MENAKLUKKAN HATI TUAN PEMARAH

Setelah rafa pergi, dewa mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang..

"Bagaimana ? Apa sudah terjual ?" tanya dewa dalam sambungan yang entah dengan siapa..

"Bagus! Hasil penjualan apartemen itu kau sumbangkan saja ke panti asuhan! Aku tak mau menerima nya!" Setelah mengatakan itu dewa langsung mematikan telepon nya. Lagi lagi dewa menampilkan senyum yang penuh dengan misteri..

"Kau salah mencari lawan, wanita m*rahan!" gumam dewa sambil tersenyum licik. Wajah nya benar benar penuh dengan kebencian. Bahkan mengucapkan nama abigail saja dewa sudah tidak sudi lagi.

🍂

Siang hari nya saat rafa sudah kembali ke perusahaan dengan membawa kabar baik bahwa perusahaan itu sudah mentransfer dana yang di minta kembali oleh dewa, Abigail beserta manager baru nya datang ke perusahaan.

"Maaf, nona abigail.. Tuan dewa tak ingin bertemu dengan anda.." kata petugas keamanan yang langsung menghadang abi bahkan sebelum wanita itu masuk ke dalam lobby..

"Tak mungkin dewa berkata seperti itu!! Cepat menyingkir dari jalan ku! Kau lupa siapa aku, hah ?" Emosi abi sudah tak terkendali, setelah dia mendapat kabar bahwa dewa menarik semua investasi nya di perusahaan tuan maverick, abi langsung marah dan ingin segera bertemu untuk meminta penjelasan. Nomor nya yang telah di blokir dewa membuat wanita itu tak lagi bisa menghubungi dewa kapan pun dia mau...

"Tidak bisa, nona! Kami di perintahkan langsung oleh tuan dewa untuk mengusir anda!" ujar petugas keamanan yang lain.

Saat akan kembali mendebat pria bertubuh besar di hadapan nya, tiba tiba ponsel yang ada dalam genggaman wanita itu berdering berkali kali..

Sebelum mengangkat sambungan itu abi berdecih kesal kemudian berjalan menjauh dari orang orang itu untuk menerima telepon lu..

"APA ? BAGAIMANA MUNGKIN ?" Abi menerima sambungan itu dengan terkejut sekaligus bingung.

"Jangan berani menyentuh barang barang ku!" pekik abi lagi namun kali ini suara nya terdengar bergetar..

"Ada apa ?" tanya manager baru abi yang gender nya sangat membingungkan, di bilang wanita dia bukan, di bilang pria pun terlalu feminin, entah lah, dapat dimana abigail makhluk jadi jadian seperti itu...

"A-apartemen ku... A-astaga.." kedua lutut nya tiba tiba lemas dan abi hampir saja terjatuh saking tak percaya dengan kabar yang baru dia dapatkan..

"Abigail, are you okay ?" manager itu membantu abi kembali berdiri, untunglah tadi manusia tanpa gender itu sigap menopang tubuh abi jadi tubuh wanita itu tak sampai luruh ke lantai..

Abi menggeleng cepat, tatapan nya menjadi sendu bahkan disana sudah menggenang gumpalan lahar panas yang siap mengaliri wajah mulus nya..

"Apartemen ku, dewa menjual nya dan sekarang disana sudah ada pemilik baru yang akan menempati apartemen itu.." Abi tergugu tak sanggup untuk menjelaskan lebih detail lagi.

"Oh My God! What's going on, Abigail ? Bukankah kau bilang dewa akan menikahi mu ?"

Abigail menggeleng lemah, air mata nya tak terbendung lagi. Namun wanita itu masih berpikir dewa berbuat seperti ini karena masih marah dengan ucapan nya tempo hari yang sempat menuduh nya tak setia. Dia tak tau bahwa sebenarnya dewa sudah tau segala kebusukan wanita itu..

"Aku harus bertemu dewa sekarang!" kata abigail yang kemudian berjalan cepat untuk menerobos para bodyguard serta dua orang petugas keamanan yang di tugas kan berjaga disana..

"Minggir kalian!!" bentak abigail pada para lelaki yang lagi lagi menghadang nya, mata abigail pun nyalang menatap satu satu wajah mereka..

Di ruangan nya dewa sedang tertawa puas melihat bagaimana abigail tak berdaya bahkan tak bisa berbuat apapun untuk sekedar meminta penjelasan nya.

"Ini baru permulaan.." gumam dewa sambil terus menikmati pemandangan yang tersaji di layar monitor itu...

🍂

Di hari berikutnya, ketika alicia datang ke perusahaan untuk menemui dewa, lelaki itu sengaja meminta rafa untuk mengatakan dia sedang dalam perjalanan bisnis. Nyata nya saat itu dewa sedang melakukan pertemuan dengan tuan Maverick di sebuah Hotel berbintang.

Tuan Maverick menemui dewa untuk menanyakan perihal modal yang dewa tarik secara tiba tiba..

Dewa menyilangkan kaki nya sambil menyandarkan punggung di sandaran kursi, terlihat santai namun mata elang nya begitu tajam menatap lelaki tua itu..

"Maaf jika saya lancang meminta anda bertemu di jam sibuk seperti ini.."

"Tak perlu berbasa basi! Katakan tujuan mu menemui ku!" Dewa tak membiarkan tuan Maverick sedikit menghangatkan suasana, dia sudah terlanjur benci hingga apapun yang di lakukan pria tersebut membuat nya jengah..

Tuan Maverick seakan tak punya harga diri di hadapan dewa. Padahal lelaki itu terkenal sebagai pengusaha yang cukup di perhitungkan di negara itu, meskipun di industri haram...

"Saya ingin menanyakan mengenai dana investasi yang tuan dewa tarik secara tiba tiba.. Apakah perusahaan kami membuat kesalahan atau membuat tuan dewa merasa di rugikan ?" tanya tuan maverick. Sungguh, dana yang di kucurkan dewa bukan nominal yang sedikit, uang itu benar benar mampu membangun kembali perusahaan nya yang hampir kolaps...

Hahaha..

Dewa tiba tiba tertawa, membuat tuan maverick terkejut mendengar tawa pria muda di hadapan nya itu yang terdengar dingin..

"Apa setelah aku menarik kembali investasi itu perusahaan mu sudah bangkrut atau bahkan hancur ??" tanya dewa membuat tuan Maverick mengerutkan dahi nya, tangan nya bahkan sampai mengepal tak suka mendengar dewa berkata begitu tentang perusahaan yang sudah di bangun nya dari Nol...

"Jika iya.. Selamat! Memang itu tujuan ku!" kata dewa sambil mencondongkan tubuh nya ke sisi meja, membuat tuan maverick semakin di buat tak mengerti dengan perubahan sikap dewa pada nya...

Dewa bangun dari duduk nya kemudian merapikan dasi serta jas yang di kenakan nya saat ini, "Tunggu dan saksikan lah, setelah ini apa lagi yang selanjutnya akan aku lakukan pada hidup mu!!" kata dewa sambil menarik satu sudut bibirnya, menyeringai, setelah mengatakan itu dewa pun berlalu dari hadapan pria tua tersebut..

🍂

Perusahaan tuan maverick benar benar di landa krisis. Tak ada biaya untuk produksi hingga membuat satu persatu model di rumah produksi nya memilih beralih bekerja di rumah produksi milik rival nya.

Begitu juga dengan keadaan abigail, wanita itu kini di buat kebingungan karena semua kartu kredit yang pernah dewa berikan pada nya di blokir.

Kini abigail bahkan tidak lagi tinggal di apartemen yang dewa belikan untuk nya, karena dewa sudah menjual unit itu tanpa sepengetahuan nya. Dan sekarang abigail tinggal bersama dengan Jessi alias James, manager baru nya..

"Abigail, bagaimana sekarang ? Aku itu menerima tawaran dari mu karena kau mengatakan akan memberi ku gaji yang besar. Tapi lihatlah, kau bahkan tak mampu untuk menyewa rumah untuk diri mu sendiri.." Pedas sekali ucapan manusia jadi jadian itu hingga membuat abigail menatap nya dengan tatapan tak suka.

Brakk!!

"Kalau tau begini tak akan ku terima tawaran dari mu!! Aku menyesal!!" kata nya lagi sambil membanting pintu kamar nya yang kini di pakai juga oleh abigail..

Abigail yang tengah duduk di kasur sampai mencengkram erat selimut yang membalut sebagian tubuh nya. Wanita itu tak tau harus berbuat apalagi, abi merasa dewa begitu tega melakukan hal berlebihan seperti ini pada nya padahal menurut abi kesalahan nya itu tidak seberapa besar. Dia hanya salah bicara dan menuduh dewa tanpa bukti..

"Astaga! Apa jangan jangan dewa benar benar memiliki wanita lain, maka nya dia semarah ini pada ku, ya tindakan nya ini pasti untuk menutupi kesalahan nya dari ku..." Abi menutup mulutnya setengah tak percaya dengan jalan pikiran nya sendiri, tapi melihat bagaimana dewa merespon tuduhan nya kemarin membuat abi jadi berpikir seperti itu...

Abi buru buru memakai pakaian nya, kali ini dia pasti bisa menemui dewa karena abi tau dimana dewa berada saat ini...

🍂

Ting Tong..

Pukul 8 malam, dewa baru keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri nya. Terdengar suara bel berbunyi beberapa kali. Awalnya dewa mengabaikan bunyi bel tersebut sebab dia tidak sedang menunggu tamu atau siapapun..

Namun lambat laun bunyi bel itu semakin mengganggu, dan akhirnya membuat dewa terpaksa harus membuka pintu apartemen nya untuk tau siapa yang datang di jam segini...

Cklek!

Dewa mematung saat pintu itu terbuka.

"Alicia..."

"Ck! Lama banget sih buka pintu nya! Pegel tauk mencetin bel berkali kali!"

Saat dewa masih terkejut dengan kehadiran cia yang tiba tiba, gadis itu sudah masuk ke dalam apartemen dewa yang super mewah tersebut...

"Pantas saja kakak betah tinggal di sini, apartemen ini bahkan jauh lebih bagus dari kamar kita di mansion.." cia terus berseloroh sambil berputar putar kesana kemari dengan mata yang berbinar cerah..

"Heh, bocah! Tau darimana kalau aku ada di sini ?" Dewa menarik lengan cia hingga gadis itu meringis kesakitan..

"Ah.. Sakit, kak.." Kata cia sambil mencoba melepaskan tangan dewa,

Melihat cia meringis begitu membuat dewa jadi tak tega, dia pun melepaskan cengkraman nya dari lengan cia..

"Kamu tau dari mana aku di sini ?" tanya dewa dengan nada suara yang rendah tak seperti tadi..

"Dimana pun suami nya berada, memang seharusnya istri itu tau!" kata cia membuat dewa berdecak, malas menanggapi lagi ucapan cia, dewa pun bergegas menuju kamar nya..

"Kakak mau kemana ?" tanya cia saat melihat dewa meninggalkan nya

"Mata mu buta atau bagaimana ? Tidak lihat aku belum pakai baju ? Apa kau senang melihat ku bertelanjang dada seperti ini ?" tanya dewa dengan seringai menakutkan, sengaja ingin menjahili gadis itu.

Cia tersenyum dengan wajah riang, "Ya, aku tidak keberatan kalau kakak tak berpakaian sekalipun, malah bagus, kita kan belum melakukan malam pertama.."

Demi apapun, cia saat ini benar benar takut bahkan dengan ucapan yang baru saja terjun bebas dari lidah nya sendiri, dia hanya tak ingin dewa terus meremehkan dan menganggap nya seperti anak kecil. Itu saja..

"Hah ? Dasar bocah ingusan nggak waras! Emang dia pikir gue mau tidur sama dia.. Huek! Ogah banget!"

Dewa bergidik ngeri membayangkan akan menghabiskan malam pertama nya dengan gadis seperti cia. "Dasar bocah aneh!" kata dewa yang langsung masuk ke dalam kamar..

🍂

Setelah memakai baju santai nya dewa pun kembali keluar, dan langsung melihat cia yang sudah tertidur pulas di sofa panjang di depan televisi di apartemen nya tersebut.

"Kalau datang kesini hanya untuk tidur, lebih baik tak usah datang sekalian!!"

Sebenarnya ada perasaan yang tak bisa di jelaskan saat pertama kali melihat alicia ada di depan pintu apartemen nya. Perasaan senang, tenang dan ada yang lain yang terasa mendebarkan di dalam sana. Bahkan saat ini pun ketika melihat cia tertidur membuat dewa merasa damai seperti tak memiliki masalah apapun...

"Dasar bocah ingusan! Tidur sembarangan!" Gumam dewa sambil memakaikan selimut yang di bawa nya dari kamar pada tubuh cia yang meringkuk di sofa nya..

Tiba tiba lengkungan bulan sabit terbit di bibir tebal pria itu. Dewa tersenyum dan senyum itu untuk cia...

Namun saat dewa masih asyik memandangi gadis nya, bel kembali terdengar di tekan dari luar..

"Ck! Mengganggu saja.." ujar nya seraya berjalan ke arah pintu tanpa memeriksa dulu siapa yang datang bahkan kedatangan nya lebih malam dari alicia tadi. Ini sudah jam 10 malam...

Cklek!

grep!

"Beib..?? Aku merindukan mu..."

🍂

🍂

🍂