Maaf, Takdirku Bukan Bersamamu
Angin dari laut berhembus cukup kencang untuk membuat rambut panjang seorang gadis di pinggir pantai berantakan. Wajahnya terlihat lesu dan bibirnya agak pucat, namun masih terlihat cukup cantik. Dress merah yang ia kenakan juga tertiup angin.
Ia adalah Aletha Brylee, cucu angkat konglomerat yang perusahaannya mengalami ketidakstabilan. Baru saja ia mendapatkan kabar akan dijodohkan dengan seorang pria konglomerat yang akan membantu perusahaan kakeknya. Namun hatinya tidak siap karena ia masih ingin melanjutkan pendidikannya dan menemukan teman-teman baru.
Dari jauh terdapat dua orang pria dan satu pria lansia yang duduk di kursi roda dan tengah memegang teropong untuk memantau gadis itu dari jauh. Mereka berada di sebuah Villa dekat pantai yang memiliki pemandangan yang sangat indah.
"Sepertinya cucuku belum siap melakukan perjodohan ini. Bagaimana menurutmu?" tanya pria lansia itu menatap kedua pria di sampingnya.
"Perjodohan ini harus dilakukan, semua ini demi memperkuat perusahaan ini. Perusahaan kita hampir bangkrut, satu satunya cara adalah ini. Lagipula anakku adalah laki-laki, sedangkan yang dibutuhkan keluarga Raymond adalah perempuan. Jadi hanya Aletha," jawab pria setengah baya.
Pria muda yang ada dibelakang mereka hanya diam menatap kedua orang tua di depannya
"Apakah memang harus seperti ini?" tanya pria lansia yang dijawab anggukan dari keduanya.
"Kalian tau dia sudah berada di panti asuhan sejak ia lahir. Usia lima tahun aku mengangkatnya karena pada saat itu aku tertarik dengan lukisan kecilnya, sangat indah. Kupikir kau akan senang dengan kehadiran anak perempuan, namun ternyata istrimu tidak mau gadis itu. Aku melihat kesedihan dimatanya, lalu menjaganya hingga saat ini. Tetapi apakah ia siap dengan pernikahan ini? " ucap pria lansia menatap nanar gadis tersebut dari kejauhan.
"Sayangnya Ayah sangat menyayangi dia daripada aku ataupun Arthur cucu Ayah. Tetapi meskipun begitu aku paham maksud ayah," ucap pria setengah baya.
Mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan lawan bicaranya membuat raut wajah pria lansia itu berubah menjadi sedikit tidak senang. Melihat hawa yang tidak baik, pria muda yang berada di belakang menjauhi mereka berdua.
"Aku sangat menyayangi Arthur, namun dia terlalu kekanakan dan tidak mengerti dunia. Dia laki-laki dan harus bersikap seperti laki-laki. Tapi apa? Dia menghamburkan uang dengan tidak jelas," ucap pria lansia dengan nada yang cukup tinggi.
"Dia menghabiskan uangmu karena ia adalah cucumu, lalu siapa yang akan menghabiskan uangmu jika bukan cucumu?"
"Kau---" pria lansia itu meredakan emosinya.
"Ayah ini waktunya, Aletha sudah berusia 20 tahun, sudah mampu untuk menikah. Lagipula Tuan Raymond hanya berusia 32 tahun. Perbedaan usia 12 tahun adalah hal yang wajar dalam pernikahan. Dia orang yang baik dan bertanggung jawab, namanya juga bersih. Apa yang kau takutkan? Aletha akan aman," bujuk pria setengah baya.
"Bukan itu. Aletha juga punya hati, ia harus menikah dengan orang yang ia cintai."
Hening, tidak ada percakapan lanjut dari keduanya. Keduanya terjebak dalam pikirannya masing-masing. Pria setengah baya memilih meninggalkan orang yang ada di sampingnya untuk masuk ke dalam Villa. Hanya tersisa pria lansia itu yang menatap langit dengan perasaan sedih.
Langit sudah bewarna jingga dan matahari mulai berada diujung barat. Gadis berambut panjang tersebut kembali ke dalam Villa. Saat ia akan melangkahkan kakinya masuk, tiba-tiba seorang wanita setengah baya dengan pakaian modis menghadangnya.
"Kau akan menerima perjodohannya?" tanya wanita tersebut.
Aletha menggelengkan kepalanya yang artinya menolak perjodohan tersebut.
"Kau tidak tahu diri," cetus wanita itu.
Wajah yang tadinya murung berubah menjadi kaget setelah mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan wanita di depannya.
"Kau harus menerima lamaran tersebut. Hidup kami dan kakekmu akan jatuh. Kemungkinan terbesar perusahaan ini akan hancur dan kita mengalami kebangkrutan karenamu. Saat ini keluarga konglomerat itu menawarkan perjodohan, harusnya kau mengiyakan," sentak wanita tersebut.
"Harus?" tanya Aletha polos.
"Hei Aletha," panggil Arthur yang tiba-tiba ada di belakangnya. "Berhentilah menganggu hidup kami dengan menarik perhatian kakek hanya untukmu. Saat ini kau juga harus berkorban, jangan hidup seenaknya."
Air mata keluar dari mata indah sang gadis. Bola mata kecoklatan itu menjadi berkilau saat mantanya berair. Ia menunduk dan meneteskan air matanya.
"Berhentilah menangis dan cepat buat keputusan yang benar," ucap wanita itu dengan ketus.
Gadis bertubuh mungil itu menghapus air matanya dan berlari masuk ke dalam. Pria dan wanita tersebut tersenyum puas menatap Aletha yang mulai jauh dari pandangannya.
Aletha berlari dan tersandung saat akan menuju ruang perapian. Pria setengah baya yang biasa dipanggil paman membantunya berdiri. Dan mengeluarkan sapu tangan untuk gadis itu.
"Maafkan Paman, ini semua cara agar kita aman. Paman tau ini menyakitkan," pria itu menepuk pelan bahu Aletha.
"Paman terima kasih. Tapi apakah harus dengan cara menikah?" tanya Aletha yang dijawab anggukan kecil dari sang Paman.
"Temui Kakekmu dan katakanlah bahwa kau ingin menikah," desak pria di depannya.
Mata gadis itu masih berkaca-kaca, ia menatap lantai kayu yang terlihat mengkilap. Langit sudah gelap membuat lampu di Villa memancarkan cahaya yang terang benderang. Keheningan yang dapat mereka rasakan dengan diiringi suara perapian.
Pamannya terus menepuk pundak Aletha, membuat Aletha merasakan beban yang sangat besar. Pria itu mendekat dan membisikan sesuatu ke Aletha.
"Kau harus kuat Aletha, kau adalah gadis yang kuat. Lakukan untuk kami semua agar kami bahagia, terutama kebahagiaan Kakekmu."
Aletha mengangguk dan berjalan ke ruangan Kakeknya. Dengan badan mungil yang gemetaran, ia mengetuk pintu dan masuk ke ruangan Kakeknya. Pria lansia itu tersenyum hangat melihat cucu tersayangnya datang.
"Kau menangis cucuku?" tanya pria lansia itu.
"Iya Kakek, aku takut meninggalkan Kakek jika aku menikah. Aku ingin sekali menikah," ucap Aletha berbohong.
"Ah benarkah?" tanya pria lansia terkejut.
Gadis berwajah lugu tersebut mengangguk dan tersenyum hangat melihat reaksi terkejut kakeknya. Ia tahu, ia harus melakukan hal ini untuk membalas jasa kakeknya selama kurang lebih lima belas tahun. Keputusan terpaksa yang ia ambil atas desakan Arthur saudaranya agar hidup mereka baik-baik saja.
Pengorbanan harus gadis ini lakukan agar semuanya berjalan dengan baik, karena ia bukan anggota keluarga sedarah. Gadis itu hanya anak panti asuhan yang beruntung. Senyum yang ia berikan untuk hari ini adalah palsu, sangat palsu.
Melihat Kakeknya yang mulai terseyum hangat, membuat hatinya lega. Meskipun terpaksa, hanya ini caranya. Ia tidak tahu jika hal ini akan membuat perubahan besar dalam hidupnya, perubahan yang akan membuatnya dalam keresahan dalam kebahagiaan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Dewi Payang
10 Iklan buat kak author🫰
2024-07-25
0
Dewi Payang
Kasian juga si Aletha
2024-07-25
0
Minatrigan Gan
sabar y aletha
2024-07-01
1