MOHON MAAF, MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN, DAN TANDA BACA YANG MASIH AMBURADUL 🙏
Dulu. demi bisa mendekati lelaki yang ia cintai, Emira nekat mengubah identitas nya, jati dirinya, bahkan penampilannya, yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang asli, namun lelaki yang ia suka tiba tiba menghilang, tanpa kabar, dan tanpa jejak, seperti di telan bumi.
Mereka kembali bertemu, perdebatan tak penting mewarnai hari hari mereka sebagai dokter residen.
Tapi malam reuni itu merubah segalanya, di pagi hari mereka terbangun didalam sebuah kamar hotel, tanpa apapun selain selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Dokter Kevin.
Kevin berjalan terburu buru menuju tempat parkir, hendak ke kantor polisi karena adik bungsunya sedang berada di sana, namun tepat sebelum membuka pintu mobil, ponselnya berdering.
"Iya …"
"Dokter, pasien anak berusia 12 tahun, dengan luka dan pendarahan serius di kepala, akibat hantaman benda tumpul, tanda vitalnya sudah menurun dok." Salah seorang dokter residen melapor pada Kevin seperti layaknya aktris tengah menghafal naskah.
"Baik, saya kesana." Kevin urung pergi, ia pun berlari cepat menuju Emergency Room, usai meletakkan tas dan perlengkapannya di meja perawat, Kevin dengan sigap menggulung kemeja kemudian memakai sarung tangan, pasien di hadapannya sudah mendapat pertolongan pertama, termasuk alat bantu pernafasan.
"Luka di kepalanya cukup serius dok, ada retakkan juga di tulang tengkoraknya."
"Ada keluarga nya di sini?"
"Itu dok."
Pandangan Kevin mengarah pada sosok remaja berpakaian serba hitam, tengah berdiri dengan wajah ketakutan.
Kevin mendekati tempat Arjuna menunggu, "kamu keluaganya?"
"Iya dok, saya kakak nya."
"Orang tua?"
"Orang tua kami sedang tidak di Jakarta dok."
"Lalu siapa walimu?"
"Kakung, eh maksud saya kakek dok, tapi kakek pun sedang ada urusan di luar kota."
"Baik, pasien mengalami pendarahan cukup parah di kepalanya, bahkan ada retakkan di tulang tengkoraknya, bedah anak akan bekerja sama dengan dokter bedah syaraf, untuk membuka dan mengeluarkan darah yang menggumpal di kepala pasien … kami khawatir …"
Arjuna tiba tiba berlutut di kaki Kevin. "Lakukan apa saja dok, tapi ku mohon selamatkan adikku, aku akan membayar berapapun asalkan dia selamat, aku janji, jika adikku selamat aku tak akan pernah lagi berbuat onar, anda saksi nya dok," Ucap Arjuna, ia meminta pertolongan pada dokter yang kini berdiri di hadapannya, bahkan berjanji akan merubah sikap dan perilakunya yang selama ini selalu membangkang terutama pada ayahnya.
"Simpan janji itu untuk dirimu sendiri, tugasku hanya berusaha menyelamatkan nyawa tak berdosa akibat ulah nakalmu, benarkah dugaanku?"
Arjuna hanya mengangguk pasrah, ia benar benar merasa bersalah karena mengabaikan peringatan Bisma.
Sekujur tubuhnya masih bergetar hebat, ia merogoh saku jaket nya, kemudian menghubungi kakung yang saat ini menghadiri acara kemitraan bisnis tanaman Herbal di Bogor.
*
*
*
Sementara itu, di kantor polisi, kini kantor polisi semakin ramai, karena segerombolan remaja yang beberapa jam lalu terlibat tawuran, kini digiring ke kantor polisi, mereka semua tengah mendapat siraman rohani dari kepala polisi setempat, akankah itu mampu merubah sifat mereka? Entah.
Sementara di dalam salah satu sel tahanan, tujuh orang gadis yang juga terlibat tawuran tak seimbang, kini saling tatap dengan pandangan benci.
Jika saja tidak sedang berada di kantor polisi, sudah ia hajar habis enam gadis di hadapannya, 'belum tahu mereka sedang berhadapan dengan siapa', batin Emira.
Tengah sibuk dengan perasaannya sendiri, tiba tiba ke enam gadis yang tinggal satu sel dengan Emira, tiba tiba di buat terkesima, mereka seperti melihat pahatan sempurna, mahakarya sang pencipta keindahan, pria tampan, matang, dengan penampilan ala kadarnya, tapi tetap terlihat sexy dimata mereka, bahkan mampu membuat hati ke enam gadis tersebut seperti melompat keluar dari tempatnya.
Menyadari ada suasana berbeda, serta bulu kuduknya tiba tiba meremang, Emira pun mendongak, pantas saja alarm tubuhnya mendadak memberi peringatan.
Kakak nya yang tampan paripurna sedang menatap dengan pandangan yang entah apa, Emira tak bisa menerjemahkan.
'Ck ck ck ck Pada ngiler kan liat kakakku yang perfect limited edition … sayang udah punya dua anak dan istri cantik, kalian semua bukan levelnya', gerutu Emira dalam hati.
Namun, Andre yang sudah sangat pusing dengan kelakuan adik bungsunya, hanya berlalu, kemudian menemui petugas untuk bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Andre menunggu sesaat, hingga proses mediasi bersama para orang tua usai, dirinya harus banyak bersabar menghadapi adik bungsunya yang sedang dalam puncak masa remaja.
Syukurlah daddy dan mommy sedang berasa di Singapura, tak bisa Andre bayangkan kemarahan daddy Alex setelah mendengar apa yang menimpa putri kesayangannya hari ini.
Jika saja tak ingat, apa yang pagi tadi dikatakan mommy Stella dan daddy Alex, mungkin saat ini Andre sudah meluapkan amarahnya pada Emira.
Tapi sebisa mungkin ia diam, agar emosinya tidak meluap.
*
*
*
Kevin keluar dari ruang operasi, setelah berjuang selama lebih dari dua jam, akhirnya nyawa pasiennya berhasil di selamatkan, gumpalan darah di otak berhasil disedot, dan kini kondisi pasien sudah stabil, hanya tinggal menunggu pasien sadar di observasi.
Kevin menghampiri Arjuna yang masih duduk menunduk di kursi ruang tunggu.
Sebuah tepukan keras ia labuhkan di pundak Arjuna.
Arjuna tersadar, dan seketika mendongak, "dok … bagaimana adik saya?"
"Adikmu sudah melalui masa kritisnya, setelah lukanya dijahit, dia akan dipindahkan ke ruang observasi."
Tanpa sadar Arjuna menangis, sedih, sesal, bahagia melebur jadi satu, tak lagi penting sakit di sekujur tubuhnya, tak lagi ia rasakan ngilu pada tulang rusuk, lengan, serta memar di pah@ kirinya.
Tanpa sadar Arjuna memeluk Kevin dan menumpahkan tangisnya di sana.
"Terima kasih dok, aku akan selalu mengingatmu, tak akan melupakan jasa baik dokter …"
Hanya itu yang Arjuna katakan, entah kenapa Kevin pun hanya bisa diam, bahkan ia tak bisa menyela ucapan Arjuna, yang terus di ulang berkali kali seperti kalimat sakti yang tak boleh ia lupakan seumur hidupnya.
Hingga beberapa jam berlalu, Arjuna masih setia duduk di depan ruang observasi, tak tahu apa lagi yang harus ia lakukan.
Tak lama kemudian, empat orang pria berpakaian serba hitam datang menghampirinya.
Arjuna mendongak, kini ia tak bisa lagi mengelak.
"Silahkan ikut kami … Tuan Satrio sudah menunggu anda."
"Lalu Bisma bagaimana, tidak ada yang menungguinya di sini."
"Sebentar lagi, kakek anda tiba."
Arjuna mengangguk, kemudian berjalan pasrah dengan empat orang pria mengiiringi nya.
Dari kejauhan, Kevin menyaksikan adegan tersebut, namun ia tak bisa ikut campur, baru saja ia hendak meninggalkan rumah sakit karena kondisi Bisma sudah stabil. "Aku merindukan istri dan anak anakku …" ujarnya, ketika menyalakan mesin mobilnya.
"Gadisyayangkuuu …"
Di ujung sana, Gadisya hanya mengulum senyuman, mendengar panggilan manis sang suami, "Iya … aku akan siapkan makan malam." Jawab Gadisya. "Kebetulan anak anak baru saja tidur."
"Terimakasih … Syayangku …"
"Mie rebus kan?"
"Aaaahh... tepat sekali."
Kevin tersenyum sepanjang perjalanannya menuju rumah, terbayang wajah ayu sang istri yang selalu menyambutnya dengan senyuman sayang penuh cinta dan makanan hangat.
.
.
.
😁😁🤪🤪
.
.
Bang … jangan manis manis bang, banyak readers yang meleleh… 🤧🤧
.
.
.
.
💛❤️
.
.
.
Kevin udah kaya jelangkung aja, lompat dari SM 2 ke CLBK