Susuk Kalajengking

Arya merutuk panjang pendek karena dia mendapat hukuman untuk membersihkan sumur dalam pura, Pura yang sudah tidak bagus lagi seperti dulu, Sebagian sudah hancur karena memang sengaja di hancurkan agar tidak menjadi tempat angker.

Takut nya nanti akan ada orang yang menyalah gunakan tempat angker ini untuk perbuatan sesat, Karena warga kampung ini masih sangat menyukai hal yang berbau mistis dan juga tentang pesugihan untuk memperkaya harta dan juga mempercantik diri.

"Kenapa juga aku harus dapat hukuman seperti ini, Aduuh malas sekali aku rasa nya." Keluh Arya sangat kesal.

Bukan pekerjaan nya yang membuat Arya kesal, Namun tempat ini adalah kuburan bagi Ayah nya, Dan arwah juragan Adi juga masih berkeliaran di sana meminta untuk di bebaskan, Tidak ada yang bisa merusak segel yang sudah Ibu Laras buat, Di tambah dengan kekuatan Purnama yang juga menyegel tempat itu.

"Aarrkhhh!"

Arya memekik kaget ketika ada gadis cantik duduk di tepi sumur dengan rambut nya tergerai indah, Dia bukan lain adalah Maharani Kakak nya yang sudah lama meninggal karena di perkosa oleh Ayah mereka.

"Kenapa kau menjerit begitu, Seperti sedang melihat hantu saja." Maharani merutuk kesal.

"Aku hanya kaget, Kak! Kau kan tidak pernah menampak kan diri di hadapan ku." Ujar Arya tanpa rasa takut.

"Maka nya kau itu harus rajin menegur ku, Masa cuma aku saja yang terus melihat mu." Ucap Maharani.

"Maaf ya, Aku sedang sibuk sekali." Arya memberi alasan.

"Pasti kau sekarang kesal kan karena di hukum oleh si galak, Purnama memang galak sekali ya." Maharani mengajak adik nya menggosip.

Arya menarik nafas panjang dan duduk menyandarkan tubuh nya pada dinding sumur, Maharani masih menatap Arya untuk mendengarkan cerita.

"Sebenar nya ini memang salah ku, Tidak mendengarkan larangan dia." Lirih Arya.

"Dia itu sebenar nya baik juga, Mata nya selalu tidak pernah salah menilai orang." Maharani menarik nafas berat.

"Loh kok Kakak masih bisa bernafas?!" Arya kaget dan mengecek hidung Maharani.

Maharani hanya bisa pasrah ketika adik nya mengecek bahkan sampai menarik narik hidung nya keatas, Arya sungguh kaget karena ada hantu yang bisa bernafas.

"Tangan mu ini loh! Patah tulang ku nanti." Rutuk Maharani menggeplak tangan adik nya.

"Kenapa Kakak bernafas?" Tanya Arya lagi.

"Kan Kakak sudah jadi kuntilanak kelas kakap! Nih teman Kakak masih kelas teri, Ya ndak bernafas." Maharani menunjuk Nilam yang sejak tadi diam saja.

"Emang jadi hantu ada kelas nya, Kak?" Tanya Arya polos.

"Ada! Tapi kalau mau naik kelas harus nyogok dulu." Cetus Nilam.

"Eeeh harus ada orang dalam ya." Timpal Arya.

"Iya! Maka nya kita saat hidup harus jadi orang baik, Jadi nanti pas kita mati dan jadi hantu, Akan mendapat kelas yang spesial." Ujar Nilam.

"Masa karena itu? Bukan karena kematian kalian yang tragis itu ya, Mbak Nilam karena di santet dan Kakak karena di bunuh." Heran Arya tanpa dosa.

Maharani dan Nilam saling pandang karena mendapat serangan telak tentang kematian mereka, Ternyata bocah berwajah polos ini pun bisa sangat pedas bila berkata, Mana dia berkata seolah tidak bersalah sama sekali.

"Ku kira dia beneran polos, Ternyata mulut nya pedas juga." Bisik Nilam.

"Kau lupa? Dia ini mantan siluman ular, Tentu saja mulut nya berbisa." Ucap Maharani.

Arya tertawa karena dia sebenar nya juga mendengar apa yang mereka bisikan, Dasar kuntilanak nya saja yang tidak sadar diri dan malah bergosip.

"Kakak kan lama tinggal di sana, Apa rasa nya sangat dingin?" Tanya Arya.

"Hei jahat sekali mulut mu itu, Bagai mana kau dengan tega nya menanya kan tempat yang membuat ku tersiksa." Sewot Maharani.

"Apa sih gitu saja marah, Aku kan cuma tanya saja." Ucap Arya.

"Sekarang gantian Ayah sialan mu itu yang tinggal di sini, Tahu rasa dia." Maharani masih sangat dendam kepada Ayah tiri nya.

"Jadi Kakak masih dendam ya sama, Ayah?" Tanya Arya lagi.

"Ya tentu saja lah! Memang nya kau tidak dendam pada istri yang sudah menyakiti mu itu, Heh aku kalau ingat si Sari, Rasa nya pengen ku jitak." Maharani berkata sambil berapi api.

Arya menunduk sedih ingat lagi dengan wanita yang ia cintai secara ugal ugalan, Namun malah tega menyakiti dan menduakan nya, Bahkan bukan dengan satu pria saja menduakan Arya, Melainkan banyak orang.

"Ngapain kau bahas Sari sih? Lihat adik mu jadi sedih!" Nilam menggeplak kepala Maharani.

"Aduh! Ya kan aku kebablasan to." Seru Maharani.

"Sana diam kan, Tuh dia mulai nangis." Tunjuk Nilam.

Memang Arya sekarang menangis pilu mengingat bejat nya Sari yang sangat kurang ajar itu, Tidak pernah memikirkan perasaan nya sebagai suami.

"Cup, Cup! Anak baik jangan menangis." Maharani menghibur Arya.

"Kenapa dia begitu tega padaku, Kak? Padahal aku sampai rela meninggalkan Kakak Purnama hanya demi diri nya." Arya mencurahkan isi hati nya.

Dengan Purnama dia tidak bisa curhat begitu, Karena sudah pasti nanti Purnama akan meledak ledak dan menyalahkan diri nya karena tidak menuruti ucapan nya dari awal.

"Sudah lah jangan di tangisi wanita seperti itu, Suatu saat dia pasti akan mendapat azab dari Allah." Hibur Maharani duduk di sebelah kiri Arya.

"Iya benar kata Kakak mu, Orang jahat pasti akan mendapat balasan! Apa lagi dalam tubuh Sari itu ada jin nya Bu Kiki, Tentu kita tahu nasib akhir nya akan bagai mana." Nilam juga menghibur Arya.

"Nanti akan ada wanita yang bisa mencintai mu dengan tulus." Ujar Maharani.

"Tidak, Aku tidak mau menikah lagi. Aku takut nanti akan seperti Ayah yang istri banyak dan aaahhh, Ibu pasti sangat kecewa." Arya mengusap rambut nya kasar.

"Mana ada lah begitu, Ibu pasti nya tahu apa yang sudah kau alami." Sergah Maharani.

Arya sudah berpegang teguh pada janji nya kepada sang Ibu, Meski niat Laras melarang putra nya kalau bisa jangan sampai bercerai itu adalah hal yang baik. Namun Arya akhir nya tidak bisa juga mempertahan kan rumah tangga nya, Dan dia tidak berniat untuk menikah lagi.

"Itu kan kau juga baru berpisah, Nanti pasti ada niat untuk menikah! Nanti lato lato mu tidak ada yang memainkan." Cetus Nilam.

"Nilam! Mulut mu itu kok." Maharani terpekik kesal.

Nilam tertawa kencang karena suasan berubah menjadi ceria, Dengan guyonan nya barusan, Arya menjadi bisa tersenyum dan melupan kesedihan nya akibat perceraian dalam rumah tangga nya.