NovelToon NovelToon
Benih Twin'S CEO Kejam

Benih Twin'S CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Poligami / CEO / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mom Ilaa

Karena dipaksa untuk segera memiliki anak, Jovan sang CEO dari perusahaan ternama diam-diam menikah lagi. Dengan kejamnya, dia mengusir Seina selaku istri pertamanya yang dikira mandul. Namun nasib buruk pun menimpa Jovan yang mana istri keduanya mengalami kecelakaan hingga membuatnya keguguran bahkan rahimnya terpaksa harus diangkat demi menyelamatkan nyawa Ghina.

Lima tahun kemudian, Seina yang dikira mandul kembali dengan tiga anak kembar yang memiliki ketampanan mirip Jovan.

“Bunda, Oom itu milip Kakak Jelemy, apa Oom itu Ayah kita?” tanya Jelita, si bungsu.

“Bukan!” elak Seina.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BILICIKK CEKALIII TAUU!!

“Bun.. Bundaaa... ” Panggil Jhansen menarik-narik tangan kiri sang Bunda.

“Hm, kenapa, sayang?” Seina berhenti di tangga sebelum mereka melewati pintu masuk. Jeremy dan Jelita yang berdiri di sisi Salwa memiringkan kepala mereka melihat saudaranya merengek pada Ibunya.

“Bunda capek nda?” tanya Jhansen polos.

“Tidak, memang kenapa, hmm?”

“Kaki Jencen cakit cebelah. Nda bica jalan agih. Endongin Jencen bettal, Bunda.” Manja Jhansen mengangkat kedua tangan kecilnya.

“Hu.. kakak Jencen lemaah cakali huuu... itu ajaa udah cape. Jadi Jelita yang kuat dong.” Ejek Jelita dan Jeremy mengangguk setuju.

“Ekhee... Bundaaa...”

“Cengen telushh huuu...” tambah Jelita pada kakak keduanya itu yang menangis lagi.

“Astaga, sepertinya Onty tahu siapa yang seharusnya tua di sini,” canda Salwa.

“Tuyaan Jelita pacti, Onty. Kakak Jen cengen telush kak Jen takut cama kacoa, hii!” Ungkap Jelita. Seina geleng-geleng kepala lalu ia menggendong Jhansen yang memang suka dijahili oleh adik dan kakaknya.

“Sudah... sudah... kalian jangan bertengkar, sayang. Tidak baik, kita masuk ke dalam saja yah.” Salwa lalu menggandeng tangan kiri Jeremy dan tangan kanan Jelita agar dia tidak lari ke tempat lain tetapi Jeremy malah melepaskannya.

“Hm, kenapa?” Salwa dan Seina bingung.

“Jelemy nda mau macuk, Bunda. Jelemy mau ke mobil aja tuguin Bunda cama Onty Calwa.”

“Masa Jeremy tidak mau masuk. Nanti tidak bisa ketemu Papa loh,” kata Seina agak heran kepada sikap putranya itu yang sangat cuek.

“Jelemy nda mau liat Papa.”

Penolakan anaknya membuat alis Seina terangkat. Lalu, dia mengusap rambut Jeremy dengan lembut seraya berkata. “Baby, Jangan bicara begitu, nanti Papa bisa sedih.”

“Tapi, habil dali dalam, Bunda janji yah bawa Jelemy main ke citu.” Tunjuk anak itu ke arah taman bermain.

“Baiklah, Bunda janji bakalan bawa kalian ke wahana di sana nanti.” Akhirnya setelah dibujuk, Jeremy yang arogan pun menurut. Ia masuk sambil menggandeng tangan lembut Ibunya.

“Huuuu... Kakak Jelemmi manjaaaa!” seru si Jelita menyorakinya, tapi Jeremy berpaling abai.

“Tidak terasa mereka sudah besar ya, Sei,” kata Salwa yang dari tadi menahan tawa.

“Ya, ini semua berkat kalian, terima kasih, Salwa.” Seina melemparkan senyumnya pada Salwa lalu Salwa tersenyum dengan binar.

“Oh ya, Sei. Apa kau sungguh tidak ada niat untuk mempertemukan anak-anakmu dengan Ayahnya?” tanya Salwa berbisik sembari ia mengawasi ketiga anak yang kini berjalan di depan mereka. S6eperti biasa mereka sering penasaran akan hal baru.

“Tidak, Gara tidak ingin hal itu terjadi, Sal.”

“Tapi kamu maukan, Sei?” Tebak Salwa ingin sekali mengetahui siapa Ayah si triple cadel.

Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Seina memang belum bisa melupakan Jovan. Bahkan dia penasaran kehidupan Jovan saat ini setelah meninggalkannya.

“Apa dia juga sering memikirkan aku?” pikir Seina tapi wanita cantik itu tertunduk lesu. Ia mengira Jovan mungkin telah melupakannya dan bahagia dengan istri keduanya.

Rasa ingin menyesal sudah menikah dengan Jovan, tapi Seina tidak bisa karena dari hasil pernikahan mereka memberi tiga anak yang menggemaskan.

“Seina, menurutku, kalau memang kamu sudah lepas dari masa lalumu. Sebaiknya kamu mencari saja Ayah pengganti untuk anak kembarmu. Pasti akan terlihat indah kalau kamu memberi mereka keluarga yang utuh.” Saran Salwa.

“Tidak, Sal. Aku masih trauma untuk percaya pada laki-laki lain. Lagi pula masih ada Gara yang masih bisa menjadi Ayah angkat mereka. Sepertinya kamu deh yang harusnya mencari pasangan hidup,” cetus Seina menyenggol bahu bagian kanan Salwa.

“Ihh nggak deh, aku belum siap, hahaha...” Tawa Salwa tapi detik berikutnya mantan suster cantik itu tertunduk sedih seolah dia memiliki kisah masa lalu yang menjadikan alasannya tidak menikah sampai sekarang.

“Bundaa....!” Tiba-tiba tiga anak kembar itu berhenti. Menunjuk-nunjuk ke arah lorong yang berbeda dan hanya dinding kaca yang menjadi penghalangnya.

“Kenapa, hm?” Tanya Seina dan Salwa juga.

“Bunda... Onty ... coba liat di citu ada Papa!”

Salwa pun memalingkan pandangannya ke samping kiri. Ia melihat seorang pria dan wanita muda berjalan beriringan. Salwa merasa senang meski agak kecewa karena Papa yang dimaksud Seina rupanya adiknya sendiri.

“Kakkk.. selamat datang di perusahaan kita.”

“PAPAAA!” seru Jelita berlari ke arah Gara. Tidak lupa Jhansen juga mengejarnya, kecuali Jeremy cemberut karena dugaannya benar bahwa mereka perginya ke tempat kerja adik Ibunya.

“Aduhai manisnya kedua tuyul Papa.”

Pria gagah itu menggendong Jhansen dan Jelita. Salwa dan Seina terkesima akan tenaga Gara yang kuat. Tentu selama empat tahun ini Gara berusaha membentuk postur tubuhnya bak atletis. Usianya juga sudah 23 tahun. Ia pengusaha termuda yang masuk ke daftar orang terkaya di kota kelahirannya.

“Ekhem... kok yang dipeluk cuma Papa Gara? Onty Vara tidak dipeluk juga nih?” Sahut seorang wanita berkacamata dari belakang Gara.

“Coalna Onty Vala pendek cekali. Jadina nda bica liat,” timpal Jelita dengan ucapan tajam tapi wajah imutnya tidak bisa membuat Vara marah.

“Pufftt...” Tawa Gara mencoba menahan.

“Ihhh... padahal Onty sudah dandan cantik-cantik begini tapi Onty tetap diejek.” Vara mengucek-ucek kacamatanya sambil pura-pura menangis.

Jhansen dan Jelita turun lalu mereka pun memeluk Vara bersama-sama. Mendongak dengan senyum bersalah namun mereka sangat menggemaskan.

“Kami main-main aja, Onty, janan cedih.. ya...”

Vara menarik tangannya lalu berjongkok di depan mereka. Dipeluknya dengan penuh kerinduan. “Hikss, Onty kangen bangetttt. Kalian cepat sekali besarnya, Onty kan jadi semakin tua aja,” tangis Vara membuat Gara memutar bola matanya, begitu pula Jeremy.

“Kalian pasti capek, sini kalian ikut kami ke ruangan Papa untuk istirahat sebentar.” Ajak Gara tapi sang kakak malah diam saja sembari menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

“Kenapa, Sei?” tanya Salwa cemas.

Seina maju perlahan kemudian ia memeluk Gara. Si kembar dan Vara pun terpaku akan tangisan Seina yang luruh di dekapan Gara.

“Kak, semua sudah berlalu dan Gara sudah tepatin janji. Apakah sekarang kakak bangga pada Gara?” Gara mengusap punggung Seina yang bergetar.

Seina mengangguk senang. Ia lantas teringat dahulu dirinya susah payah untuk menghidupi adiknya dan masa-masa sulit mereka akhirnya berubah sekarang. Tidak akan ada yang berani mengolok mereka.

“Kakak bahagia punya adik sehebat kamu.” Tangis Seina hingga bahu Gara basah oleh air matanya.

“Gara juga senang punya kakak yang tangguh dan hebat seperti Kak Seina,” bisik Gara semakin erat memeluk tubuh kakaknya yang ideal.

Twins cadel yang kebingungan di sana pun mendekati Gara dan Seina. Kemudian memeluk kedua orang itu. Salwa dan Vara tersenyum bahagia merasa tersentuh oleh pertemuan Gara dan Seina.

Usai suasana haru itu berakhir, lesung pipi indah terus muncul di wajah cantik Seina.

“Wahh sudah jam tujuh malam, apa Pak Gara tidak ada niat untuk mentraktir makan malam nih?” tanya Vara mengingatkan waktu si Big Bos.

“Ekhee... Bunda, Jencen uda lapal.” Jhansen memegang perutnya dan tiba-tiba saja Jelita menepuk perut kakaknya.

“Dacal gentong, makan aja telul kejalannya.”

Gara dan Vara kaget akan kepribadian Jelita yang cukup galak.

“Jencen butan gentoonggg! Dacal Kunti lele!”

Salwa dan Seina menepuk wajah melihat dua anak itu beradu mulut. Sedangkan Jeremy di sebelah Ibunya, ia hanya membuang napasnya lalu menarik adiknya menuju ke arah mobil.

Gara dan Vara tertawa kecil melihat si sulung harus menjadi penengah tapi keduanya diam kembali dan saling membuang muka. Bertahun-tahun mereka bekerjasama, tapi mereka juga sering tidak akur.

“PAK GARA, TUNGGU!” Belum juga masuk ke dalam mobil, seseorang dari perusahaannya mengejar Gara karena sejak tadi ia berusaha menghubunginya tapi hanphonenya tak bisa tersambung karena benda itu sengaja tidak dinyalakan supaya makan malam Gara tidak terganggu nanti.

“Ada apa?” tanya Gara dengan nada suara khasnya yang serak-serak basah tapi menggetarkan hati.

Bawahannya itu mengatakan bahwa ada undangan pesta besar di mana pengusaha kaya di seluruh kota akan hadir agar mereka menciptakan hubungan baik.

“Selama ini, kita tidak pernah memusuhi siapa-pun kan? Jadi kita tidak usah pergi ke sana. Mendingan waktu kita habiskan untuk nemenin tiga anak-anak menggemaskan ini.” Cubit Vara ke pipi Jelita dan Jhansen kecuali Jeremy yang langsung pindah ke samping Salwa.

Gara juga berpikir demikian tapi Salwa pun tiba-tiba berkata, “Gara, sebagai pengusaha baru yang baik dan sukses, mendingan kamu datang saja ke sana. Orang-orang akan beranggapan kalau kalian orang sombong jika tidak hadir. Terus bawalah kakakmu menjadi pasanganmu. Siapa tahu kakakmu dapat gebetan baru di sana,” jelasnya memegang kedua bahu Seina dan mendorong sedikit Seina maju ke samping Gara.

“Aku tidak masalah sih, tapi memangnya kak Sei mau?” Gara menatap Seina yang ragu.

“Bundaa... onty... ebelatan itu apa?” tanya Jelita.

“Bica di makan ya, Onty?” Ucap Jhansen.

Vara pun menahan tawa melihat kepolosan mereka, kecuali Jeremy yang tampak paham yang dimaksud Salwa tapi dia malas bicara.

“Teman hidup baru buat Ibu kalian, sayang,” jawab Salwa dengan kalimat halusnya agar Jelita dan Jhansen tidak marah. Kalau bilang Ayah barunya, mereka berdua akan langsung memberontak.

“Wahhh... bawaa Jelitaaa ugah dong, Papa. Jelita ugah mau puna temen baluuu...” pinta anak perempuan mungil itu.

“Tidak boleh, di sana tidak ada anak kecil!”

Jelita cemberut dilarang oleh Gara. Akhirnya bawahan yang sudah sabar menunggu pun pergi setelah Seina setuju. Gara kemudian membawa mereka ke restoran bintang lima.

Seina setuju bukan untuk mewujudkan yang diinginkan Salwa, melainkan datang ke sana untuk mencari ketenangan hati dengan mencuci matanya melihat pesona cogan-cogan. Tapi tampaknya Seina yang sudah cantik dengan gaun putihnya yang indah sungguh ia tidak melihat satupun cogan selain Gara. Semua tua-tua dengan perutnya yang gendut.

Akan tetapi, saat ia berdiri di samping Gara yang sedang berbincang dengan orang lain, pandangan mata Seina menatap sosok pria yang tidak pernah dia temui lima tahun itu kini pria tersebut muncul di pesta.

“Hmm, apa yang kakak lihat?” Tanya Gara sebab Seina tidak berkedip lantaran fokus mengamati pria di sana yang duduk sendirian di meja jamuan tanpa wanita di sampingnya.

“Ahhh i-itu sebaiknya kita pulang saja, Gara.” Seina mendadak ingin pulang.

“Kak, kamu tenang saja, Gara yang akan melindungi kakak dari pria nakal di sini.” Senyum Gara dengan binar di wajahnya.

“Tidak, Gara. Kakak mau pulang sekarang.”

Seina memohon lagi sambil melirik ke meja jamuan tetapi pria itu sudah tidak berada di sana. Gara pun bingung pada kening Seina yang berkerut tipis.

“Lihat siapa sih di sana Kak?” Tanya Gara penasaran. Seina menghela nafas. Ia berpikir mungkin salah lihat. Tapi saat ia hendak menjawab Gara, tiba-tiba salah satu pelayan membawa pesan misterius seseorang yang mau bertemu Bos perusahaan J-Beauty Group.

“Kalau begitu, kakak ke toilet bentar, kamu ke sana saja duluan. Nanti kakak nyusul kamu.”

Gara pun pergi bersama pelayan itu dan Seina pergi mencari toilet. Tiba di wc khusus wanita, Seina tidak masuk dulu karena ia tidak sengaja melihat jepitan rambut berwarna merah milik putrinya di lantai.

“Hm, kenapa bisa ada di sini?” Seina celingak celinguk di depan toilet tetapi tidak ada orang apalagi anak kecil.

Seina lantas menghubungi Salwa tapi kata Salwa bahwa anak-anaknya sudah tertidur. Seina lantas menyimpan jepitan itu ke dalam tasnya. Ia menduga benda itu mungkin milik orang lain.

Sayangnya, tanpa sepengetahuannya, dua anak kembarnya ada di pesta itu dengan penyamaran yang lucu.

“IH DOLONG NA JANAN KECENG-KECENG KAKAK JEN. PALANA JELITA PUCING.”

Terdengar seseorang mengoceh dari koridor toilet. Perawakannya gemuk dan kecil. Namun orang yang bertopi koboi coklat dan berjas hitam itu bukanlah laki-laki melainkan dua bocah mungil yang sedang dalam penyamaran.

“BILICIK CEKALIII... DIAM AJA NAPA! CAPEK TAU!” sentak Jhansen yang mendorong meja kecil yang digunakan membawa hidangan dan terlihat Jelita berdiri di atasnya.

Mereka pun berhenti di pintu masuk yang menuju ke arah toilet tadi.

“NAPA CIH KITA KABULL? ADAA CETAN DI CITU YAA?” tanya Jelita.

“UKAN CETAN TAPII BUNDAA...!”

“AAAAPPPAAA? BUNDAAA? NAPA KITA HALUS KABUL DALIH BUNDAA ATUH?”

“BILAL NDA MALAHIN JENCEN!”

“DACAL DODOL! KITA PIGI CINI KAN MAU CALI BUNDAAA...! NAPA CIH KITA KABUL.”

Jelita menghentak-hentakkan kakinya tapi gadis mungil itu kembali tenang karena ia takut melihat semua mata orang mengarah pada mereka yang terlihat aneh karena kemeja yang dipakai mereka menyamar sangat panjang ke bawah.

“AUUH AAHH... JENCEN CAPEK! MAU PULANG AJA KE OBIL NA PAPA GALA.”

Jhansen mendengkus ingin keluar dari kemeja panjang itu tapi Jelita turun dan menarik-narik kakaknya hingga sebagian orang di sana kaget melihat kemeja itu merosot ke bawah, seakan tampak ada dua kepala di dalamnya.

“EKHEEE... JANAN PIGI DULUU... KAK!”

Namun tiba-tiba saja, seseorang menarik topi koboi Jelita dan kemeja itu membuat semua mata orang terbelalak melihat anak kembar tersebut.

“AHHH BULUNAN KABULLL...!” Jhansen dan Jelita kembali berlari masuk ke koridor toilet sebelum dua anak itu ditangkap security.

“HAI, KALIAN BERHENTI!” Security segera mengejar mereka lalu salah satu dari anak kembar itu pun tak sengaja menambrak seorang pria tinggi dan gagah membuat kedua anak itu pun terjatuh terduduk ke lantai.

“ADUHH CAKIT NA PATAT JELITA.” Jerit Jelita dan Jhansen yang melongo. Jelita pun mengikuti arah mata kakaknya. Ia mendongak dan melongo pada pria berjas hitam di depan mereka.

Mata dua anak itu mengerjap seolah wajah pria tinggi itu mirip dengannya.

“Astaga, maafkan Om ya sudah bikin kalian terjatuh. Kalian baik-baik saja kan?” tanya pria itu tersenyum dan mengulurkan tangan tapi mereka berdiri sendiri lalu memohon padanya.

“OOMM TOLONIN KITA ADA YANG MAU TANKAP JELITA CAMA JENCEN.”

Ekspresi pria itu kaget dan segera menarik kedua anak itu bersembunyi dari security.

“Aneh, pesta ini khusus dihadiri para pengusaha, tapi kenapa ada anak-anak di sini? Apa ada yang sedang melakukan penjualan anak?” pikir pria itu kemudian ia bertanya alasan mereka ada di sini.

“Orang yang mengejar kalian sudah pergi. Tapi sebenarnya siapa kalian ini? Kenapa bisa ada di tempat ini?”

“Kami calli Bunda cama Papa, Oom,” jawab Jelita di dekat Jhansen yang mengangguk.

“Kalian anak siapa? Nanti Om bawakan ke orang tua kalian.” Pria itu mengangkat tangan ingin mengusap kepala mereka tapi pria itu menarik tangannya lagi. Ia harus mengangkat panggilan dari Asisten pribadinya yang mana kehadirannya sudah ditunggu seseorang.

“Baiklah, saya akan ke sana, Asisten Lu.”

Setelah itu, Jhansen berkata, “Oom, kami anaknya Papa Gala. Pelusasahannaa Jelita beyu-titih gelup.” Pria itu pun tersentak kaget bukan karena ucapannya yang kacau tetapi melainkan keterangan Jhansen.

“Papa Gara dari perusahaan J-Beauty Group? Apa jangan-jangan mereka?” Jhansen dan Jelita segera dibawa olehnya.

1
Retno Harningsih
lanjut
Author Dirabi
Nexttt
Author Dirabi
Saingan papanya si triple cdel
Author Dirabi
Mamanya Gina mencurigakan
Author Dirabi
Smngat thor
Author Dirabi
Kacian jlita linduin ayahnya
Author Dirabi
Mungkin saja y itu elsha
Author Dirabi
Nextt
Dara Dira
Lanjutt thor
Iqlima Al Jazira
iya.. ledes ndak tetuju🤭
Dara Dira
Lanjuttt
AbiManyu
jovan seenaknya aja mau ngambik anak seina
AbiManyu
semoga baik baik saja
Widia
jangan bikin seina sama jovan balikan ya thor.. kasih aja pemain baru buat jadi suaminya seina
Yu Nana
Nexxtt
Ma Em
kok Seina ga cariin anaknya yg nginap dirumah Ghina ga merasa kehilangan malah dibiarin tidur dirumah Jovan.
Ma Em
Luar biasa
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Terima kasih bund
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
next thor
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Siap nextt
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
ahilna jumpa ladi celita bocil cadel👏
Iqlima Al Jazira: sama_sama thor
༎ຶP I S C E S༎ຶ: Terima kasih SDH mampir bunda
total 2 replies
ika
rasakan Jovan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!