti turun Bun" Jawab Elang acuh.
Beberapa menit berlalu Bella tak kunjung turun juga.
"Lang kok belum turun juga istrimu. Dia lagi sakit Lang, coba kamu lihat dulu!!" Perintah Nadia.
"Ck ..Nyusahin aja!!" Gerutu Elang bangkit dari kursinya.
"Jangan seperti itu sama Bella Lang!!" Lagi dan lagi Nadia membela Bella.
"Kenapa sih Bunda selalu membela dia?" Tanya Elang yang sudah sampai di depan tangga.
"Kelak kamu akan tau sendiri!!" Jawab Nadia menatap putranya penuh arti.
"Hey batu bangun, bunda susah menunggu mu di bawah!!" Elang berdiri di samping Bella yang berbaring.
Elang memperhatikan wajah pucat Bella, ada rasa sedikit kasihan saat melihat wajah cantik itu berbibir putih hampir seperti warna kulitnya.
"Bisa tidak kalau makannya di sini saja?" Suara Bella terdengar lemah di telinga Elang.
"Tidak usah manja!! Ayo cepat!! Kita sudah lapar!!" Elang menarik tangan Bella, memaksanya berdiri. Tak ada penolakan sama sekali dari Bella seperti biasanya.
Bella berusaha berdiri tegak meski rasanya limbung ingin terjatuh.
"Ayo cepat!!" Elang berjalan lebih dulu di depan Bella.
BRUUKKKK..
Saat Elang menoleh ke belakang, Bella sudah terkapar di lantai tak sadarkan diri.
"Bella!!" Elang mendekati tubuh tak berdaya Bella. Tanpa ragu Elang menggendong Bella ala bridal style. Berjalan sedikit cepat menuruni anak tangga.
"Bunda kita ke rumah sakit sekarang!!" Elang berkata tanpa menghentikan langkahnya.
"Bella kenapa Lang?" Nadia paik menyusul Elang yang sudah berlari keluar.
-
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" Elang sudah menghadang dokter yang keluar dari IGD.
"Istri Bapak mengalami keracunan makanan, tapi dari pemeriksaan kami racun itu sepertinya sudah pernah di keluarkan. Tapi karena racunnya sangat berbahaya maka reaksinya masih menyerang tubuh pasien. Untung saja racunnya belum sampai merusak ginjal, mengingat ginjal pasien hanya satu. Seandainya itu terjadi pasien pasti tidak tertolong lagi" Elang mengerutkan keningnya baru tau kalau Bella hanya mempunyai satu ginjal. Sedangkan Elang tidak ingat Bella pernah melakukan operasi besar itu.
"Saat ini pasien sudah sadarkan diri, tapi biarkan dia istirahat dulu untuk beberapa saat karena kondisi tubuhnya yang sangat lemah. Pasien bisa di temui kalau sudah di pindahkan ke ruang rawat. Saya permisi" Dokter itu berlalu setelah penjelasan panjangnya.
Nadia masih melihat Bella yang terbaring lemas dari balik kaca IGD. Matanya tak hentinya mengeluarkan air mata. Putri kesayangannya sedang tak berdaya di dalam sana.
"Mira, maafkan aku karena tidak bisa menjaga putrimu. Kamu di sana pasti bisa melihat jika dia tumbuh menjadi gadis yang kuat. Dia menjaga dirinya sendiri dengan baik meski ada yang mengincar keselamatannya. Aku akan berusaha membuatnya bahagia apapun yang terjadi Mir, kamu tenang saja" Nadia mengusap kaca di depannya, seolah olah mengusap Bella dari kejauhan.
Elang yang berdiri di samping Nadia mendengar jelas apa yang Nadia ucapkan. Kini tambah lagi pertanyaan yang hinggap di kepala Elang setelah pernyataan dokter tadi.
"Ginjal cuma satu, keracunan terus apa kata bunda tadi? Ada yang mengincar keselamatannya? Maksudnya apa?" Ucap Elang dalam hatinya. Kini Elang mulai berpikir bahwa sepertinya Bella menyembunyikan banyak misteri di balik sikapnya yang seperti itu.
Tiba-tiba Elang teringat waktu Bella menelepon seseorang malam itu.
"Bella mengatakan dia tidak akan membiarkan mereka hidup bahagia. Apa ini ada kaitannya dengan telepon waktu itu? Apa mereka musuh Bella?" Elang hanya bisa bergumam dalan hati, tak ingin Nadia mendengarnya.
-
-
Sudah lebih dari tiga jam Bella belum juga bangun dari tidurnya. Namun kini Bella sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Nadia dengan setia duduk di kursi tepat di sebelah Bella berbaring. Sementara Elang duduk di sofa tak jauh dari sana. Elang sedang bertukar pesan dengan Marisa, mengatakan jika Bella saat ini sedang berada di rumah sakit. Rencananya, besok Elang akan bertanya kepada Marisa tentang maslah Bella kali ini. Siapa tau Elang bisa mendapatkan sedikit informasi dari Marisa.
Elang melirik ke arah ranjang rumah sakit yang menjadi tempat berbaring Bella. Elang lebih suka melihat Bella yang menatapnya tajam dengan kata-kata kasar yang keluar dari mulutnya daripada harus melihat wajah pucat pasi dan tubuh yang lemah seperti itu.
-
-
-
-
Happy reading, jangan lupa tinggalkan jejakmu😘