Aletha seorang cucu angkat dari konglomerat dijodohkan dengan pria yang juga merupakan konglomerat. Pernikahan paksa berlangsung demi menjaga perusahaan keluarga Aletha dari ambang kehancuran.
Namun dalam kehidupan cintanya, Aletha tidak memiliki riwayat percintaan yang baik begitu juga dengan pernikahannya. Tetapi nasib berkata lain, dalam kehidupan rumah tangganya terselip pria lain yang menjaganya dengan baik.
Lalu apakah yang akan terjadi dalam rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayaran Dengan Ciuman
Dalam rangka ingin mengajak Thea berjalan-jalan, Aletha mendandani Thea sebaik mungkin dan mempersiapkan gadis itu. Pakaian dipilihkan oleh Aletha, untungnya ada pakaian Aletha yang cocok untuk dirinya.
Sedikit polesan Aletha tambahkan agar gadis itu terlihat sangat cantik. Kini wajahnya begitu berseri melihat penampilannya yang sangat cantik, berurang kali ia berterima kasih kepada Aletha atas semua ini. Aletha sudah meminta izin kepada David, untungnya pria itu mengiyakan.
Dan kini di dalam mobil ada mereka bertiga, Thea terlihat begitu tegang. Ini pertama kalinya ia diajak seperti ini oleh orang lain. Betapa bahagianya ia melihat semua ini, sejak dulu ia tinggal di rumah dan fokus pada sekolahnya, liburan pun selalu ia lakukan di rumah. Melihat Aletha yang begitu sayang dengannya, membuatnya takut akan semua hal.
"Mau makan es krim?" tawar Aletha.
"Mau," jawab Thea antusias.
Es krim dengan berbagai varian rasa dan toping sudah mereka nikmati. Kini Aletha mengajak gadis itu untuk bermain wahana. Roller coaster yang begitu tinggi membuat dirinya ketakutan. Namun ia melirik Thea yang matanya sudah membulat sempurna karena takjub.
"Ayo Nyonya Aletha kita naik itu!" tunjuk Thea kepada wahana Roller coaster.
"A-apa? Ti-tidak-tidak, aku disini saja," tolak Aletha pelan.
"Oh ayolah, kita harus bersenang-senang."
Ini bukan bersenang-senang, ini tujuannya seperti mencari mati
"Ayo!" ajak David meyakinkan. "Aku akan berada di sebelahmu.
Kini mereka telah duduk di masing-masing tempat. Aletha di tengah dan di kanan dan juga kirinya ada Thea dan Dion. Posisi tempat duduk mereka cukup aman karena berada di tengah. Dan ketika wahana itu bergerak, teriakan kencang dari Aletha.
"Aaaaaaaaaaaa!"
Wajahnya penuh ketakutan. Namun saat Dion yang tiba-tiba menggenggam tangannya, Jantungnya berdegup kencang bukan karena takut melainkan cinta. Ia menoleh dan melihat David yang teriak kencang dan tersenyum. Melihat semua ini ia juga tersenyum dan berteriak. Jantungnya tidal bisa ia kontrol. Perasaannya benar-benar akan meledak. Ia begitu mencintai Dion.
Selesai sudah perjalanan mereka. Sudah sore hari dan mereka bergegas untuk pulang. Aletha memberikan Thea hadiah berupa boneka beruang besar. Dan Thea terlihat senang sekali lalu memeluk boneka beruangnya. Tidak lama dari itu ia terlelap dan bersandar di bahu Aletha.
"Dia kelelahan," gumam Aletha.
"Dia gadis yang baik," sahut Dion.
"Benar, aku menyukainya," ucap Aletha tersenyum. Dan juga mencintaimu
...****************...
Beberapa kertas berisi coretan penuh di meja Dion. Ia memeriksa beberapa foto dan menemukan fakta baru. Dengan cepat ia mengambil kunci mobil dan berangkat ke daerah terpencil dan cukup jauh dari kotanya
Ting nung
Dion menekan bel. Keluar seorang gadis kecil yang menatapnya dengan sendu. Setelah berkunjung ke rumah itu, dia mendapat fakta baru bahwa Miranda memiliki seorang teman dekat yang tahu siapa kekasihnya. Sayangnya orang itu telah meninggal. Teka-teki baru untuknya, siapa yang melakukan semua ini? Dalam benaknya hal-hal seperti itu terus ia pikirkan.
Kembali lagi ke rumah mewah David, Dion membawa beberapa dokumen yang perlu dibahas. Ia menjelaskan secara rinci hal yang diperlukan. Namun perhatian David bukan pada misinya melainkan Dion. Mengetahui hal itu Dion berhenti berbicara.
"Ada apa?" tanya Dion.
"Apa yang kau cari tahu?" tanya David mengintrogasi.
"Keluarga nyonya Aletha."
David menaikkan satu alisnya. "Maksudmu?"
"Ada yang janggal. Beberapa bukti menghilang dan banyak kejadian aneh. Contohnya narasumber yang tiba-tiba meninggal. Data-data pemerintahan yang hilang. Aku rasa ini bukan ulah orang biasa."
Sudut bibir David tertarik. "Mengapa kau mencari tahu akan hal ini?"
"Aku telah berjanji pada nyonya Aletha Tuan." Dion menjawab tanpa keraguan.
"Baiklah, pergilah!"
Dion mengangguk. Saat ia baru saja akan keluar, Aletha terlebih dahulu membuka pintu. Gadis itu membawa secangkir coklat hangat. Dengan perlahan ia melekatannya dengan rapi di atas meja. Matanya menatap Dion lekat, penasaran apa yang dilakukan pria ini di sini yang sudah larut malam.
Sedangkan dirinya merasa aneh. Matanya tidak bisa beralih ke tempat lain melainkan melihat Aletha yang begitu cantik dengan baju tidurnya. Dion menelan saliva dan menatap lekat keduanya. Apa yang ingin mereka lalukan? Apakah pernikahan mereka bahagia? Lalu bagaimana nasib Claudine?
Pertanyaan menyebalkan itu menggangu dirinya, dengan perasaan panas ia keluar dari ruangan itu. Kini David mulai merasa aneh akan tindakan bawahannya. Ia terkekeh geli, pikiran aneh menggelitik perutnya. Mungkinkah Dion menyukai sesama jenis yaitu dirinya? Jika Dion mencintainya rasanya akan lebih seru. Lalu ia melirik istrinya, Aletha lebih menarik dari apapun juga. David benar-benar gila.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya David sembari mengaduk coklatnya.
"Thea. Bisakah kau memberi dia kerja bagian? Pagi hingga menjelang siang ia sekolah, lalu siang menjelang sore ia bekerja. Aku kasihan kepadanya, ia tidak bisa memiliki nasib seperti itu."
Pernyataan Aletha membuat sudut bibir David tertarik hingga menjadi sebuah senyuman. Ia meraih kedua tangan istrinya dengan lembut. Menatap lekat kedua bola mata itu. Lalu ia mendekatkan tubuhnya ke Aletha dan mendekatkan bibirnya ke telinga Aletha.
"Ada bayarannya," bisik David.
Seketika seluruh badan Aletha merinding. "A-apa?" tanya Aletha gugup.
David kembali menatap Aletha mendekatkan wajahnya kemudia menempelkan bibirnya denga Aletha. Aletha tidak bergerak dan juga tidak membalas ciuman. Ia hanya berdiam kaku.
Merasa hal itu cukup mengganggu, David melumat bibir Aletha dengan sedikit menuntut. Gadis itu juga menahan mulutnya agar tidak terbuka lebar. Dengan sedikit kekesalan, David mencengkram tengkuk Aletha sehingga gadis itu meringis dan membuka sedikit mulutnya.
Mengetahui ada cela, dengan gesit bibir David telah masuk dan bersilah lidah dengan Aletha. Gadis itu sempat memberontak kecil, tapi cengkraman David semakin kuat. Bibirnya terus dihisap dan lidahnya terus bergantian untuk bertemu.
Selesai sudah pertautan dari bibir mereka, Aletha menarik nafas panjang. Ia terlihat susah bernafas dan matanya mulai berkaca-kaca. Rasanya sudah cukup puas bagi David untuk ini. Dan gadis itu mulai merasakan keanehan pada tubuhnya.
ceritanya rekomen banget buat dibaca