DALAM TAHAP REVISI TANDA BACA
Jangan lupa follow IG Author : tiwie_sizo08
Karena insiden yang tak diinginkan, Zaya terpaksa harus mengandung benih dari seorang Aaron Brylee, pewaris tunggal Brylee Group.
Tak ingin darah dagingnya lahir sebagai anak haram, Aaron pun memutuskan untuk menikahi Zaya yang notabenenya hanyalah seorang gadis yatim piatu biasa.
Setelah hampir tujuh tahun menikah, rupanya Aaron dan Zaya tak kunjung mejadi dekat satu sama lain. perasaan yang Zaya pendam terhadap Aaron sejak Aaron menikahinya, tetap menjadi perasaan sepihak yang tak pernah terbalaskan, hingga akhirnya Aaron pun memilih untuk menceraikan Zaya.
Tapi siapa sangka setelah berpisah dari Zaya, Aaron justru merasakan perasaan asing yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Jatuh cintakah ia pada Zaya?
Akankah akhirnya Aaron menyadari perasaannya dan kembali bersama Zaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menginap
"Mama..."
Suara Albern kembali terdengar, membuat Zaya kembali tersadar.
Buru-buru Zaya menenangkan dirinya dan tersenyum kearah putra kesayangannya itu. Zaya pun melangkah mendekati mereka.
"Sayang..." Zaya meraih Albern kedalam pelukannya. Bocah itu membalas pelukan Zaya tak kalah erat.
Setelah agak lama, mereka saling melepaskan pelukan.
Zaya menangkup wajah Albern dan memperhatikan setiap bagiannya sambil tersenyum. Hal yang tak pernah terjadi selama ia tinggal dirumah Aaron.
Ternyata begini rasanya bisa berinteraksi secara dekat dengan anak sendiri. Sungguh menyenangkan. Selama ini saat dia masih menjadi istri Aaron, momen seperti ini tidak pernah sekalipun ia rasakan.
Jangan salahkan Zaya jika saat ini ia merasa perceraiannya dan Aaron adalah hal yang tepat.
"Ayo kita masuk".
Zaya membuka pintu rumahnya dan membimbing Albern masuk kedalam.
Aaron mengikuti dari belakang Zaya.
Zaya mempersilahkan mereka duduk dikursi tamu. Lalu ia pamit kebelakang sebentar, meninggalkan Aaron dan Albern yang tampak masih mengamati suasana rumah Zaya.
Rumah itu tidak terlalu besar dan hanya mempunyai dua kamar tidur, tapi terasa sangat nyaman dihuni. Warna catnya sangat lembut dan tercium aroma pengharum ruangan yang sangat menenangkan.
Tak berapa lama Zaya kembali keluar dengan balutan baju rumahan. Tangannya nampak membawa nampan berisi minuman dan makanan kecil. Lalu setelah meletakkannya diatas meja tamu, Zaya pun ikut duduk disamping Albern.
"Albern merindukanmu." suara Aaron terdengar memecah keheningan.
"Itulah kenapa aku membawanya kesini." tambahnya lagi.
Zaya kembali melihat kearah Albern dan membelai lembut wajahnya. Hatinya sangat senang mendengar putranya itu merindukannya. Tanpa sadar Zaya pun tersenyum.
Aaron menatap senyum Zaya itu dengan tatapan yang sulit untuk dilukiskan. Ada getaran halus yang menyusup didadanya dan membuat jantungnya berdetak agak cepat dari biasanya. Hatinya sedikit berdebar. Tak pernah sebelumnya dia merasa seperti ini saat melihat senyum Zaya.
"Mama, apa boleh Al menginap?" tanya Albern kemudian.
Mata Zaya agak membulat. Ia terkejut mendengar pertanyaan Albern, sekaligus senang.
"Al ingin menginap disini?" tanyanya tak percaya.
Albern mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Boleh kan, Ma?" tanyanya lagi.
Senyum Zaya kembali merekah, kali ini ia meraih Albern kedalam pelukannya dan memeluknya erat seakan tak ingin melepasnya lagi.
"Tentu saja boleh, Sayang. Al bisa menginap disini sebanyak yang Al mau. Mama akan senang sekali tidur ditemani Al. Mama juga sangat merindukan malaikat Mama ini." Zaya mencium pucuk kepala putranya itu dengan penuh kasih sayang.
Lagi-lagi interaksi ibu dan anak ini tak luput dari tatapan lekat Aaron.
Zaya menyadarinya, tapi ia pura-pura tidak tahu dan bersikap biasa. Ia tidak ingin salah tingkah dan bersikap bodoh dihadapan Aaron. Entah kenapa, saat ini ia merasa perlu untuk menjaga imagenya dihadapan lelaki itu. Mungkin karena mereka sekarang telah bercerai dan kembali menjadi dua orang asing.
"Tapi Papa juga menginap disini ya, Ma?" Pertanyaan Albern kali ini sukses membuat mata Zaya membulat sempurna.
Matanya tanpa sadar melihat kearah Aaron yang masih setia menatapnya. Mata mereka bertemu untuk beberapa saat, kemudian Zaya membuang pandangannya kearah lain.
"Papa juga merindukan Mama, jadi Papa harus menginap disini juga." pinta Albern dengan keras kepala.
Zaya tampak mengatur kata untuk menolak permintaan Albern ini. Ia tidak mungkin membiarkan Aaron menginap dirumahnya. Lagipula lelaki itu juga tidak akan mau menginap dirumahnya yang sederhana ini, bukan?
"Besok Papa mesti kekantor pagi-pagi. Jadi Papa pasti akan kerepotan kalau menginap disini. Bisa-bisa Papa malah telat pergi kekantor." Zaya berusaha menolak keinginan Albern.
"Tidak masalah."
Tiba-tiba terdengar suara Aaron menginterupsi.
"Papa akan menginap disini bersama Al. Papa bisa pergi kekantor agak siang." tambah Aaron lagi sambil tersenyum kearah Albern.
Zaya mendelik. Entah apa yang ada di benak Aaron saat ini, yang jelas itu membuatnya kesal.
Tapi kemudian, Zaya tak bisa menyangkal lagi karena Albern yang bersorak kegirangan. Albern tampak sangat senang mendengar kata-kata Aaron. Sangat jarang Zaya bisa melihat Albern ceria seperti itu, hingga ia tak tega untuk menolak keinginannya.
Zaya pun menyerah dan mwnyetujui keinginan Albern. Hanya sekali ini saja tak masalah pikir Zaya.
Malampun merambat. Zaya memasak spageti untuk makan malam mereka bertiga. Terlihat Albern makan dengan lahap dan sangat bersemangat.Zaya sangat senang melihatnya. sudah lama ia tidak melihat Albern makan, dan sejujurnya ia merindukan momen ini.
Setelah menyelesaikan makan malam, Zaya membereskan meja makan dan mencuci piring yang kotor. Sedangkan Albern dan Aaron terlihat sedang menonton tv diruang tengah.
Sekilas mereka seperti keluarga kecil sederhana yang normal. Tapi kemudian ia tersenyum masam. Jika bukan karena menuruti keinginan Albern, tidak mungkin mereka seperti ini.
Hari telah semakin larut. Zaya telah menidurkan Albern dikamarnya dan menyiapkan kamar tamu untuk dipakai Aaron.
Kemudian Zaya menghampiri Aaron yang tampak sedang duduk diteras samping rumah Zaya.
"Aku sudah menyiapkan kamar tamu. Kamu bisa menggunakannya malam ini. Tapi tentu saja tidak senyaman dirumahmu. Aku harap kamu tidak keberatan." ujar Zaya. Lalu tanpa menunggu tanggapan dari Aaron, Zaya melangkah pergi.
"Apa kabarmu?"
Tiba-tiba pertanyaan Aaron membuat Zaya menghentikan langkahnya.
Zaya terdiam sesaat, kemudian berbalik kearah Aaron.
"Baik." jawabnya singkat.
"Kenapa kau menolak kompensasi dariku tempo hari?" tanya Aaron lagi. Kali ini dia beranjak dari duduknya sambil melihat kearah Zaya.
Zaya menghela nafas.
"Aku tidak menolaknya, aku memberikannya pada Albern." kilahnya.
Aaron tampak tersenyum miring mendengar alasan Zaya.
"Aku hanya ingin memastikan kau hidup dengan baik setelah bercerai denganku. Itulah kenapa aku memberikan semua itu. Tapi kau malah menolaknya dan membuatku khawatir." ujar Aaron terdengar putus asa.
Zaya terdiam sesaat sambil menatap Aaron.
"Terima kasih atas perhatianmu. Tapi aku baik-baik saja tanpa kompensasi itu. Lagipula kamu tidak perlu mengkhawatirkanku, aku bukan lagi istrimu." tegas Zaya.
Aaron terdiam. Kata-kata Zaya begitu telak memukulnya, hingga dia tidak bisa menjawab apa-apa. Sebuah kenyataan jika saat ini Zaya bukan lagi istrinya, tapi kenapa dia merasa tidak senang saat Zaya mengatakan itu?
"Aku hanya ingin kau bahagia, Zaya." lirih Aaron akhirnya.
Zaya yang mendengarnya hanya tersenyum miris.
"Apa aku tidak salah dengar? Sejak kapan kamu memikirkan kebahagiaanku?" sarkasnya.
"Tidak perlu seperti ini, Aaron. Berhentilah mengasihaniku. Cukup selama tujuh tahun kemarin saja aku hidup dibawah belas kasihanmu. Dan itu terlalu menyedihkan."
Zaya membuang nafasnya kasar.
"Aku tidak mau hidup menyedihkan seperti itu lagi." tambah Zaya lagi.
"Segeralah tidur, selamat malam."
Zaya meninggalkan Aaron yang masih berdiri dengan wajah tertegun.
Aaron tak menyangka Zaya yang dikenalnya dulu benar-benar telah berubah. Sepertinya luka yang begitu dalam telah memaksanya membangun sebuah benteng untuk melindungi hatinya agar tak kembali tersakiti.
Bunga indah kemarin telah menumbuhkan duri dibatangnya sekarang, hingga akan membuat luka siapapun yang berusaha untuk menyentuhnya.
Aaron tersenyum penuh ironi. Tidak akan pernah mudah lagi untuk kembali mendekati zaya. Sepertinya dia sudah mulai mendapatkan hukuman atas apa yang telah dilakukannya pada Zaya selama ini.
Bersambung....
Tetap like, komen dan vote ya...
Happy reading❤❤❤
jangan sedikit-sedikit marah, menangis 😭 dan Mengabaikan suami.
bisa-bisanya mamanya dikasi. zombie
baru merasa kehilangan ya Aaron
waktu zaya kau menghina dan menyeretnya seperti sampah di rumah mu menyakiti nya di tempat tidur dia tetap memaafkan dan bertahan padamu.
dia tidak meminta hartamu Aaron hanya kasih sayang perhatian atau lebih tepatnya CINTA.
tapi setelah berpisah baru kau merasa kehilangan
masih waras kah Aaron?
karena zaya patut di perjuangkan
seganti g apapun laki-laki kalau tak bisa menghargai ya percuma