Maura Geraldin, wanita cantik yang berprofesi sebagai Dokter kandungan, akhirnya menerima lamaran dari sang kekasih yang baru di kenalnya selama 6 bulan, yaitu Panji Kristian anak terakhir dari keluarga Abraham yaitu pemilik perusahaan batu bara.
Namun tidak menyangka Panji, Laki-laki yang di cintai Maura ternyata mempunyai wanita lain di belakang Maura, padahal mereka berdua sudah bertunangan, akan kah Maura membatalkan pertunangannya, atau malah mempertahankan hubungan mereka.
Jika kalian penasaran simak terus yukk perjalanan mereka.. jangan kasih kendor.. Dan jangan lupa untuk like nya juga.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Setelah Nyonya Geraldine ketahuan mempunyai hubungan dengan Panji, tuan Guntoro pun sudah menghubungi orang tuan Panji untuk menyuruh mereka datang ke kediaman tuan Guntoro, setelah hampir menunggu 30 menit akhirnya keluarga Panji pun datang. Dengan sangat bahagia kedua orang tuan Panji datang ke rumah megah tersebut, namun beda halnya dengan tuan Guntoro, ia masih tampak marah dengan perilaku istri dan juga Panji.
"Ada peluk apa kamu Guntoro memanggilku ke rumah mu, apa ada hal penting?." tanya tuan Gara kepada calon besannya.
Saat Panji masuk ke dalam rumah ia melihat seisi rumah tampak murung dan diam, bahkan biasanya tuan Guntoro dan nyonya Geraldine sangat antusias menyapa mereka saat datang, tapi ini tidak mereka semua terlihat tegang.
"Aku menyetujui keputusan putriku, kalau pernikahan Maura dan Panji di batalkan." ucap tuan Guntoro.
Tuan Gara, nyonya Adeline, dan Panji semua terkejut menatap ke arah tuan Guntoro. "Loh.. kenapa om? kenapa secara tiba-tiba sekali, bukanya kita harus melihat dulu rekaman CCTV di hote itu untuk membuktikan kalau saya dan tante Geraldine tidak mempunyai hubungan apapun."
"Sudah tidak perlu lagi!." ucap tuan Guntoro sedikit meninggikan nada bicaranya sambil meletakkan ponsel di atas meja. "Lihat itu, dan jelaskan semua kepada kita Panji."
Panji yang melihat tuan Guntoro memberikan ponsel di meja pun segera meraihnya. ia segera membuka sebuah rekaman CCTV. Di rekaman tersebut sangat jelas wajah Panji dan nyonya Geraldine, tuan Gara yang juga penasaran apa yang ada di ponsel itu segera mengambil dari tangan Panji.
"Coba lihat." tuan Gara uang sudah mengambil ponsel begitu saja.
Tuan Gara yang melihat rekaman tersebut tidak kalah syoknya, ia langsung menatap pada anak semata wayangnya yang duduk di sebelahnya, Panji yang mengetahui rekaman CCTV tersebut benar-benar menjadi takut, bagaimana bisa rekaman CCTV itu sudah sampai di keluarga Guntoro.
Tuan Gara tatap wajah Panji dengan tajam, hingga Panji pun menciut. "Panji bisa jelasin pa."
"Plakkk!." Panji yang sudah Di tampar oleh sang papa.
Nyonya Adeline yang melihat anak laki-lakinya di tampar oleh sang ayah menjadi terkejut, ia pun segera meraih ponselnya yang masih di genggam suaminya, sebenernya apa yang mereka lihat.
"Apa-apaan kamu ini Panji, jelaskan kepada papa bagaimana bisa kamu berkencan dengan tante Geraldine!." teriak tuan Gara.
"Panji tidak berkencan pa."
"Plakkk!." Lagi-lagi tuan Gara menampar anaknya.
Keluarga Maura yang melihat kejadian di depannya hanya diam, apa lagi Maura, Maura hanya sibuk memainkan ponselnya, akhirnya yang ia tunggu-tunggu telah tiba, yaitu terbongkarnya hubungan gelap mereka.
"Anak tidak tahu di untung, papa malu punya anak seperti mu, mau di nikahkan sama anaknya, kamu malah meniduri ibunya, kurang ajar sekali kamu!." teriak tuan Gara.
"Dan kamu Geraldine, bagaimana bisa kamu mengencani anak seumuran anakmu, kamu itu orang tua, seharusnya bisa lebih bijak dan mengerti mana yang salah dan mana yang benar."
Nyonya Geraldine hanya diam, ia tidak mau buka suara lagi, ia benar-benar sudah tidak bisa berfikir harus berbuat apa.
"Pa.. di rekaman itu bukan Panji, mungkin itu laki-laki lain." Panji yang mencoba mengelak.
"Kamu kira papa ini buta, hingga tidak bisa membedakan kamu atau bukan, jelas-jelas ini adalah kamu!."
Tuan Guntoro yang semakin pusing dengan situasi ini pun seketika menyuruh tuan Gara untuk segera pergi. "Mungkin kamu salah dalam mendidik anakmu, begitu pun degan aku, yang salah mendidik istri dengan benar, semuanya sudah terungkap bahwa Panji dan Geraldine mempunyai hubungan, jadi kita sepakat saja untuk membatalkan pernikahan mereka, karena tidak mungkin kan kita melanjutkan pernikahan mereka lagi." ucap tuan Guntoro.
"Tidak om, tolong jangan batalkan pernikahan kami, saya sangat mencintai Maura om." Panji yang memohon kepada tuan Guntoro.
"Sayangnya anak saya sudah tidak mau menikah dengan kamu." jawab Tuan Guntoro.
Panji pun seketika beranjak berdiri dari tempat duduknya untuk mendekat ke arah Maura, dan dengan cepat Panji langsung bersimpuh di kaki Maura. "Maura maafkan aku, aku tahu aku salah, tapi aku mohon maafkan aku."
Tuan Gara yang melihat anaknya memohon kepada Maura seketika mendekat. "Bangun Panji, kita pulang sekarang, dan selesaikan di rumah."tuan Gara yang sudah menarik kemeja anaknya untuk berdiri.
"Tidak pa.. pokoknya Panji mau menikah dengan Maura." rengek Panji.
"Ayo pulang.. dia sudah tidak mau denganmu!." tuan Gara yang sudah menyeret Panji untuk keluar dari kediaman Maura.
Nyonya Adeline yang melihat anaknya seketika menangis, ia pun beranjak berdiri dari tempat duduk untuk mengusul tuan Gara dan Panji.
Setelah keluarga Panji pulang, Nyonya Geraldine pun mencoba mendekat ke arah Maura, dan bersimpuh di kaki Maura. "Maura maafkan mama nak, mama benar-benar menyesal, maafkan mama, kamu mau kan maafkan mama."
Maura tidak lagi mengindahkan ucapan mamanya, ia pun beranjak bangun begitu saja, dan berjalan menuju ke kamarnya, ia benar-benar masih kecewa dengan sang mama, seandainya mereka tidak pernah menjalin asmara, hubungan Maura dan Panji akan tetap baik-baik saja, namun Maura juga bersyukur bahwa Tuhan bersikap baik kepadanya, menunjukan bahwa Panji tidak baik untuknya.
Kak Dinda yang melihat mamanya menangis pun tidak perduli, ia juga beranjak bangun dari tempat duduknya untuk kembali ke kamarnya, kak Dinda benar-benar sangat kecewa dengan sang mama, keluarganya berantem karena perbuatan sang mama.
"Pa.. maafkan mama pa." nyonya Geraldine yang mendekat ke arah tuan Guntoro, namun dengan cepat tuan Guntoro menjauh. "Aku akan segera menceraikan mu." ucap tuan Guntoro.
Nyonya Geraldine yang mendengar ucapan suaminya seketika terkejut. "Tidak pa.. tidak.. aku tidak mau bercerai." nyonya Geraldine yang terus menarik kaki suaminya.
"Lepaskan.. aku bilang jangan menyentuhku". tolak tuan Guntoro lalu berjalan pergi untuk keluar dari rumah.
Nyonya Geraldine benar-benar sudah tidak berdaya, saat semua keluarganya mengetahui perselingkuhannya, nyonya Geraldine pun kembali duduk di sofa, dan segera menyeka air matanya, ia seketika berfikir siapa yang mengirim pesan itu kepada tuan Guntoro, bukan kah rekaman itu sudah di hapus kata Panji, namun kenapa masih ada orang yang mempunyai rekaman CCTV tersebut. Nyonya Geraldine pun merasa ada yang mengganjal, siapa yang membantu Maura untuk mendapatkan rekaman CCTV tersebut.