Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di rawat
Bruukkk
"Intan!!!
Reihan terkejut saat tiba-tiba Intan ambruk di tempatnya, namun belum sampai jatuh sudah Reihan rengkuh dalam pelukannya. Tubuh Intan dingin Reihan menggendong tubuh lemah itu dan membawanya ke ruang IGD.
Tak butuh waktu lama Intan langsung di tangani dokter dan di pindahkan ke rumah rawat namun kondisinya masih belum sadar dari pingsannya.
"Jadi Istri saya kenapa Dok???" Tanya Reihan panik.
"Sebenarnya sebelum Bu Intan Pingsan barusan sudah saya periksa, Beliau tadi kesini karena mimisan banyak sekali. Itu di akibatkan karena beliau sedang hamil dan mungkin kelelahan, atau baru flu sehingga memicu mimisan... " Jelas Dokter seperti petirnya yang menampar Reihan.
Hatinya begitu bahagia namun saat teringat perlakuan dirinya pagi tadi hingga baru saja, Reihan merasa sudah amat sangat menyakiti Intan.
"Bagaimana bisa dok?? Dia minum Pil Kb... " Reihan masih tidak percaya.
"Masih ada kemungkinan untuk hamil, banyak yang KB namun jika Allah sudah kasih ya tetap hamil... " Jawab Dokter.
"Namun Pak... Setelah melihat pemeriksaan terakhir di kandungan dan hasil Laboratorium... Bu Intan di nyatakan hamil Kembar 3, nah kondisi beliau mengalami HB yang amat drop atau amat rendah untuk ibu hamil kembar, apa lagi 3, sehingga membuat tubuhnya benar-benar lemah..." Kata Dokter semakin membuat sesak Dada Reihan terdesak rasa bersalah.
"Banyak nutrisi yang di ambil untuk pertumbuhan si bayi ini, selain itu HB bu Intan tinggal 4,5 jadi kita harus segera memberikan donor darah agar beliau bisa kembali pulih... " Kata Dokter lagi, Reihan menutup mulutnya tak percaya separah itu kondisi Intan saat ini, bagaimana bisa mulut pedasnya berbicara sekasar tadi sesal hatinya.
"Lakukan yang terbaik Dok... " Kata Reihan lalu pamit dan menyusul dimana Intan di rawat.
Wajah putih pucat bahkan bibir yang biasanya merona itu nampak amat pucat dan seperti tidak ada darah yang mengalir dalam tubuh gadis yang sudah membuat hatinya campur aduk perasaannya.
Perawat datang lalu memasang kantung darah untuk Intan, Reihan merasa ngilu saat memandang begitu banyak jarum yang di suntikan pada tubuh lemah tak berdaya itu.
Perawat pun pergi setelah selesai dengan tugasnya, Reihan menunggu sendirian sembari mengelus lembut tangan yang di aliri selang infus itu.
"Bee... Maaf... Jujur aku kecewa saat kemarin tak sengaja melihat banyak bungkusan pil Kb di nakas mu..., Aku merasa kamu tak mau mengandung benih dari ku... " Kata Reihan meluapkan emosinya.
"Maaf... sudah membuatmu menangis hari ini... maaf karena sudah berbuat kasar... " Kata Reihan lagi lalu terisak di sebelah Intan.
Reihan terkejut saat tiba-tiba ada tepukan di belakangnya. "Sabar ya Reihan..." Suara orang yang dia kenal.
"Syan... kenapa kamu kesini... Allea gimana??? " Reihan bertanya pada Syantika yang tiba-tiba datang tanpa mengetuk pintu.
"Allea tidur makanya aku tinggal... aku tak sengaja melihat kalian tadi... " Jawab Syantika lalu meraih tangan Reihan untuk menenangkan Reihan.
Reihan menarik tangannya, lalu memandang Intan, Reihan berdiri lalu mengecup kening lalu merambat ke mata Intan yang masih setia terpejam.
"Kembalilah Syan... jaga Allea, Aku butuh waktu sendiri... tolong jangan temui kami dalam waktu dekat ini... " Kata Reihan tanpa menoleh.
Syantika menunduk lalu pergi tanpa permisi, rasanya dirinya kesal saat Reihan lebih perhatian pada Intan, Syantika merasa pagi tadi Reihan begitu baik dan peduli padanya, namun kehadiran Intan membuat laki-laki itu kembali dingin terhadapnya.
***
Intan ingin membuka mata namun saat mendengar suara kedua orang yang membuat dirinya sesak tak mau terlihat begitu menyedihkan dirinya memilih tetap memejamkan matanya.
Kecupan-kecupan Reihan terasa basah di iringi air mata, namun itu tak mampu mengobati rasa sakitnya saat ini, Kata -kata maaf yang terucap itu juga sudah tak mampu menembus sekaligus menghapus rasa kecewa dan lukanya.
Bahkan kata-kata Reihan yang meminta Syantika pergi dan tak menemuinya dulu juga tak mampu membuat Intan memaafkan Reihan untuk kali ini.
Intan membuka mata saat Reihan sudah menunduk memeluk perutnya yang rata, namun saat Reihan akan menatapnya Intan kembali menutup matanya.
"Bee... Please bangun... " Reihan mengelus pipi yang pucat itu.
"Maaf.... Maafkan aku... aku janji setelah ini aku tak akan bersikap seperti hari ini... maaf tolong... aku tak mau kehilangan kalian... " Kata Reihan lagi.
Intan lelah memejamkan matanya sehingga dirinya pun membuka matanya, namun mata itu penuh dengan kabut, tak ada lagi mata yang tajam dan ceria seperti biasanya.
"Bee... " Reihan tersenyum lalu memeluk Intan, namun tak ada balasan dari Intan.
"Bee... Maaf... " Kata Reihan masih dengan memeluk Intan.
"Bee... Maafkan Aku... aku benar-benar menyesal... " Kata Reihan lagi lalu ingin meraup wajah Intan namun Intan menolak dengan Berpaling.
"Bee... " Reihan terkejut dengan penolakan Intan padanya.
"Jangan panggil Bee... Kita hanya orang lain..., jika sudah silahkan keluar... " Kata Intan parau.
"Bee... Kamu masih marah??? Maafkan aku... " Kata Reihan menggenggam tangan Intan yang dingin seperti tatapannya padanya.
"Sudah cukup sandiwara ini!!! kita kembali ke awal saat kita sama-sama menjadi orang asing... " Kata Intan tanpa melihat wajah Reihan.
"Tidak... Aku tidak mau... " Reihan bersikukuh.
"Sayangnya Ayah Arsya sudah terlanjur tau kesepakatan pernikahan ini... aku pun sudah tidak peduli lagi pada apa yang akan terjadi jika kita bercer... Hmmmm" Intan berbicara namun saat sudah sampai di akhir kalimat Reihan membungkamnya dengan jurus andalannya.
"Sttt... begitu menjijikkan diriku ini di pandanganmu ya!!! Kamu bebas menjamah ku semau mu, kamu juga bebas menghinaku dengan mulut pedasmu lengkap dengan prasangka buruk yang ada di otakmu!!! Intan berontak dan mendorong dengan tangan satu tubuh Reihan.
Reihan terdiam seperti tertampar kata-kata oleh Intan, apa iya seburuk itu Intan berpikir tentang pandangan dirinya pada Intan, Reihan benar-benar menganggap Intan istrinya sungguhan, meski untuk Cinta Reihan belum yakin dengan apa yang di rasakannya.
"Bee... aku benar-benar menganggap kamu istriku... maaf atas ucapanku tadi pagi... Aku tidak bermaksud untuk menyakiti hatimu segitu dalamnya... Jangan berpikir buruk tentang pandanganku padamu... aku tidak pernah menganggap kamu orang lain... kamu istriku... kamu ibu dari bayi kita nanti... " Ucap Reihan parau.
"Cukup!!! Aku ingin sendiri... masih terlalu sakit hati ini tiap melihat wajahmu... Pergilah... " Intan menutup matanya dan tak mau melihat Reihan lagi.
Reihan keluar dari ruangan sambil menyeret kakinya lemah, sesak dan sakit rasanya saat wajah yang biasa dia kecup itu tak mau lagi memandangnya.
Sementara Intan kembali berurai air mata hingga dia ingusan dan kembali mengalami mimisan di tempatnya. Intan memencet tombol untuk memanggil perawat hingga perawat berlari ke ruangannya.
Reihan berbalik saat melihat perawat masuk dan semakin sesak, saat melihat darah yang mengalir dari hidung mancung istrinya yang pucat itu, kontras dengan kulit putih dan pucatnya.
"Bee... " Reihan menutup mulutnya tak menyangka kondisi Intan separah ini, namun kenapa dirinya baru mengerti.
***
rasanya kok sesek ya dadaku... 🥺
Aku kasih dobel up... tapi aku kasih vote sama dukungan yang banyak ya... 😂