Ayu Lestari, seorang wanita yang harus rela pergi dari rumahnya saat warga mengetahui kehamilannya. Menghabiskan satu Malam dengan pria yang tidak di kenalnya, membawa petaka dan kemalangan pada Ayu, seorang wanita yang harus rela masa depannya terenggut.
Akankah Ayu menemukan siapa ayah bayi yang di kandungnya? bagaimana reaksinya saat mengetahui bahwa pria yang menghamilinya adalah seorang pria yang di kenal culun?
Penasaran kan? yuk ikuti terus kisahnya sampai akhir ya, jangan lupa tambahkan subscribe, like, coment dan vote nya. 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana jika Ayah datang?
Raja memanggil ayu yang tengah berjalan beriringan dengan Elis, sang Putra melambaikan tangannya di atas motor yang di bawa Dika.
"Bokem gue, aahhh.. Senangnya." Elis berjingkrak-jingkrak saat melihat kedatangan Raja, dia sangat menyukai anak temannya itu yang sangat bawel dan juga menggemaskan.
"Jangan di apa-apain anak gue." Ayu memberikan peringatan pada Elis, pasalnya temannya itu membuat anaknya tidak nyaman karena seringkali Elis menarik-narik pipi Raja.
Wiratma tak lepas memandang kearah Raja, Ghani dan Ganesha pun mengikuti arah pandang Wiratma yang mana membuat keduanya pun terkejut.
"Dia mirip Gibran." Celetuk Ganesha.
"Ikuti kemana mereka pergi." Titah Wiratma pada supirnya.
"Baik, Tuan." Sahut Supirnya.
Dari dalam mobil, Wiratma tetap memperhatikan Raja dan melihat interaksinya dengan wanita yang di panggil Ibu oleh anak kecil itu.
Ayu berpamitan pada Elis yang tengah memainkan pipi Raja, Dika memberikan helm pada Ayu sebelum dia naik ke motornya. Melihat motor yang di tumpangi Ayu pergi, sang sopir langsung melajukan mobilnya mengikuti kemana arah motor Dika melaju.
Raja duduk di bagian depan, dia merentangkan tangannya menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.
Beberapa menit kemudian.
Sampailah Ayu di kediamannya yaitu panti asuhan, dari dalam mobilnya Wiratma mengernyitkan dahinya, Ayu dan Dika masuk kedalam panti asuhan, sementara Raja bermain dengan anak yang lainnya.
"Tugas kalian, cari tahu siapa anak itu." Titah Wiratma.
"Baik, Pa." Sahut keduanya bersamaan.
Gerak-gerik Raja tak luput dari penglihatan Wiratma, tangannya tergerak membuka pintu mobil, dia keluar menghampiri Raja yang tengah bermain kelereng.
"Hai, Nak. Sedang main apa?" Tanya Wiratma.
Raja dan yang lainnya mendongak kearah pria yang sebagian rambutnya memutih, dari penampilannya mereka bisa menilai bahwa Wiratma berasal dari orang kaya.
"Kami sedang main kelereng, mau ikutan?" Jawab Raja mengajak Wiratma untuk bergabung.
"Panggil aku kakek, karena aku sudah tua." Ucap Wiratma.
"Iya, keliatan dari rambutnya kok." Celetuk Raja.
Wiratma terkekeh mendengarnya, dia berjongkok di hadapan Raja dan mengusap rambutnya dengan lembut.
"Siapa namamu, Nak?" Tanya Wiratma menatap kearah Raja.
"Namaku, Raja Maheswara, Kek. Kakek kesini mau apa? mau bertemu Ibu panti?" Raja sangat berbeda dengan yang lainnya, dia menjawab semua ucapan Wiratma di saat yang lainnya lebih memilih diam.
"A-ahh, iya. Aku mau bertemu Ibu panti, apakah ada?" Wiratma mengiyakan pertanyaan Raja, padahal dia hanya beralasan agar bisa menemui Raja yang wajahnya sangat mirip dengan anak bungsunya.
"Biar aku panggilkan ya, kakek tunggu disini. Oh iya, kakek duduk saja dia bangku sana, biasanya orang tua itu suka encok kalau kata abah." Ucap Raja menu juk kearah bangku yang tak jauh dari tempatnya.
Wiratma pun memilih duduk di bangku yang di tunjuk oleh Raja, sedangkan Raja sendiri berlari kearah rumah memanggil bu panti. Tak berselang lama seorang wanita memakai jilbab panjang keluar, dia berjalan di gandeng Raja menuju bangku yang di duduki Wiratma.
Melihat kehadiran wanita tua itu, Wiratma lantas bangkit dari duduknya menyambut kedatangannya.
"Apa tuan mencari saya?" Tanya Ibu panti.
"Iya, saya mau menyumbangkan sedikit rezeki saya untuk anak-anak disini." Jawab Wiratma.
"Alhamdulillah, kalau begitu, Mari masuk kedalam tuan. Kita bicara di dalam saja, tidak sopan menyambut tamu di luar seperti ini." Ucap Ibu panti.
"Tidak usah bu, kebetulan saya lewat kesini dan tak sengaja membaca tulisan "Panti Harapan Bunda" jadi, saya memutuskan untuk mampir." Tolak Wiratma secara halus.
"Oh begitu ya, saya sangat bersyukur tuan berkenan mampir ke tempat kami." Ucap Ibu panti tak kalah ramahnya.
"Kalau boleh tahu, Raja tinggal disini sudah berapa lama? Dia kelihatannya anak yang cerdas ya, Bu. Saya jadi tertarik mengadopsinya." Wiratma sengaja ingin mencari tahu siapa Raja dengan beralasan ingin mengadopsinya.
"Mohon maaf, tuan. Bila ingin mengadopsi, silahkan cari anak yang lainnya saja. Raja memang tinggal di panti asuhan, tetapi ia tinggal bersama ibu kandungnya tidak seperti anak yang lainnya." Jawab Ibu Panti.
"Aku punya Ibu, Kakek. Hanya saja tidak punya Ayah, nanti kalau Ayahku datang bagaimana?" Seru Raja yang ternyata mendengar ucapan Wiratma.
Tidak punya ayah?
"Raja, ehhh.. Tadi kamu di panggil Ibu, kamu masuk dulu ya." Titah Ibu panti.
Rupanya pancingan Wiratma berhasil, Raja yang polos menyahuti rasa penasarannya. Ibu panti meminta maaf atas sikap Raja, padahal dirinya sudah berusaha untuk tidak membongkar identitas Raja dan hanya menolak Wiratma yang ingin mengadopsinya.
Wiratma pun berbincang-bincang mengenai dirinya yang ingin menyumbangkan sejumlah dana untuk panti asuhan, niat baik Wiratma tentu saja di sambut dengan baik oleh Ibu panti karena memang di Panti asuhan tengah membutuhkan dana yang cukup besar untuk merenovasi tempat huni yang sudah mulai bocor dan juga sempit. Usai berbincang, Wiratma pun berpamitan dan berjanji akan kembali dengan membawa sejumlah uang yang akan ia berikan.
/Slight//Slight/