Sheila Cowles, seorang anak yatim piatu, menjalani kehidupan sederhana sebagai cleaning service di sebuah toko mainan anak-anak.
Suatu hari, karena kecerobohannya, seorang wanita hamil besar terpeleset dan Sheila menjadi tersangka dalam kejadian tersebut.
"Kau telah merenggut wanita yang kucintai. Karena itu, duniamu akan kubuat seperti di neraka," kata Leonard dengan penuh amarah.
"Dengan senang hati, aku akan menghadapi segala neraka yang kau ciptakan untukku," jawab Sheila dengan tekad yang bulat.
Bagaimana Sheila menghadapi kehidupan barunya sebagai ibu sambung bagi bayi kembar, ditambah dengan ancaman Leonard yang memendam dendam?
🌹Follow akun NT Othor : Kacan🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDHD 34 (Tangan Kurang Ajar Leonard)
Leonard dan Sheila kembali ke kamar mereka setelah menidurkan dua bayi gembul. Tak ada percakapan di antara pasangan itu, sampai Leonard lebih dulu membuka suara.
“Ada hubungan apa kau dengan sahabatku?” tanya Leonard dengan raut wajah dingin.
Bukan tanpa sebab ia bertanya demi kian pada Sheila. Sebab, sejak lima bulan lalu, Halley terus menerus menanyainya perihal Sheila.
Tentu Leonard tidak sudi memberitahu sahabatnya itu. Bahkan, ia harus bersusah payah menyewa jasa seseorang agar data Sheila tetap aman hingga Halley tak mendapat secuil informasi apa pun.
Sheila yang hendak merebahkan kepala di bantalnya langsung menegakkan kembali punggungnya.
Dalam posisi duduk, ia memandangi wajah Leonard yang berada di sampingnya dengan ekspresi bingung.
“Sahabat? Maksudmu apa?” Kening Sheila mengernyit, menciptakan kerutan halus yang menjungkit tajam.
Leonard mendengus kasar. “Jangan pura-pura bodoh! Aku diam bukan berarti berhenti mengawasimu,” ucapnya sinis.
“Begini saja, bicara langsung ke intinya, aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu.” Tangan Sheila mengepal, menahan geram karena Leonard yang tiba-tiba kembali dalam mode bermulut pedas.
Mata tajam milik Leonard membidik Sheila. “Halley terus menanyakan tentang kau ke padaku! Pasti kau mendekatinya, ‘kan!" tuduh Leonard. Salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk seringai tajam yang mengerikan. “Atau jangan-jangan, selama ini kau menghubunginya lewat ponsel?”
Mata Sheila mendelik tajam, mulutnya menganga lebar diiringi hidung kembang kempis.
Dengan geram, Sheila meraih bantalnya, lalu mendaratkannya di kepala Leonard hingga pria itu mengaduh.
“Sialan! Berani kau padaku.” Leonard mencampakkan bantal yang dilemparkan Sheila ke lantai.
Dada Sheila membusung maju, dengan lantang ia menjawab, “berani!”
“Kenapa aku harus takut? Kau yang memulai keributan ini! Sudah lima bulan berlalu, tapi lagi-lagi kau menuduhku!” Mata Sheila mendelik tajam, menunjukkan kemarahan yang tak dapat disembunyikannya.
Rahang Leonard tampak mengetat, sorot matanya yang mengerikan kian menajam. Geraman tertahan meluncur dari mulutnya yang tertutup rapat.
Dengan kasar Leonard mencengkram kedua pipi Sheila, memberi tekanan keras hingga Sheila tak dapat menggerakkan kepalanya.
“Aku peringatkan untuk yang terakhir, jauhi sahabatku!” ancam Leonard dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Sheila.
Nada serius dan penuh penekanan itu tak membuat Sheila takut.
"Kau hanya wanita miskin yang tidak pantas untuk dicintai sahabatku!" hardik Leonard tanpa filter.
Sheila meraih lengan yang mencengkram pipinya, lalu menghempaskan tangan itu dengan sekuat tenaga.
Tangan besar Leonard terhempas begitu saja, membuat sang empu menggeram kasar.
Dengan jejak merah di wajahnya, Sheila menatap Leonard dengan mata berkilat marah.
“Kau ini sebenarnya kenapa? Cemburu?” Sheila tertawa hambar seraya menggoreskan sebuah senyum penuh ejekan.
Leonard terdiam. Namun, dalam hati ia menolak tegas apa yang dilontarkan oleh mulut istrinya.
Cemburu? Oh tidak, tidak mungkin, kan?
Melihat sang suami diam saja, membuat salah satu sudut bibir Sheila menjungkit. Secerca rasa puas timbul di hatinya.
“Jadi kau benar-benar cemburu?” Sheila merangkak ke depan Leonard yang terdiam bak patung.
Sontak kepala Leonard menunduk, melihat Sheila yang berada di hadapannya dengan wajah menjengkelkan.
Leonard mengangkat tangannya, lalu mendorong kepala itu menjauh darinya. “Mimpi!”
Kepala Sheila terdorong ke belakang diiringi dengan suara decakan sebal. Raut wajah Sheila berubah masam, tak rela diperlakukan demi kian oleh Leonard si pria paling menyebalkan di dunia.
Merasa sangat kesal, Sheila langsung menerjang tubuh tegap pria itu. Tubuh sang pria terlentang di atas ranjang dengan Sheila yang duduk di atas perutnya.
“Apa yang kau lakukan?!” Mata Leonard mendelik lebar. Suaranya melonjak tinggi, menusuk indera pendengar wanita yang kini ada di atas tubuhnya.
Sheila memiringkan kepala seraya memasang wajah seolah-olah tengah berpikir. Kemudian, Sheila mengendikkan kedua bahunya dengan santai.
“Yang pasti bukan memperko-samu,” sahut Sheila sambil menjawil hidung mancung suaminya.
Leonard menggeram, ia memutar kepala ke samping, membuat ujung jari Sheila menjauh dari hidungnya.
“Cepat turun!” titahnya dengan suara tegas.
Sheila mengernyitkan kening sejenak, lalu kepalanya mengangguk cepat. “Oke,” sahutnya enteng.
Segampang itu? Pikir Leonard.
Namun, sedetik kemudian, mata Leonard membelalak lebar. Erangan tertahan membuat urat-urat di lehernya tercetak dengan jelas.
“Sial! Kenapa kau menduduki milikku!” Leonard berteriak kencang, matanya yang mendelik seakan akan mencuat keluar dari tempatnya.
Namun, dengan santainya Sheila memasang wajah terkejut yang dibuat-buat.
“Ha? Upsss!” Sheila menutup mulut dengan satu tangan seraya mengedip-ngedipkan mata. “Maaf, sengaja,” ucapnya dengan mimik wajah mengejek.
Dada Leonard naik turun, napasnya mulai terasa berat. Kelakuan berani Sheila membuat harga dirinya terluka.
“Aduh, ini apa ya yang gembung-gembung? Kau tau ini apa?” tanya Sheila berlagak polos sambil menggerak-gerakkan pinggulnya.
Leonard memejamkan mata saat sengatan gila menjalar hingga ke seluruh tubuhnya. Membuat sekujur tubuhnya merasakan panas dingin.
“Turun!” titah Leonard, suaranya terdengar berat.
Kepala Sheila menggeleng. “Tadi aku sudah turun dari perut ke tempat ini. Kenapa harus turun lagi?” sahutnya dengan bibir mencebik.
Di dalam hati, Sheila tertawa puas. “Kena kau! Hahaha.”
“Kau yang memancingku.” Leonard menggeram. Entah kekuatan dari mana, Leonard secepat kilat membalik keadaan.
Leonard menarik kedua bahu sang istri, membawanya berguling hingga posisinya kini berada di atas Sheila.
Mata Sheila terbelalak lebar, mulutnya terkatup rapat, dengan mata kesulitan berkedip.
Seakan tahu apa yang akan terjadi, Sheila dengan sigap memutar otak cerdiknya. “A-aku lagi haid,” kata Sheila tergagap.
Mata Leonard memicing, menatap Sheila dengan tatapan curiga. Ia tidak percaya begitu saja dengan ucapan istrinya.
Untuk memastikan kebenaran dari perkataan sang istri, tangan Leonard merambat turun ke pusat tubuh Sheila.
Tanpa rasa sungkan sedikit pun, ia meraba bagian yang masih tertutup dengan celana itu.
Sheila yang diraba-raba sontak tercengang. Ia hendak menangkis jauh-jauh tangan lancang suaminya. Namun, baru saja tangannya terangkat, Leonard langsung menangkapnya dengan satu tangan.
Leonard mengunci pergerakkan tangan Sheila, membawanya ke atas kepala wanita itu.
Dalam kondisi tak berdaya, Sheila hanya bisa berteriak saat tangan Leonard menarik kuat celananya.
“Berbohong, hum?” Mata Leonard menatap lekat pusat tubuh Sheila, lalu ia mengangkat kepalanya, menatap Sheila dengan seringai jahat.
“K-kau ….”
Ucapan Sheila menggantung, tenggelam dalam bibir Leonard yang tiba-tiba menyambar tanpa ampun.
Bersambung ….
Bagaimana nasib Sheila selanjutnya?🤫
Etdah si Singa, agresif juge ye😌🔫
Oh iya, Othor punya pantun untuk para readers Sheila dan Leonard 😎🤭🤭🤭
Ikan Hiu makan lele goyeng
Ai lope u zeyeng
Eaaaa
di tunggu kelanjutan ya