Awalnya aku adalah seorang istri yang diperlakukan bagai Ratu. Hingga suatu saat, gelar Ratu itu lengser dariku. Suamiku datang lalu mengenalkan Ratu barunya. Kesedihan tak berhenti sampai disitu, aku terus disalahkan atas kesalahan ratu barunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
Satu minggu sudah Elia berada dirumah sakit. Tidak ada Hendrick atau siapapun yang dia izinkan untuk menemuinya. Untunglah, satu-satunya sahabat dekatnya adalah seorang dokter yang bekerja disana. Dia adalah orang yang memenuhi segala kebutuhan Elia.
" Eli, kau yakin dengan keputusan mu? sepekan ini, aku selalu melihat Hendrick berada diluar. " Ucap Keyla yang tak lain adalah seorang dokter spesialis kandungan dan satu-satunya teman baik Elia.
" Hatiku begitu sakit hanya karena mendengar namanya. Aku tidak bisa membayangkan, bagaiman jadinya kalau aku bertemu langsung dengannya. " Ujar Elia sembari tersenyum miris.
Keyla menghela nafasnya. Pada awalnya, dia begitu yakin dengan keteguhan Hendrick. Pria itu benar-benar terlihat begitu mencintai Elia. Dia juga dengan semangat mendukung hubungan Elia dan Hendrick. Tapi, rasa cinta yang Hendrick tunjukkan, nyatanya tak sebesar apa yang dia pikirkan. Elia adalah gadis yang malang. Seringkali dia mengingatkan agar tak selalu memanjakan Zila. Sayang, karena perasaan balas Budi, justru Elia lah yang membuat sifat egois Zila semakin menjadi. Ia terbiasa memilik apa yang ia inginkan. Hingga pada Akhirnya, apa yang menjadi milik Elia pun, dia juga berusaha untuk memilikinya.
" Tinggallah di Apartemen ku. Aku akan merawat mu nanti. " Pinta Keyla sembari mengupas apel dan meyerahkan kepada Elia setelah ia potong menjadi beberapa bagian.
Elia menerima piring kecil yang berisi buah potongan dari Keyla. " Terimakasih, cintaku. " Ucap Elia sembari tersenyum.
Keyla membalas senyum itu. Apapun keputusan Elia, di hanya akan tetap mendukungnya. Elia adalah orang terpenting baginya. Kebaikan Elia lah yang membuat gadis itu bisa bertahan hidup sampai sekarang. Keyla paham, senyum yang ditampilkan Elia adalah kebohongan. Sejak duku, Elia selalu tersenyum untuk menutupi kesedihannya. Jika tak melihat langsung bagaiman Elia menangis di toilet secara diam-diam, mungkin dia akan mengira Elia adalah gadis tanpa beban. Sejak itulah, Keyla selalu was-was ketika Elia banyak tersenyum. Karena itu pertanda, jika dia sangat menderita.
" Kau tidak bekerja? " Tanya Elia disela kegiatan makannya.
Keyla menggeleng. Sore nanti, Elia sudah boleh pulang. Jadi, mana mungkin dia bekerja? tapi juga tidak mungkin memberitahu Elia alasan dia mengambil Off hari ini. Kalau Elia tahu, dia pasti akan protes dan memintanya untuk bekerja dan jangan terlalu mengkhawatirkannya.
" Kenapa? " Tanya Elia penasaran. Dia sebenarnya sedikit curiga kalau ini karena dirinya.
" Tidak ada jadwalku hari ini. " Kilah Keyla.
Elia tersenyum sembari mengangguk. Syukurlah bukan karena dia, batinnya. Elia kembali menikmati sisa buah potongan di piringnya. Dia sejenak berpikir, apa yang harus ia lakukan setelah ia pulih? bekerja? oh, tidak mungkin disaat dia mengandung. Lalu harus apa? tidak mungkin juga dia harus menggantungkan hidupnya kepada Keyla kan? Elia menghela nafasnya. Matanya menatap ke sembarang arah. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan keadaan ini. Tapi besar harapnya agar tak bertemu dulu dengan Hendrick ataupun anggota keluarga yang lainya. Bukan takut. Tapi, dia benar-benar ingin tenang agar bayinya juga tidak stres.
Suara ketukan pintu terdengar. Keyla berjalan mendekati pintu dan melihat siapa yang datang melalui kaca yang ada di bagian tengah pintu bangsal. Keyla sedikit bingung melihat pria yang berdiri dengan begitu gagahnya. Sejenak ia mengagumi pria itu, tapi sudahlah. Jangan mempermalukan diri sendiri dan membuang waktu. Keyla membuka pintu itu perlahan. Dia sempat menoleh ke arah kanan dan kiri. Ternyata tak ada lagi Hendrick disana. yah, mungkin lelah juga menunggu tapi tak pernah memiliki kesempatan untuk menemui Elia.
" Anda siapa? " Tanya Keyla sebelum mengizinkan pria tampan itu masuk. Bahayakan kalau mengizinkan dia masuk lalu tiba-tiba membawa paksa Elia. Siapa tahu keluarga Hendrick mengutus orang untuk menculik Elia. Yah, meskipun sangat tidak mungkin pria setampan ini menjadi tukang culik. Batin Keyla.
" Jhon. " Jawabnya singkat. Tak ada senyum atau ekspresi lainya. Keyla sampai mengerutkan dahinya bingung. Manusia atau bukan orang yang ada dihadapannya. Kenapa wajahnya bisa sedatar itu?
Tak lagi ingin bertanya. Lebih baik, memberitahu Elia terlebih dahulu. Mungkin saja, pria datar ini adalah kenalannya Elia.
" Tunggu sebentar.
Keyla menyampaikan dan memberitahu siapa yang datang. Elia sempat kaget, tapi dia langsung mengangguk begitu saja. Keyla bertanya-tanya didalam hatinya. Bagaimana Elia bisa mengenal pria seperti itu. Sudahlah, yang paling penting, Elia sudah menyetujui untuk menemui pria itu batin Keyla.
Keyla kembali membuka pintu dan mempersilahkan kepada Jhon untuk masuk. Setelah Jhon masuk, Keyla memilih untuk menunggu di luar. Dia tidak mau membuat mereka risih dengan keberadaannya.
" Selamat pagi, Elia. " Sapa Jhon terdengar hangat meski wajahnya sangat datar. Benar-benar mengagumkan bagaimana suara dan wajah bertolak belakang.
" Selamat pagi juga, Jhon. " Balas Elia sembari membenahi duduknya.
Jhon memberikan seikat bunga lili kepada Elia. Bukan darinya. Elia tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Jhon menarik kursi yang ada disamping brankar Elia.
" Bagaimana keadaan mu? " Tanya Jhon. Lagi lagi, wajah datar itu tak bisa menghilang dari wajahnya.
" Aku baik. Ada apa kau datang? " Tanya Elia.
Jhon menghela nafasnya. " Maaf, tapi Nenek yang memintaku datang dan melihat bagaimana kabarmu. " Jawab Jhon. Sungguh, Elia tidak mampu mengartikan apa yang ada dibenak Jhon. Wajahnya benar-benar tak berekspresi. Meski sempat menghela nafas, nyatanya pria itu juga tak menunjukan rasa sebalnya.
Elia mencoba untuk tersenyum. Entah dari mana perasaan kecewa itu muncul. Padahal, dia berharap pria itu datang atas keinginannya sendiri.
" Benarkah? terimakasih, tolong sampaikan kepada Nenek. Aku baik-baik saja.
Jhon mengangguk. Dia menatap Elia sesaat sebelum memulai pembicaraannya. Elia merasa sedikit gugup melihat tatapan Jhon yang tiba-tiba berubah menjadi aneh. Tapi sialnya, gadis itu masih tak mampu mengartikan arti dari tatapan itu.
" Apa kau akan kembali ke Dargo famili? "
Elia terdiam. Kembali? apakah laki-laki ini datang untuk membujuknya? sontak, Elia menatap tajam Jhon tajam. Marah? tentu saja. Mengapa keluarga Dargo begitu senang menyiksanya? apa belum cukup luka yang mereka berikan beberapa waktu lalu?
" Tidak! jika kau datang untuk membujukku, maka aku-
" Bagus! bagus! pilihan yang bagus. " Jhon langsung terlihat sumringah mendengar jawaban Elia.
Apa maksud ucapan Jhon? apa aku salah paham?
" Kau hanya akan gila jika kau kembali. " Ujar Jhon sembari menatap Elia.
Elia mengeryitkan keningnya karena bingung. " Apa maksudmu, Jhon?
Jhon tidak lagi banyak bicara. Dia menatap Elia masih dengan tatapan datarnya.
Kau harus melihatnya langsung. Karena dengan itu, kebencian mu akan semakin besar. Dan sakit yang akan Hendrick rasakan juga akan semakin besar. bangkit dan lihatlah sendiri. Saksikan orang-orang yang kau anggap keluarga sedang tertawa bahagia.
" Pulihkan dirimu. Lalu aku akan membawamu melihat betapa menjijikkannya wajah mereka.
TBC...