NovelToon NovelToon
Teluk Narmada

Teluk Narmada

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Angin pagi selalu dingin. Ia bergerak. Menerbangkan apa pun yang sekiranya mampu tuk diterbangkan. Tampak sederhana. Namun ia juga menerbangkan sesuatu yang kuanggap kiprah memori. Di mana ia menerbangkan debu-debu di atas teras. Tempat di mana Yoru sering menapak, atau lebih tepatnya disebabkan tapak Yoru sendiri. Sebab lelaki nakal itu malas sekali memakai alas kaki. Tak ada kapoknya meskipun beberapa kali benda tak diinginkan melukainya, seperti pecahan kaca, duri hingga paku berkarat. Mengingatnya sudah membuatku merasakan perih itu.

Ini kisahku tentangku, dengan seorang lelaki nakal. Aku mendapatkan begitu banyak pelajaran darinya yang hidup tanpa kasih sayang. Juga diasingkan keluarganya. Dialah Yoru, lelaki aneh yang memberikanku enam cangkang kerang yang besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34

"Akhirnya, kita bisa bernapas lega sekarang," ujar Kai setelah mengelap sebuah miniatur salah satu desa di kabupaten kami.

Aku pun sampai tak percaya saking bangganya. Indah sekali. Setelah berkali-kali tertunda. Setelah berkali-kali isi pertemuan lebih dominan bermain-main daripada mengerjakan tugas kelompok ini. Pada akhirnya, kami mampu menyelesaikannya sehari sebelum tenggat waktu.

Queen mengekspresikan rasa leganya dengan menguap lebar namun ditutupnya dengan telapak tangan. Si ratu tidur siap beraksi. Samu berlari ke tempat sapi-sapi Niji, terlalu bersemangat hingga ia tersandung dan terjatuh. Kai paling semangat menertawakannya. Ada si tamu tak diundang juga, Zetta. Terlihat pendiam seperti patung, karena tuan rumah keluar membawa senampan camilan. Zetta juga berperan dalam membantu tugas kelompok kami. Sayang sekali namanya tak bisa dicantumkan. Niji, sang tuan rumah baru saja masuk, hendak menyiapkan camilan untuk kami. Aku? Entahlah, seharusnya aku menyusul Samu ke tempat sapi-sapi. Tapi, pikiranku sedang penuh. Penuh sebab kabar dari bibi tadi pagi yang mengatakan bahwa Yoru sudah berangkat ke Sumatera. Tanpa seutas kata pamit. Apa-apaan, dia. Jadi, selama ini kami memang tidak dapat disebut teman. Seharusnya aku paham akan hal itu, namun perasaan kesal terus saja menggerogoti. Bahkan kami belum pernah berkomunikasi dengan benar selama ini.

"Samudera satu ini memang suka sekali tersandung. Aku heran, padahal kemarin juga ia terjatuh di bagian itu," ucap Kai.

Samu menengok sejenak dengan ekspresi sebal. Lalu lanjut bangkit dan berjalan ke arah Nuju dan kawan-kawannya yang mulai bersuara.

"Mereka bilang, kami sudah lapar Samu yang tampan!" ujar Samu.

"Biasa, bangsa sejenisnya. Makanya paham," ucap Kai.

Aku dan Queen tertawa. Ia tak jadi melanjutkan misi tidurnya karena suara tubuh Samu yang terjatuh tadi. Zetta? Manusia satu itu masih seperti patung. Namun hanya matanya yang bergerak. Lebih banyak ke arah pintu. Harapannya menyeruak akan keluarnya sang bidadari camilan, Niji.

"Kamu sakit, Zetta?" Kai bertanya.

"Nggak," jawab Zetta.

"Terus, kenapa diem aja?" Kai bertanya lagi.

"Dia nggak sakit. Dia lapar," timpalku yang mendatangkan tawa dari Kai dan pukulan dari Zetta.

Bersamaan dengan itu, malaikat penolong Zetta pun datang. Entah bagaimana terangnya wajah Niji di mata Zetta. Barangkali secerah matahari saat ini.

Benar saja, wajah Zetta yang tadinya suram seperti jemuran di bawah mendung, kini berubah berbinar. Cercah harapan itu telah kembali menyadari. Lima toples camilan manis yang menggiurkan. Niji yang paham akan hal itu meletakkannya tepat di depan Zetta.

"Kamu cantik sekali, Niji. Cantik sedunia." Zetta memuji.

Seseorang yang tadinya sedang memberi makan sapi pun tiba-tiba sudah ada di dekat Zetta. Entah bagaimana Samu sudah berada di antara kami tanpa suara langkah. Mungkin karena kami semua fokus pada toples-toples kaca ini. Semua menantikan camilan.

"Akhirnya, Zetta sudah kembali hidup," celetuk Kai.

Zetta tak peduli dengan ucapan Kai, sebab ia lebih peduli dengan sesuatu yang bisa dikunyah itu.

"Tapi, dari tadi juga kayaknya Cine bengong deh. Duet bengong sama Zetta," sahut Samu yang sudah menyambar beberapa isi salah satu toples.

"Iyalah, hari ini Yoru udah pindah ke Sumatera. Nggak pamit lagi sama Cine. Makanya dia galau. Nanti malem pasti guling-guling nggak bisa tidur karena mikirin Yoru," jelas Zetta balas dendam.

Satu sama. Tampaknya Zetta tidak mau kalah denganku setelah tadi berhasil membuatnya kesal.

"Jadi, lelaki aneh yang jago nangkep ikan itu pacar kamu, Cine?" Samu bertanya polos. Kepolosan yang ingin sekali aku remukkan.

"Nggak, dong!" Dua pukulan berarah ke Samu dan juga Zetta sebagai dua penyebab naiknya darah emosi ini.

"Tapi, bukannya seharusnya orang-orang senang dengan kepindahan Yoru. Bukankah selama ini laki-laki itu suka sekali meresahkan masyarakat. Bahkan namanya sudah terkenal sekecamatan," sahut Queen.

"Iya, semua orang senang. Kecuali Cine tentunya," ucap Zetta semakin menjadi-jadi.

Tidak adil! Aku kehabisan bahan untuk balas dendam dengan si tukang makan ini.

Kai yang dulunya suka sekali mengejekku dengan Yoru juga tidak pernah lagi melakukannya. Mungkin tepatnya setelah ia bertemu langsung dengan sosok Yoru. Atau sejak aku bertengkar dengan Niji.

"Berarti, cinta bertepuk sebelah tangan," ujar Samu yang ikut nyambung dengan Zetta.

Queen dan Niji hanya berperan sebagai tukang ketawa. Sedangkan Kai menerka-nerka suasana. Mungkin kaget juga mendengar kabar kepindahan Yoru.

❀❀❀

Tak ada hentinya air mataku mengalir sejak melihat bagaimana lemahnya keadaan nenek Mei. Aku terpikir untuk menemuinya, mengingat Naima sudah kembali ke Sumatera atau Jakarta. Ya, aku selalu menyebutnya Sumatera karena aku tidak tahu tepatnya di mana. Dari informasi yang aku peroleh, hanya kata Sumatera yang terdengar. Jadi, suatu saat jika aku ada kesempatan berkunjung ke pulau itu, terpapar mustahil bukan untuk mengetahui alamat Yoru. Sedangkan pulaunya saja seluas itu. Walaupun tentu ada jalan lain untuk mencari tahu. Lewat bibi Yumi mungkin. Tapi itu masih terlalu lama untuk dipikirkan sekarang. Hanya angan-anganku belaka tanpa tahu akan terwujud atau tidak.

Kembali ke rumah nenek Mei. Tubuhnya lebih kurus, lemah dan batuknya semakin parah. Aku merasa menjadi orang paling jahat sedunia, sebab jarang menjenguk nenek Mei hanya karena malas mendengar ocehan panjangnya. Kini, aku benar-benar menangis kali ini di hadapannya. Tak terpungkiri. Rasa ibaku berkuasa dan memuncak. Seperti melihat nenek kandungku yang menderita.

"Nenek sudah makan?" Aku bertanya dengan linangan air mata yang tak kunjung sudah.

"Sudah, Nak." Nenek Mei menjawab dengan berusaha untuk tersenyum. Ia duduk bersender pada tembok yang diletakkan bantal empuk pemberian Naima.

"Maaf banget, Nek. Aku baru berkunjung lagi ke sini. Nenek pasti kesepian, ya. Apalagi Naima dan Yoru sudah tidak di sini lagi," ujarku dengan suara bergetar. Aku menggenggam tangan keriput nenek Mei.

"Terima kasih sudah peduli sama saya. Tapi saya tidak apa-apa. Banyak tetangga baik hati yang selalu melihat keadaan saya. Mereka juga selalu ngasih makanan yang enak. Saya sakit karena memang sudah tua. Tenang saja. Hapuslah air matamu."

Aku mengangguk. Walaupun menghapusnya masih belum dapat mengeringkan wajahku karena dari sumbernya masih terus mengalir.

"Yoru sering menyebut namamu, Shinea," ungkap nenek Mei.

"Benarkah, Nek?"

"Iya. Dia bilang, kehadiranmu selalu menenangkannya. Dia ingin berbincang-bincang santai bersamamu di tengah-tengah aroma bunga sedap malam, di bawah rembulan yang terang. Atau di sebuah pantai yang indah. Dekat teluk yang terdapat gili paling hijau di seberangnya. Ia juga ingin memberikan cangkang kerang yang lebih besar kepadamu." Nenek Mei bertutur lemas, namun terus terang membuatku bersemangat. Benarkah Yoru mengatakan semua itu kepada nenek Mei?

Entah benar atau tidak. Sekarang sudah terlambat. Kalau pun Yoru kembali, entah kapan. Pasti hanya bibi Yumi yang akan kembali dalam waktu dekat. Sedangkan Yoru, akankah kami tumbuh dewasa di pulau yang berbeda?

1
_capt.sonyn°°
ceritanya sangat menarik, pemilihan kata dan penyampaian cerita yang begitu harmonis...anda penulis hebat, saya berharap cerita ini dapat anda lanjutkan. sungguh sangat menginspirasi....semangat untuk membuat karya karya yang luar biasa nantinya
Chira Amaive: Thank you❤❤❤
total 1 replies
Dian Dian
mengingatkan Q sm novel semasa remaja dulu
Chira Amaive: Nostalgia dulu❤
total 1 replies
Fie_Hau
langsung mewek baca part terakhir ini 😭
cerita ini mengingatkan q dg teman SD q yg yatim piatu, yg selalu kasih q hadiah jaman itu... dia diusir karna dianggap mencuri (q percaya itu bukan dia),,
bertahun2 gk tau kabarnya,,, finally dia kembali menepati janjinya yg bakal nemuin q 10 tahun LG😭, kita sama2 lg nyusun skripsi waktu itu, kaget, seneng, haru..karna ternyata dia baik2 saja....
dia berjuang menghidupi dirinya sendiri sampai lulus S2,, masyaAllah sekarang sudah jd pak dosen....

lah kok jadi curhat 🤣🤦
Chira Amaive: keren kak. bisa mirip gitu sama ceritanya😭
Chira Amaive: Ya Allah😭😭
total 2 replies
Iif Rubae'ah Teh Iif
padahal ceritanya bagus sekali... ko udah tamat aza
Iif Rubae'ah Teh Iif
kenapa cerita seperti ini sepi komentar... padahal bagus lho
Chira Amaive: Thank youuuu🥰🤗
total 1 replies
Fie_Hau
the first part yg bikin penasaran.... karya sebagus ini harusnya si bnyak yg baca....
q kasih jempol 👍 n gift deh biar semangat nulisnya 💪💪💪
Chira Amaive: aaaa thank you🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!