Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Spend The Night Together
Diana merupakan teman kuliah Jingga yang baru saja kembali dari Milan, mereka sudah bersahabat sejak dulu sampai sekarang. Wanita berusia 26 tahun itu melanjutkan pendidikannya disana untuk membuat dirinya menjadi seorang fashion desainer terkenal.
Berbeda dengan Jingga yang tetap memilih Indonesia sebagai tempatnya berkarir, namun sayang setelah menikah semuanya menjadi tak terkendali. Dia senang mendengar sahabatnya itu sudah menjadi seorang desainer dan katanya akan menetap di Jakarta untuk membuat butik yang besar.
Diana menceritakan kepada Jingga soal rencananya untuk ke depan, dia yang dulu terpaksa harus pindah kampus ke Milan merasakan perbedaan yang sangat jauh setelahnya.
“ Kamu hebat ya, cita-cita kamu akhirnya terwujud sekarang.” Kata Jingga tersenyum simpul.
“ Kamu juga hebat sekarang sudah menikah, suami kamu dokter kan? Aku penasaran mau ketemu sama dia, waktu kamu nikah aku nggak sempat datang soalnya.” Keluh Diana.
“ Suamiku belum pulang dari rumah sakit, biasanya dia pulang sekitar pukul 5:00 sore.” Jawab Jingga.
“ Aku kaget loh kamu tiba-tiba nikah, padahal Nawa baru aja meninggal waktu itu.” Ucap Dianda sontak membuat ekspresi Jingga berubah.
“ Mau bagaimana lagi, aku udah nggak punya siapa-siapa sekarang. Menikah dengan mas Arka waktu itu adalah keputusan terakhir yang bisa aku ambil.”
“ Tapi kalau kamu bahagia dengan kehidupan kamu sekarang, aku ikut senang kok.” Sahut Diana.
Air mata Jingga menetes tanpa dia sadari saat itu, Diana yang melihatnya pun penasaran dan langsung bertanya apa yang membuatnya tiba-tiba menangis.
“ Aku salah ngomong ya? Maaf maaf, mulutku nggak bisa di kontrol.” Diana menepuk bibirnya dengan kesal sendiri.
“ Aku nangis bahagia bisa lihat kamu lagi, kita udah lama nggak ketemu soalnya.” Ungkap Jingga sambil menyeka air matanya.
“ Akhh, jangan ngomong kaya gitu. Aku jadi ikut terharu mendengarnya.” Diana meraih Jingga ke dalam pelukannya, namun saat itu Jingga mendorong Diana karena tubuhnya terasa sakit jika di sentuh.
“ Ada apa? Kamu sakit.?” Diana menatap Jingga penasaran dan mulai curiga sebab saat ini Jingga mengenakan pakaian tertutup sedangkan ruangan itu tidak dingin sama sekali.
Diana kemudian menarik cardigan yang di gunakan oleh Jingga, dia terkejut melihat bekas memar di lengan Jingga yang terlihat sangat biru keunguan.
“ Kok bisa kaya gini? “ Tanya Diana khawatir.
Jingga kembali menutupnya dengan wajah gugup, jika sudah begini dia bingung harus berkata apa. Diana merupakan sahabatnya yang paling peduli pada Jingga, bahkan dulu saat ada yang menyakitinya di kampus Diana adalah yang paling utama menolongnya selain Nawa.
“ Kamu tahu kan penyakit trombosit, ini salah satu gejala yang di timbulkan dari penyakit itu.” Jawab Jingga terpaksa berbohong.
“ Kok bisa sih? Suami kamu padahal dokter, kenapa bisa sampai Kena penyakit begini.?” Ucap Diana masih terlihat tidak percaya.
“ Memangnya kalau suamiku dokter aku terjamin bakal sehat sentausa, kan nggak mungkin.” Seloroh Jingga.
“ Kamu yakin ini penyakit trombosit? Bukan KDRT kan.?” Lirik Diana penuh rasa curiga.
“ K-kamu ngomong apa sih, mas Arka itu suami yang baik dan nggak mungkin melakukan KDRT sama aku.”
“ Oke, aku Cuma asal ngomong aja. Kamu nggak usah kelihatan panik gitu.” Diana mengakhirinya dengan lelucon yang membuat Jingga sedikit merasa lebih lega.
“ Btw, kamu kok bisa tahu rumahku disini?” Tanya Jingga yang melewatkan bagian itu karena pembahasan mereka sebelumnya.
“ Kamu lupa kalau kamu dulu bilang ke aku kalau kamu tinggal di alamat ini, karena aku mau kasih kamu surprise makanya aku datang sendirian dengan bantuan satpam yang ada di depan. Dia bilang kalau rumah ini memang benar rumah kamu dan suami kamu.” Jawab Diana.
“ Untung aja kamu nggak salah alamat.”
“ Aku sudah hebat sejak dulu, soal alamat aku nggak akan pernah salah.”
**
Arkana pulang sedikit lebih awal hari ini, dia ingin segera berbaring di atas tempat tidurnya setelah melakukan begitu banyak pekerjaan tanpa istirahat.
“ Selamat datang tuan.” Bi Salma yang baru saja membuka pintu untuk Arkana langsung membuat pria itu terlihat kesal.
“ Diamana Jingga.?” Tanya Arkana sinis.
“ Non Jingga ada di kamar tuan.” Balas Bi Salma.
“ Suruh dia ke kamar saya sekarang.” Kata Arkana lantas membuat bi Salma kebingungan.
“ Kenapa diam? Saya suruh kamu panggil dia sekarang.” Tegasnya kembali,
“ Non Jingga,” belum sempat bi Salma menjawab tiba-tiba saja Diana muncul.
“ Kamu pasti suaminya Jingga kan.?” Seru Diana yang membuat Arkana ikut terkejut.
“ Kamu siapa.?” Tanya Arkana.
“ Kenalin, aku Diana sahabatnya Jingga.” Diana menyodorkan tangan kepada Arkana, kemudian Jingga ikut muncul dan merasa kaget melihat Arkana yang ternyata sudah ada di rumah.
Saat itu Jingga mengira bahwa Arkana tidak akan menyambut uluran tangan Diana, namun ternyata dia salah. Arkana membalasnya dan bahkan memperkenalkan dirinya di hadapan Diana dengan nada yang lembut.
“ Maaf mas, aku lupa kasih tahu kamu kalau sahabat aku datang ke rumah.” Lontar Jingga yang sudah berada di samping mereka.
“ Nggak apa-apa kok, kamu bebas bawa teman kamu main ke rumah.” Balas Arkana menatap Jingga dengan senyuman.
“ Rencananya aku mau tinggal semalam di rumah kalian, boleh kan.?” Sahut Diana membuat Jingga dan Arkana balik melihatnya.
Jingga benar-benar tidak tahu kalau Diana akan mengatakan itu di hadapan Arkana, sementara itu dia mulai takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Arkana pasti akan sangat marah kepadanya, dia harus melakukan sesuatu agar Diana tidak jadi tinggal di rumahnya.
“ Boleh, kamu boleh tinggal disini.” Kata Arkana.
“ Tapi mas, kamu nggak masalah kalau Diana tinggal di rumah kita.?” Tanya Jingga.
“ Nggak masalah, dengan begitu kamu jadi nggak kesepian kalau aku pergi kerja.” Arkana menyentuh kepala Jingga dengan lembut di depan Diana dan bi Salma.
“ Tuan Arka benar-benar pandai berakting, dia bisa membuat non Diana percaya kalau sikapnya kepada non Jingga benar tulus.” Benak Bi Salma hanya dapat menyaksikan mereka.
“ Maaf ya kalau aku merepotkan, besok kalau aku sudah dapat apartemen baru aku langsung pergi kok dari rumah ini.” Ujar Diana.
“ Nggak usah terburu-buru, anggap rumah sendiri aja.” Balas Arkana.
“ Terima kasih ya, aku makin nggak enak nih.” Ucap Diana menggaruk kepala tak gatal.
“ Oh iya bi, tolong siapkan kamar tamu untuk Diana. Aku sama Jingga mau ke kamar dulu. Yuk sayang.” Arkana menarik lengan Jingga dan mengajaknya masuk ke dalam kamar.
Saat itu juga Jingga sudah yakin bahwa di dalam kamar nanti dia akan mendapat omelan dari Arkana, dia harus siap sedia untuk mendapatkan sikap buruk Arkana lagi.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.